Monday, October 30, 2006

Catatan Lebaran - Reuni Dua Sahabat

Saat lebaran kemarin, di rumah mamah condet aku menemukan kembali fotoku berdua Evelyn. Aku ingat foto itu dibuat saat ulangtahunku, kami makan di KFC Baranangsiang. Jadul banget, jaman kami kuliah dulu. Foto itu dibingkai dalam frame kecil berbentuk hati-yang diberikan Evelyn sebagai hadiah ulang tahun untukku...ugh..miss her so much!!

Pada hari sabtunya..
"Siang Tante, Uhm..bener ini rumah mamanya Arief?"
"Betul, ini dari siapa?
"Bintari...mereka lebaran ini ke Jakarta ngga tante ??
"ada..ada sebentar ya..."

Sambil menunggu mereka dipanggilkan aku membatin, ugh!! kenapa baru nyambung sekarang ?? Kemaren kemaren memang aku mencoba telp ke rumah mama Arief di pasar Minggu, tapi baru kali ini ada yang ngangkat, biasanya masuk voicemail.
"Hallo ? Ibin ??"
"Evel !! kok ngga bilang-bilang ke jakarta ??" seruku.
Evelyn ketawa.
"kapan datang ?"
"udah dua minggu"
Tuh kan ?!! udah dua minggu, dan mereka nggak kasih kabar.
"kapan pulang ?"
"Besok !"
Gubrak!! aku nyaris pingsan."Gue pengin ketemu, ntar sore gue kesana deh" aku insist.
"sore kita mau pergi. Malem aja, jam 8 udah dirumah kok"
"Ok. Jam delapan"
Ugh!! Sudah lama aku kangen ma Evelyn, setahun ini aku bener-bener lost contact ma dia. Evelyn emang hobby gonta ganti nomor handphone. Adalah suatu kebetulan aku masih menyimpan no telp rumah Arief yang pernah dikasih beberapa tahun silam.

Malam itu kukebut mobil ke pasar minggu. Mumpung Jakarta sepi. Hm, can't wait to see you...
Evelyn dan Arief. Waaaaaaaah seneng banget ketemu mereka!! Mereka menemaniku ngobrol sambil momong si kecil Icha dan Dimas. Kalo Tio dan Iwang mah udah besar, udah bisa maen sendiri. Melihat kerepotan mereka mengurus 4 anak - 2 masih batita dan rewel- membuatku maklum kalo mereka nggak sempat kontak diriku tahun ini. Kunjungan sebelumnya sih kami masih sempat bertukar halo halo via telp walau ngga juga kopidarat.

Kami mengabsen kabar teman-teman. Banyak kejutan. Maklum mereka emang ilang dari peredaran. Aku memandang Evelyn baik baik..duh dia masih kayak dulu!! Sabar. santun. senyum senyum doang... ih, aku jadi malu masih aja tertawa keras.

Setelah anak anak tidur kami lebih leluasa ngobrol. Ngebahas jaman kuliah dulu. Sebetulnya aku sering bareng Evelyn, tapi kok ada aja kejadian yang aku nggak tau...hm, remind me anything about Erfan...
"lho, dulu Evel sama Erfan kan suka ke tempat kost Ibin"
Masa sih ? Erfan gitu ? kok gue nggak inget blas ya ??
"Hm, gue cuma inget Erfan suka duet ma Dewi di sunda karya."
Aku Evel, Dewi dan Watiek emang suka ningkrong di kost Dewi sambil nunggu juice yang dipesan di Yunani, depan Sunda Karya..duh?! jadi kangen...

"lu dulu norak banget deh punya sepatu kembar ma Watiek.." aku mengingatkan
"masa ? kok Evel lupa ya?
"iya!! belinya aja gue inget. di pasar anyar..."
Aku tertawa. Evelyn cuma senyum senyum geli!! Evelym ma Watiek emang kayak kembar kembir.Thompson and Thomson dari serial TinTin. Kemana mana berdua...

"Evel inget waktu Dahnial diceburin kolam habis expo mekatani ??"
"Ibin inget waktu kita naik gunung gede ?
"Evel inget waktu cewe sekelas kita rujakan di tempat kost gue ??
"Ibin inget waktu Mas tertunda wisuda gara-gara main kartu di sapta ??"

Banyak moment dibahas. Banyak nama disebut. Banyak kenangan terlintas. Lagi. Hm, Kita memang pernah melewati masa 5 tahun penuh tawa yang luar biasa. Aku menerawang. Ugh!! jadi kangen...

Sebelum pulang aku sempatkan berpamitan.Aku akan pergi Haji. Aku meminta ketulusan mereka untuk memaafkan semua kesalahanku. Aku nyaris menangis saat mengucapkannya...5 tahun berbagi kebersamaan, bukan waktu yang pendek...dan aku sadar aku bukan orang yang nice. Aku ngga sabaran dan kadang mnyebalkan!!

"Doakan ya..kami pulang selamat..." pintaku
Evelyn mengangguk dan tersenyum "ya..iyalah.."
Duh?? Dia masih seperti teteh Evelynku yang dulu. Sahabatku yang sabar, santun, dan murah senyum. ih, aku jadi malu.

Malam sudah begitu larut. Kukebut mobilku pulang dari pasar minggu. Mumpung Jakarta sepi. Malam itu aku kembali bermimpi. Mimpi yang sama. Tentang masa penuh tawa yang luar biasa....Ugh!! jadi kangen...

Saturday, October 28, 2006

Potret Perempuan Saat Lebaran

"Susiii..panggil mbakmu... minta bantu bantu disini.." begitu yang suka dibilang ibu mertuaku kalo kami lebaran di Jambi. Well, Susi nggak punya kakak perempuan kalo ada perempuan yang dipanggil mbak. Pasti yang dimaksud adalah aku-sang kakak ipar. Hih! padahal kami sebaya...

Hm, biasanya beberapa hari menjelang lebaran ibu mertuaku yang jago masak memang sibuk banget. semua perempuan yang available dirumah besar itu dikumpulkan di dapur untuk membantu. Aku mantu sulung dan dua anak perempuan yang saat itu masih lajang. Kami bukan cuma masak ketupat, sayur nangko, rendang dan opor ayam... tapi juga tekwan dan mpek mpek makanan khas palembang.

Selain homemade kue kue kering. Ibu mertuaku, perempuan melayu-dari Riau kepulauan itu juga masih telaten bikin kue tradisional sumsel misalnya maksuba dan kue delapan jam..ugh !! melihat bikinnya aku dah neg duluan soalnya banyak banget gula, telur bebek, susu kental manis yang dipake. rasanya maniiiiis banget!! tapi kue ini awet tanpa butuh pengawet. nggak perlu masuk kulkas bisa tahan lebih dari 1 minggu. Entah bagaimana rahasia resepnya..

Aku yang paling bego urusan masak emang nggak bisa bantu banyak. Paling motong motong sayur dan ngupas bumbu doang. Susilah tangan lanan Ibu dalam acara masak akbar di dapur type 20 itu....aku cuma andalan untuk...cuci piring...

Tahun demi tahun berganti. Menantu perempuan Ibu bertambah dua, untungnya ada yang jago masak. Perempuan palembang yang jadi menantu kedua itu handal bikin mpek mpek dan tekwan. Sebagai menantu sulung sih tetap aja aku kudu jaim, setor muka, bantu bantu didapur. bagian icip icip... weiks!! enak betul ya..

Menantu bertambah, pastinya cucu juga semakin banyak kan?? Ibu lebih senang mengurus cucu cucu. Beberapa tahun belakangan aktifitas dapur tidak seheboh sebelumnya. Kegiatan masak akbar disederhanakan, maksuba dan kue delapan jam ditiadakan. Cihui!! soalnya aku nggak sabar bikin kue kok ampe delapan jam. Ngapain? makannya cuma butuh sekian menit kok...he..he..

Well, lebaran di daerah emang lebih terasa dibanding lebaran di jakarta. Tua muda saling berkunjung, dan itu bukan cuma salaman depan pintu tapi lengkap dengan minum coke dan icip-icip kue lebaran. Belum lagi kalo ketupat dan tekwan Ibu masih available, waaaaaaah semakin bertumpuklah cucian piring kami :-)

Lebaran di Jambi memang lebih meriah. lebih berkesan. Rumah besar di Sipin itu mendadak rame jika ayah bersaudara lengkap berkumpul. Sebagai perempuan jawa sejati (*halah*) berbagi moment lebaran bersama ipar ipar yang orang Jambi, Palembang. Padang, dan satu urang Sunda memang memberikan warna berbeda pada jalan hidupku.

....Allahua Akbar...Allahua Akbar...Walillah Ilham...

"Mbak kami minta ketupatnya... bawa balik yo..kami dak bikin. cuma bedua oom dirumah. manolah kami telap bikin ketupat." begitu tante Susi bilang "rendang samo sayur nangko sih ado.."
"kami jugo dak bikin dak..beli bae " sambung si bungsu Nana.
Aku mengangguk. "yo.. iyolah bawa bae.... "
well, aku toh juga memesan ketupatku.

Senin kemarin Susi dan Nana beserta suami dan anak-anak mereka berkumpul dirumah cirendeu. Sebagai kakak sulung, mereka lah tamu perdana "open house" (*halah*) di rumah kami.

Ibu mertuaku di Jambi menangis saat ditelp....mengingat si sulung dan dua anak perempuan tidak mudik tahun ini...beliau pasti merindukan kami. Acara masak memasak di Jambi bisa jadi kurang lengkap tanpa hadirnya kami bertiga. Hm, potret perempuan saat lebaran, emang nggak jauh dari urusan dapur :-)

minal aidin wal faidzin. maafkan lahir dan batin...

Friday, October 27, 2006

Catatan Lebaran-Reuni kecil di Sumedang

Mengingat Kalis. Aku selalu berkaca kaca.
Andi bilang "Emang sedih inget dia, tapi kalo lu dah ketemu, lu akan lihat betapa tegarnya dia. Lu akan tau dia baik-baik saja"

well, dari sms smsnya sih dia emang "kedengaran" tabah, sabar dan tawakal. Tapi yeah, seperti yang pernah kubilang, sms cuma sebaris text tanpa emosi.

No, bukan!! Bukan aku nggak yakin dia baik baik saja seperti yang dibilang, Andi, Edwin dan Mulat yang pernah kesana- tapi justru aku ingin melihat sendiri, aku ingin bisa meneladani "kekuatan" yang dia punya.

Kesempatan itu akhirnya datang juga saat Andi menelphon dihari lebaran
"Bin, kapan Dahnial ngajak ke sumedang??"
"Uhm, belum ada kabar lagi. dia masih sibuk lebaran kali"
Hm, aku sendiri nggak optimis bisa pergi. Sumedang jauh. Aku nggak mungkin nyetir ndiri.
"Lynda ngajakin kesana. Lebaran gini, sedihlah kalo nggak ada yang negokin. Kalo temen-teman nggak bisa juga. Kita tetap pergi kok"

Aku tercekat. Sedikit malu. Lynda saja perduli. Kenapa aku yang sekelas saat kuliah, yang seregu saat praktikum, yang sering nebeng mobilnya, yang sering ke dalurung, yang sering ngobrol bareng, tidak berusaha menjenguknya??
"Gue telp Danial deh..ntar gue kabari" kataku pada Andi.

Akhirnya walau yang confirm cuma bertiga. Aku, Andi dan Dahnial. kami sepakat berangkat pagi dan langsung ketemu di sumedang. Aku, ayah dan anak-anak duluan sampai, begitu Andi dan Lynda tiba kami langsung ke tempat Kalis.

Bertemu Kalis. Aku kembali berkaca kaca. Kutahan airmataku agar tak tumpah. Dia kelihatan baik baik saja sih, tapi entah kenapa aku tetap sedih. Baru sebentar kita berkabar kabari. bel berbunyi "saya kumpul buat absen ya..nanti saya balik" katanya bergegas pergi dari ruang tempat berkunjung. Sepeninggalnya aku menangis!!

Sebetulnya aku malu sama Lynda dan Andi tapi duh?!! susah banget untuk tidak menangis. Tidak pernah terbayangkan aku akan menemui seorang teman yang sekelas saat kuliah, yang seregu saat praktikum, yang sering memberiku tebengan mobil, yang sering ketemu di dalurung, yang sering ngobrol bareng...disitu!!

Aku cepat-cepat menghapus airmataku saat Kalis kembali. Aku balik tersenyum dan pasang tampang manis, padahal duh? kesedihanku seakan tak berujung...mengingat dua anaknya yang persis sebaya dua anakku!! Mereka masih terlalu kecil untuk memahami kerumitan ini..

Saat diluar, kita tidak memperhatikan hal-hal kecil. Tapi disini lain. berbulan-bulan saya nggak bisa liat bulan. soalnya kan malam-malam ngak boleh keluar...waktu ramadhan, saya pergi ke masjid buat terawih, baru saya bisa melihat bulan lagi, saya menangis...

Aku terdiam. Berpikir. Pernahkah aku bersyukur, akan kesempatan melihat bulan? terselip kesadaran baru untuk bersyukur atas karunia Allah, sekecil apapun itu...

Saya percaya pertolongan Allah pasti datang. Kalo dipikir sudah jelas saya disini, tapi boss saya dikantor terakhir masih percaya sama saya dan mau membantu...

Aku tertegun. mengingat-ingat. Pernahkan aku punya keyakinan begitu besar akan datangnya pertolongan Allah ?? terselip rasa malu...

Saat Dahnial kelar ngobrol sama Kalis, aku sempatkan duduk disampingnya buat ngobrol berdua."Sing penting, Jaga kesehatan baik-baik, ya Lis.." aku berpesan. Kami ngobrol sebentar. Nggak lama bel absen kedua kembali berbunyi. Wah, ternyata udah dua jam berlalu tanpa terasa. Kami pamit.

Andi menyalami Kalis. Dahial dan Ratih berikutnya. Aku jadi yang terakhir. Kalis mengenggam tanganku erat-erat. Aku menatap Kalis baik-baik. Aku memandang lurus kedua matanya dalam dalam. Dia tersenyum. Tidak ada kesedihan disana. Aku melihat keikhlasan yang luar biasa...Ah, andai aku bisa seperti dia...hm, rasanya aku masih perlu banyak belajar...

Aku berjalan dibelakang punggung Andi. Aku tak berani menengok kebelakang. Aku tak mau Kalis tau....aku kembali menangis...

"Gue juga sedih, Bin...tapi gue berusaha kuat...." Begitu Andi bilang sebelum kami berpisah untuk pulang. LP depan alun alun itu menjadi saksi reuni kecil kami di sumedang...

Hidup ini, memang terkadang getir...tapi aku bersyukur punya teman-teman yang saling perduli. Aku bergegas ke masjid agung Sumedang, tempat Ayah dan anak-anak menunggu...

Wednesday, October 25, 2006

Perbedaan Hari Lebaran itu Rahmat

"lebaran pastinya kapan?" begitu bunyi sms Herry dari Jambi
"Pastinya ? 1 SYAWAL lah" jawab Ayah menggoda adiknya persis.
"maksud kami, senin apo selaso ??"
"kami ikut senin, entah orang lain"


Hari kuliah terakhir, aku buka puasa semeja dengan Haryanto.
"Kamu lebaran kapan, Har ?"
"Senin"
Aku mengangguk. "sama"
"Tapi istriku selasa. ikut pemerintah" sambung si Har.
Aku pasang tampang heran. Hm, Jadi inget cerita Hans Christian Andersen yang kubaca jaman kecil, judulnya "Ayah selalu benar". Tapi aku nggak berkomentar.


Satu siang diminggu terakhir ramadhan, aku ngobrol sama Andi.
"Lu lebaran kapan, Ndi ?"
"Gue sih ikut pemerintah. selasa. Lu kapan Bin...senin ?"
"Kalo ada yang lebih cepat dari senin...minggu misalnya- gue ikut itu deh.."kataku becanda
Andi tertawa "Wah..boleh juga...mahzab mana tuh ??"

Idul Fitri Tahun ini emang dirayakan dalam 2 versi hari. Ada yang merayakan hari senin, ada yang selasa. Koran dan milis rame membahas. Pada intinya mereka bilang. Jangan dibesar-besarkan.Perbedaan ini adalah Rahmat.

Well, aku nggak punya cukup ilmu untuk membahas perbedaan ini sebagai rahmat, tapi aku bisa merasakan ini adalah rahmat saat aku menelphon seorang kenalan mamah yang jago masak.
"kak Narsih..lebaran kapan?"
"saya selasa Mbak Bin..."
Uhm aku jadi sedikit ragu. tapi tetap kubilang
"maaf banget nih kak, tapi bisa nggak ketupat, rendang dan opor ayam pesanan saya dimasak minggu.soalnya saya lebaran senin, minggu malam saya jemput pesanan saya, boleh?"

"Oh kebetulan Mbak Bin, sebagian yang pesan memang minta makanannya siap minggu karena mau lebaran senin. Saya malah senang karena bisa masak dua kali, minggu buat yang lebaran senin, senin buat yang lebaran selasa. Jadi nggak sekaligus..kewalahan juga soalnya..."
Ups. Aku lega. Ternyata lebaran 2 versi memang rahmat.

Juga saat hari minggu pagi aku bertanya pada Mpok Salma, perempuan betawi dekat rumah yang beberapa tahun terakhir jadi freelance nyuci baju dirumah kalo pembantu pada mudik lebaran
"Lebaran kapan Mpok ? senin apa selasa ??"
"saya mah ngikut pemerintah neng....Selasa. Emang nape ??"
"Jadi besok masih bisa datang nyuci ?? kalo kita sih besok lebaran"
Well, biasanya Mpok Salma emang nggak datang nyuci bertepatan dengan hari pertama dengan kedua lebaran.
"Iya dah saya datang...saya pan belon lebaran"
Ups. Aku lega. disaat aku pastinya sibuk beberes, manas-manasin makanan dan sholat ied, masih ada yang bakal take care cuci baju kami.

Hm, lebaran dua versi memang Rahmat, paling tidak untuk urusan makanan dan cucian baju kami yang segunung :-D

Monday, October 23, 2006

Selamat Idul Fitri




Selamat Hari Raya Idul Fitri 1427


Taqobbalallaahu minnaa wa minkum
Shiyamanaa wa shiyamakum..
Minal 'Aidin Wal fa'idzin..
Semoga Seluruh Amal Ramadhan Kita
Diterima Disisi Allah SWT




Saturday, October 21, 2006

Kenangan Ramadhan jelang Lebaran

Ramadhan tahun ini, beberapa minggu lalu aku menerima sms dari Papi
*Bunda istirahat dirumah ngapain aja?
*leyeh leyeh.. baca baca... ngeblog
*wah !! kerjaan gue jadi nambah dong
*maksudnya? ih apa hubungannya, pikirku
*baca blog
Aku tertawa keras. Walau pendiam tapi adikku itu emang suka becanda.

Ramadhan gini. Back to jaman kita masih SD. Sekolah memberikan libur panjang. ngapain aja selama libur dan berpuasa? Yang paling berkesan buatku adalah main karambol bareng.

Kami empat bersaudara nyaris sebaya. Main karambol adalah hal yang ideal. Pas banget.Mbak Ary dan Bram versus aku dan Dian. Atau mbak Ary dan Dian versus aku dan Bram.

Seru!! karena team yang kalah harus siap dibedakin pake tepung kanji pelicin papan karambol. Wah!! teras rumah jadi putih semua deh. Sayangnya aku lupa siapa paling jago diantara kami berempat. Kayaknya berimbang deh..ya iyalah.. kami empat bersaudara yang nyaris sebaya.Kami melewatkan libur puasa dengan banyak tertawa.

Ramadhan gini, saat Mamah mulai sibuk nyiapin kebutuhan lebaran, aku ingat Mamah akan memberi kami berempat tugas rutin. Apaan tuh? mengupas kacang tanah buat bikin kacang bawang. Jaman kami usia SD dulu emang kacang tanah dijual bersama kulit arinya. Belum tersedia kacang yang putih bersih tanpa kulit ari seperti kini.

Simbok memasukan 3 ato 5 kg kacang yg masih berkulit ari itu ke baskom besar.Menyiram dengan air panas. Didiamkan sebentar dan setelah air jadi hangat, adalah tugas kami berempat untuk memisahkan kulit ari yang sudah lunak dari butir butir kacang itu. Satu demi satu. Ugh!! bosen banget!! Tapi kan nggak enak ati kalo nolak..makanya kami kerjakan juga sambil mengobrol atau nonton teve bareng.

Pada akhirnya kalo satu demi satu dari kami menyerah dan mundur dari acara mengupas kacang, toh masih ada simbok yang membereskan urusan kacang bawang itu..ugh!! I miss her...miss her so much...hiks..hiks..

Ramadhan menjelang lebaran gini. Back to saat Mbak Ary dan aku udah kuliah. Bram dan Dian masih SMA. Kami iseng bikin kompetisi diantara kita berempat. ..adu beken...adu populer.Duh? asal banget deh!! gimana tuh?

Terserah kita mau kirim berapa banyak kartu lebaran. Tapi yang jadi ukuran kemenangan adu beken dan populer ini adalah siapa yang menerima kartu lebaran terbanyak.Hayo! ih, konyol ya??

Hasilnya tak terduga. Bram- satu satunya cowo diantara kami berempat justru menerima kartu lebaran terbanyak. Kami bertiga geli sendiri, ternyata cewe emang lebih telaten kirim kartu lebaran, sedang cowo lebih banyak nerima doang. Weiks?!! enak betul?? Bram adalah contoh nyata untuk hal itu.Tapi Hey?!! bisa jadi Bram, cowo pendiam yang super pintar itu- memang paling beken, paling populer dari kami berempat. Gubrak deh!!

Ramadhan menjelang lebaran tahun ini. Hari ini. Aku ke condet. Tidak buat main karambol. Bukan buat mengupas kacang. Apalagi mengulang kompetisi adu beken yang konyol. Aku ke condet karena mamah mengundang buka puasa bareng. Bertepatan juga dengan ulang tahun Papi Bram...

Add another candle on Your birthday is not make you older..it just makes your life brighter..
Happy Birthday Bro..

Friday, October 20, 2006

Kepastian Yang Kutunggu - By GIGI

"How's ur girlfriend ?" Aku iseng bertanya pada cowo disebelahku saat kuliah accounting belum dimulai.
Dia terlihat muram. "well, we're just friends now"
Hm, bukan berita bagus. Aku jadi merasa bersalah menanyakannya.

Cowo itu mengeser duduk lebih dekat dan mulai curhat. Berbisik-bisik... bla..bla..bla.. aku kan.....(terdiam cukup lama) kangen..
*halah* ngomong kangen aja kok susah banget ?? Aku tertawa.
Dia agak tersinggung "kok ketawa sih mbak?" ups!! aku menyesal.
"Hm habis diusia segini. kamu kok masih ribet ngurusin begituan ??" Banyak orang seusianya sudah jadi Bapak. Yang ini masih aja pusing urusan pacar. "Aku sih stabil mbak, tapi dia..well, don't know..." Aku menatapnya lekat-lekat. Aku berusaha jadi pendengar yang baik.

"Good evening class!!" Wah!! Pak Warry sudah hadir dikelas.
Konsentrasiku terbagi. Dia masih juga curhat dengan suara pelan, dan berakhir dengan kalimat "Aku cuma pengin kepastian .."
Aku melihat kedepan kelas, group 3 bersiap presentasi, kelas accounting segera dimulai. Aku cuma bisa tersenyum bersimpati. Aku tak berkomentar, aku percaya dia bisa menghandlenya...

Hih!! Jadi inget lagu terbaru GIGI (album next chapter) yang berikut...

Kepastian Yang Kutunggu

di bawah sinar bulan purnama
ku merenung

saat terpisah yang ku jalani
bersamamu


keindahan dalam bercinta
tidaklah mudah

cinta membutuhkan ketulusan
dan pengorbanan


satu keagungan cinta
tak terpadamkan
mengapa semua ini harus terjadi

reff:
tanya hatimu benarkah dirimu
masih mencintai aku
bukankah dulu kau mau menunggu
pernyataan cinta dariku

tanya hasratmu benarkah dirimu
masih membutuhkan aku
bila tak berubah bicara padaku
kepastianlah yang ku tunggu

Thursday, October 19, 2006

BeTe

Hari ini hari BeTe....kurang tidur..pms nggak kunjung kelar..anak sulung selalu membantah, adiknya terus menuntut ..baca bahan kuliah accounting ngga mudeng juga..template blog ancur...giliran piket tapi kantor sepi kayak kuburan.Ugh lengkap sudah!! Dunia kecilku seakan berhenti berputar. Semua jadi menyebalkan!!

Kalo lagi gini..semua jadi merembet kemana mana.. senewen.. frustasi.. pusing!! Nyetir di tol rasanya melayang. Pikiran nggak focus. Penginnya nangis terus. padahal nggak jelas juga nangisin apa. Sumpek aja!! Tampang udah kayak langit mendung...nggak ada senyum tersisa..

Banyak yang bilang bete ato tidak soal pilihan. lha kalo bisa milih bahagia terus ya jelas gue milih itu, sayangnya nggak semua hal berjalan sesuai harapan kan?? banyak keinginan nggak terwujud sesuai yang diminta. rasanya naif banget bilang gue happy soal itu semua!!

Sabar. Ikhlas. Sudah sering nasehat begitu kudengar. Well... aku kan gak mungkin "mendadak religius". Mendadak sabar. Mendadak ikhlas. Sabar dan ikhlas tidak semudah membalik telapak tangan. Lagian semua itu emang betul kalo logika kita yang bicara... tapi saat ini, bete ini. Emang urusan hati.

Akal sehatku seakan berhenti. STOP. Aku seperti sebuah komputer yang hang. Nggak bisa mikir. Yang aku bisa rasakan hanyalah airmataku terus mengalir...sepanjang jalan tol Bintaro yang sepi...sumpek aja!!

Sebuah Potret Lebaran

Lebaran sebentar lagi. Anak-anak udah libur sekolah. Minggu depan kantor cuti masal. Teman-teman mudik. Pembantu pulang kampung. Lebaran sebentar lagi. Walau repot tapi lebaran adalah moment istimewa. Setahun sekali.

Surprise!! kemarin siang aku menerima sms dari sumedang, bunyinya
Apa kabar bu ?
Aku terkejut. Tumben sms dari sumedang datang siang-siang? apakah dia sudah bebas?? Aku membalas dengan antusias "dimana nih??"
Sayangnya, SMS berikutnya masih seperti kemarin dan kemarin. sidang ditunda habis lebaran. doakan saja. salam buat teman-teman....duh? harapan yang sempat terlintas menguap dengan cepat, aku menangis.

Walau berikutnya aku mengetik kata-kata menghibur tapi air mataku mengalir deras. Well, itulah hebatnya sms. Tidak ada emosi yang terbaca lawan bicara disana. Jadi walau aku tulis yang sabar ya..tapi aku sendiri menangis.

Lebaran sebentar lagi. Ketupat, rendang, opor ayam sudah dipesan. Kue-kue sudah diorder. Anak-anak sudah punya baju baru. Ya iyalah..lebaran sudah tinggal seminggu lagi. Sedih membayangkan seorang teman akan berlebaran tanpa keluarga. Tanpa siapa-siapa. Mungkinkah ketupatnya tahun ini terasa sama dengan tahun tahun sebelumnya?

Kalo minggu lalu aku mendengar banyak antusiasme akan mudik, semangat berlebaran dikampung halaman, bersama orang tua, dan kakak adik - khas banget lebaran di Indonesia. Hari ini aku membayangkan sebuah potret yang lain. Sebuah lebaran di tempat yang lain. Ugh!! potret kehidupan manusia memang tak semuanya berwarna cerah. Ada juga yang buram abu-abu.Seperti potret seorang teman yang saat ini jauh di sumedang.

Gema takbir belum lagi terdengar. Lebaran memang masih minggu depan. Aku cuma bisa berdoa smoga dia bisa menjalani lebarannya kali ini dengan ketabahan sebesar gunung. Aku menginggat sepasang orangtua di Bandung, dua orang kakak di Bogor dan dua orang anak di BSD. Potret lebaran mereka tahun ini, tidaklah secerah tahun tahun sebelumnya....

Wednesday, October 18, 2006

Nggak ada lu nggak rame !! -sebuah reuni

"sebelum gue mudik, kapan nih buka puasa bareng ?" begitu rabu sore menjelang magrib Erfan tanya via telp.
Ugh! aku sebetulnya dah malas woro-woro. Tapi sayang juga sih kalo Ramadhan kali ini lewat tanpa buka puasa bareng temen-temen kuliah saat di bogor. Soalnya udah jadi tradisi tiap tahun.

"Gue sih kapan aja bisa. Lu ?" kataku tanpa terlalu antusias.
"Jumat besok aja. Gue ada buka puasa bareng tempat lain, tapi bisa gue kalahin deh"
duh ? woro-woro cuma dalam dua hari ? mepet banget!! Tapi emang kapan lagi?? Minggu depan pasti temen-temen dah pada mudik.
"kalo yang datang dikit ?"
"nggak pa pa lah...yang penting ketemu"

Aku kembali teringat kata-kata Andi saat terakhir ngumpul. Kalo yang datang dikit toh ngobrolnya jadi bisa akrab. Nggak sendiri-sendiri. Hm, boleh juga sih..
"Citos. Jumat pulang kantor. Lu datang kan ? soalnya nggak ada lu nggak rame!!" kataku becanda.
Erfan ketawa keras, kayaknya dia geli mendengar kutipan iklan rokok yang kusebut barusan "ya..ya gue dateng"

Jumat itu, aku dan Mulat bareng dari Bintaro dan sampai di nandos@citos duluan. Kami cuma ngorder satu meja buat berdelapan. Paling segitu yang datang. Menjelang magrib satu-satu mereka muncul. Dahnial sekeluarga. Andi sekeluarga. Erfan datang belakangan. Sayang banget Djarot cancel last minute. Sedikit memang. Tapi persis seperti yang dibilang Andi. Justru lebih akrab.

Seru. Itu yang aku rasakan saat ngumpul bareng mereka. Obrolan yang didominasi Andi berjalan (*halah* pake berjalan, emang rapat DPR/MPR ??) meriah. Rame.Enteng.Menyenangkan.Si Andi emang teman ngobrol yang fun.

Betul Andi berubah banyak. Dia bukan lagi Andi yang kukenal saat kuliah bareng. Kalo dia lagi sharing, kok rasanya jadi "mendadak filsuf". Walau kadang nyelekit juga, tapi kami menangapinya dengan tertawa.

Kita nggak banyak ngabsen kabar temen-temen. Udah basi, udah garing ah... kita lebih banyak sharing. Diskusi, soal kehidupan masing-masing. Sedikit pribadi memang, tapi its fine. Paling tidak menambah wawasan masing-masing kami soal warna kehidupan. Lagian Ini bukan diskusi yang pelik dan serius, ini moment sharing yang light dan penuh tawa.

Hm, aku memandang teman-temanku itu baik-baik. Satu demi satu. Mulat. Dahnial. Andi. Erfan. Aku berusaha menyelaraskan ingatan dengan kenyataan yang ada di meja nandos@citos malam itu. Beberapa potong kenangan melintas cepat. Beberapa moment sebelum dan sesudah kami lulus kembali terbayang. Aku membatin, dulu Andi pernah bilang gini, Danil pernah bilang gitu.Aku tersenyum. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak hal yang telah berubah...

Yang luarbiasa, satu hal yang tidak berubah walau berbelas tahun telah lewat... keBERSAMAan dengan mereka selalu menyenangkan!! Thanks for the great evening guys...thanks for coming...just remember ...nggak ada lu nggak rame!!

Keep smiling..keep shining
Knowing you can always count on me
For sure...thats what friends are for....

....sepanjang jalan pulang aku jadi ingat salah satu lagu favorit Erfan itu...

Tuesday, October 17, 2006

Hidup cuma mampir...Semua cuma titipan...

Sepenggal obrolan di YM...
Wido: besok pengajian di pondok indah libur
ibin2: kenapa??
Wido: mau pada datang ke pengajian Aa Gym di Masjid PI. Lu dateng aja..
ibin2: ok, thanks infonya...

Aa Gym. Selama ini aku hanya mengenalnya dilayar kaca. Seorang Dai. Juru dakwah yang memikat hati banyak umat...dan catet..bukan cuma muslim...aku pernah mendengar Big Boss di kantor ku dulu mengutip kata-kata Aa Gym dalam acara buka puasa di kantor. Padahal beliau budha... amazing hah ?

Aku merasakan pesona Aa Gym sejak baru sampe ke masjid PI. Ugh!! susah sekali cari parkir buat si mumun yang imut. Dua kali muter gak juga ada tempat tersisa..akhirnya aku putuskan parkir di TR's pondok indah. Berpeluh dikit jalan kaki, soalnya siang itu aku bergamis panjang dan berjilbab :-)

Hidup ini cuma mampir. semuanya cuma titipan..Aam Gym mengingatkan.Hm, kata kata itu begitu berbekas dihati. Walau aku duduk dibarisan belakang. Aku berusaha menyimak baik baik kata kata sang Aa yang legendaris itu.

Kenapa marah dihina tetangga? Nabi yang Mulia saja sering dihina dan tetap sabar..sabar bu sabar..memangnya siapa kita? begitu Aa bilang. Well, majoritas hadirin saat itu emang Ibu-ibu yang semua berjilbab. Maklum saat itu emang hari dan jam kantor.

Duh? ada perasaan malu menohok didada..aku yang suka marah jika dimaki.....aku yang suka bete jika disepelekan...aku yang sebal jika diabaikan. nggak dianggap...emang gue siapa? Nabi yang mulia saja bisa sabar...kemana pergi rasa sabar milikku?

Hidup ini cuma mampir.....Ugh!! Betul banget. Hidup ini gak abadi. semua akan mati. Kehidupan di dunia ini cuma fana. Kehidupan kelaklah yang abadi. Kehidupan dunia adalah kesempatan mencari bekal untuk kehidupan berikutnya yang kekal. Sayangnya kita sering lupa soal itu...

Semuanya cuma titipan....duh? Iya sih...tapi menginggat dua buah hatiku yang lucu itu, rasanya kok aku tak bakal sanggup kehilangan mereka. Titipan berarti bukan milikku. Mereka milik-Nya. Aku tak punya kuasa apapun atas hidup mereka..Sayangnya kita sering nggak sadar soal itu...

Well, walau ceramah Aa Gym cuma sejam, tapi begitu membekas. Harus diakui aku jarang pergi pengajian. Harus diakui kini aku membutuhkannya. Agar aku selalu ingat bahwa hidup ini cuma mampir, semuanya cuma titipan...

Sepenggal obrolan di telp...
Bintari : Lu masih suka datang pengajiannya Arifin Ilham. Di depok ya?
Arya : Masih, Tapi ramadhan ini ditiadakan. Break dulu.
Bintari : uhm, nggak pa pa sih...tapi kalo udah aktif lagi gue diajak dong..sms aja..
Arya : Insya Allah ya...

Monday, October 16, 2006

Sebuah lagu dangdut tentang Mandul.

"Istri gue sensitive banget. Dia marah kalo gue nyanyi lagu mandul" begitu kata seorang sahabat yang jago nyanyi -hobby karaoke- dan sempat mengalami keterlambatan punya anak. 5 tahun bukan waku yang pendek.

Tadinya aku nggak tau lagu itu. Maklum itu lagu duet dangdut yang nggak terlalu populer. Sampai suatu saat aku mendengar lagu itu muncul di teve

Cintaku padamu tak akan pudar
Walau seumur hidupmu dalam kemandulan

Hm, rasanya nggak ada yang salah dengan lagu itu.Bagus aja. Kenapa musti marah ?
Aku lalu menyimak syair berikutnya yang dinyanyikan si cewe

Kurasa tiada sempurna kebahagian kita
Tanpa ada nya seorang putra penahan jiwa

Well, aku bisa memahami kekecewaan para istri mandul yang diwakili syair dangdut itu.Lagu dangdut. Memang selalu sederhana dalam berkata-kata. Apa adanya. Memang bener sensitive sih.

Apa sih Mandul? Infertile ? Obgynku -seorang dokter kandungan senior yang sudah berumur-mendefinisikan sebagai Jika pasangan menikah dan aktif secara sexual, dalam kurun waktu satu tahun pertama tidak juga hamil. Maka sudah bisa dikatakan mandul.

Hamil. Punya anak. Memang impian semua perempuan menikah. Seorang putra penahan jiwa, seperti pinta lagu dangdut tadi. Tapi kenapa ya di budaya kita, jika pasangan mandul, nggak punya anak, umumnya semua tudingan jatuh ke pihak perempuan. kamu mandul!! Kok Sedih betul jadi perempuan?.

Padahal mandul bukan melulu urusan perempuan. Banyak jug amandul yang disebabkan pihak laki-laki lho. Untung saja sekarang sudah umum diterapkan procedure baru. Yang pertama di periksa adalah pihak laki-laki. Jika laki-laki nggak bermasalah baru pindah ke perempuan.

Kenapa ? karena pemeriksaan laki-laki lebih sederhana dan murah. Berabe kan kalo si perempuan sudah menjalanai procedure macem-macem yagn menguras budget. Eh pada akhirnya baru ketahuan bahwa yang mandul di laki-laki. Menurutku sih ini prosedure yang adil.

Memang organ perempuan lebih kompleks. Kadangkala everything oke. sulit dicari sebab mengapa tidak juga hamil. Makanya untuk urusan mandul perempuan memang lebih care. Lebih sensitive. Suami Kawin lagi. Bercerai. Jadi hal yang merisaukan perempuan mandul.

No wonder sku melihat banyak perempuan melakukan apapun untuk mengatasi kemandulan. Berobat dokter atau alternative..Betul kemandulan Ada yang bisa teratasi dengan bolak-balik laparoskopis, tapi ada juga yang sampai opeasi bedahpun tidak ada solusi.

Obgynku pernah sharing beini "Jadi dokter kandungan membuat saya melihat dua sisi kehidupan. Bayak remaja tidak mau meneruskan kehamilan yang terlanjut terjadi. Sebaliknya banyak juga perempuan menikah yang rela keluar uang banyak untuk obat dan operasi, agar bisa hamil". Aku miris mendengarnya.

Jika kita percaya Jodoh, rejeki dan Mati ditangan Tuhan. Seharusnya kita juga yakin bahwa bahwa anak-anak itu adalah bagian dari rejeki. Betul manusia bisa berupaya untuk mengatasi kemandulannya, tapi pada akhirnya semua berserah kembali pada-Nya.

Jangan kau sedih jangan kau berduka
Mohon pad Nya dalam berdoa

Begitu sepotong syair penutup lagu dangdut tentang mandul yang kudengar di teve. Lagu dangdut. Memang selalu sederhana dalam berkata-kata. Jujur apa adanya.

Sunday, October 15, 2006

What Planet Are You From?

Udah lama gue pernah baca buku best seller "men from mars and women from venus"...ternyata quiz ini menawarkan opsi lain...hasilnya...bisa diliat dibawah ini..ternyata fun juga.




You Are From Mercury



You are talkative, clever, and knowledgeable - and it shows.

You probably never leave home without your cell phone!

You're witty, expressive, and aware of everything going on around you.

You love learning, playing, and taking in all of what life has to offer.

Be careful not to talk your friends' ears off, and temper your need to know everything.



How Open Are You?

Banyak yang bilang aku terlalu open. menurutku nggak juga sih...well, mungkin batasan open tiap orang berbeda ya...makanya aku coba quiz berikut.
dan hasilnya...bisa diliat dibawah ini...well, not bad at all kan ?



You Are 68% Open



You're a pretty open person - and you don't mind sharing the good, bad, and sometimes ugly.

And while sometimes you do catch yourself blabbing on, you usually exhibit restraint.

You're openness is quite refreshing, and it encourages other people to be open with you!


How Intuitive Are You?

Kadang aku punya mimpi yang jadi kenyataan. Kadang aku punya intuisi yang tepat. Aku punya six sense yang akurat. Makanya aku penasaran dengan quiz berikut.
Ternyata hasilnya..bisa diliat disini..




You Are 72% Intuitive



You are a very intuitive person. And luckily, your intuition is normally right.

You're wise enough to know that relying on intuition alone can be dangerous.

When your intuition seems really off, you tend to ignore it - and look at the facts instead.



Are You a Romantic or Realistic ?

Kadang aku berpikir. Apakah aku perempuan yang romantis atau realistis ??

Kalo aku romantis, kenapa aku selalu sinis pada film dan cerita yang happy ending? kenapa aku mencibir pada liryk lagu yang penuh kata gombal? Hai!! Hidup ini tidak semanis semua itu, sayang...!!

Kalo aku realistis, kenapa aku selalu berharap dan tersanjung jika ada yang memberiku bunga? Kenapa aku selalu mengingat setiap kata manis yang terucap? Well, ternyata hidup ini masih punya sesuatu yang indah kok...!!

Aku mencoba quiz ini dan ternyata jawabannya..... bisa diliat dibawah ini..Hm, kayaknya bener sih..wieks!! what do you think?




You are a Romantic Realist



Okay, so you fall in the middle.
You know that love isn't like a greeting card...
Yet you can always find a greeting card to describe your feelings.
You are the best of both worlds
Girly yet independent, dreamy yet serious.

Almost any guy can find balance with you.



Friday, October 13, 2006

Rejeki Udah Ada Yang Ngatur

"Rejeki mah udah ada yang ngatur" begitu kata tukang ojek di pangkalan ojek dekat rumah, menanggapi keluhan temannya "kenapa ya hari-hari ini sewa sepi". Aku tersenyum miris mendengar ucapan mereka. Saat itu aku sedang mencegat angkot ke pasar pondok labu. Disana susah parkir makanya aku malas bawa mobil. Mending merakyat. Naik angkot.

Pasar Pondok labu adalah pasar tradisional. ngapain ? survey market. Buat apa ? tugas kuliah marketing. Cek distribusi. harga jual. kondisi kompetisi suatu product dengan banyak band. Group kami memilih susu kental manis. Frisian flag. Indomilk, carnation, cap enak, cap nona, dst.

Visit pasar buat interview, cek harga dan distribusi bukan hal yang asing buatku yang punya pengalaman panjang di marketing. Hanya saja diluar tugas utama itu, aku prihatin melihat nasib para pedagang itu.

Pasar tradisional. Wet market. Hanya jadi preference buat product-product yang fresh. Daging. Ayam, Buah dan sayur-sayuran. Untuk product diluar yang fresh, sekarang orang memilih pasar modern. Hypermart banyak. Supermaket membanjir. Minimarket nyaris mengusur warung perorangan. Aku kembali miris.

Dari hasil ngobrol dengan para pedagang , terutama pemilik warung aku prihatin.
"Saya bisa jualan cuma kalo minimarket depan udah tutup neng"
"saya dulu bisa jual 12 karton sebulan neng..sekarang mah boro boro. 2 karton aja susah"
"saya nggak ngerti kenapa supermarket bisa jual murah ? pan saya dapat dari agennya juga dah mahal"

Aku tersenyum kecut. Modern market memang memotong jalur distribusi. Mereka langsung disuplay dari produsen. Produsen melayani karena mereka mengorder dalam jumlah besar. Karenanya modern market juga punya bargain power untuk minta discount yang besar ke produsen, makanya mereka bisa jual lebih murah dibanding toko kelontong karena mengejar volume yang besar. Supaya inventorynya berputar. Kan itu cuma berlaku buat product-product yang fast moving, untung yang slow moving sih tetep aja lebih mahal!! Dan sayangnya nggak banyak orang yang aware akan hal itu, consumer pikir lebih enak belanja di modern market. Bersih, lengkap, nyaman dan murah lagi. Tapi bagaimana masa depan pasar trasional dan toko kelontong ?? Ugh!! aku yang bertahun-tahun berkutat dengan pemasaran kembali miris.

Sebetulnya tidak masalah ada modern market, kalo tujuannya melengkapi bukan menghabisi tradisional market. Target marketnya beda. Positioningnya beda. Butuh aturan main yang jelas. Sekarang ini antar modern market saja sudah saling canibalisasi. Apa iya mereka pernah perduli sama nasib pedagang di pasar tradisional ??

Betul, rejeki udah ada yang ngatur. Semua di tangan Tuhan. Seperti yang dibilang tukang ojek yang kusebut diatas....tapi melihat realitas ketidakadilan itu hatiku menjerit. Aku melihat pasar tradisional semakin hari semakin lengang. Aku miris membayangkan bagaimana kelangsungan usaha para pedangan non product fresh di pasar tradisonal itu. Jika pengusaha modern outlet tidak perduli, seharusnya pemerintah perduli ...

Well, aku mungkin cuma bisa omong doang...buktinya aku pribadi juga selalu belanja di modern outlet, sebab nyaman, lengkap, bersih dan aku tau mana yang murah mana yang mahal....ugh!! aku memang cuma bisa ngomong doang...karena aku bukan siapa-siapa. Orang-orang di partai politik. Bapak Ibu di DPR-MPR. Pejabat-pejabat di Pemda itu yang seharusnya memikirkannya...

Apakah mereka juga berpikir sederhana seperti tukang ojek dekat rumah yang kusebut diatas? "rejeki udah ada yang ngatur, neng....mau kemana ? pondoklabu ? naik ojek aja neng, angkotnya lama. sepuluh ribu ya?" Aku menggeleng dan tersenyum miris.

Wednesday, October 11, 2006

Sebuah Kepergian di Bulan Ramadhan

Dering telp tengah malam atau pagi buta umumnya bukan tentang kabar baik. Makanya aku berdebar saat subuh tadi telp berdering di rumah. Telp dari Condet. Mamah menangis mengabarkan, kakaknya meninggal.

Duh ? padahal baru saja kemarin malam seusai magrib mamah menelphon
"Bunda, besok pagi nemenin mamah negok bude Ani bisa ?"
"Bisa...Eh,Bude kenapa ?" tanyaku heran
"Barusan yu sum telp tadi pagi Bude nggak sadarkan diri dan langsung dibawa mas Arif ke RSPPertamina. Sekarang di ICU."
Hm, Rumah Bude Ani memang cuma bersebrangan dengan RSPPertamina. Kaget juga sih, kok tiba-tiba masuk ICU ? Ah, besok toh kita akan menengok kesana.
"Iyalah.. Besok kita kesana pagi pagi ya Mah.." Aku mengkonfirmasi.

Belum sempat kami menengok, hari ini subuh tadi mamah menerima telp dari Mas Arif sepupuku-Bude Ani telah tiada jam 4.30. Kami berduka.

Papi bilang Bude dimakamkan jam 10. Aku bergegas pergi sendiri karena Ayah ke Surabaya. Ini jam berangkat kantor, pasti macet. Seperti kuduga jalan merayap sepajang Pondok Indah Radio Dalam. Sambil menyetir aku mengingat kembali Budeku itu. Seorang perempuan cantik yang fasih berbahasa belanda. Beliau selalu hadir jika mamah mantu. Ikut sibuk sejak acara siraman dirumah,Ijab di masjid sampai resepsi di gedung. Sejak mbak Ary sampai terakhir adikku Bram.

Aku mulai menghitung. Mamah 7 bersaudara-beliau nomor 6, dengan meninggalnya Bude An diusia 72, mereka kini tinggal ber-3. Hm sedih betul ? Sepanjang jalan yang padat merayap air mataku mengalir mengingat kebaikan dan perhatian Bude An kepada keluarga besar kami.

Di depan jenasah Bude aku tak kuasa menahan tangis. Dalam balutan kain kafan putih beliau terlihat cantik seperti masa hidupnya. Aku berdoa untuknya. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima amal ibadahnya dan menempatkan beliau di surga yang abadi.

Aku menghampiri mas Arif yang sembab karena banyak menangis. Aku kembali berkaca-kaca saat memeluk mas Arif dan berbisik "sing tabah yo Mas.." Mas Arif cuma menggangguk "terimakasih dik Bin" Well, mas Arif sangat dekat dengan mamanya, dia pasti sangat kehilangan karena dia anak tunggal, apalagi Pakde Hamid -papanya-sudah meninggal beberapa tahun silam. Aku cuma bisa mendoakan Allah memberikan kekuatan pada sepupuku itu.

Bapak, Papi dan Mami cuma sebentar melayat. Mereka harus kekantor. Aku dan mamah menunggu sampai Dzuhur untuk mengantar Bude sampai ke makam. Mas Arif kembali menangis saat memberikan sambutan. Duh? Ini benar-benar moment yang menyedihkan buat kami.

Kematian pasti datang. Kapanpun itu. Siapa yang menduga Bude An akan pergi dengan begitu tiba-tiba. Seorang tamu berbisik menghibur Mas Arif, "Kita semua sayang tante An, tapi Allah lebih menyayangi beliau sehingga memanggil tante An duluan." Mas Arif mengganguk tanda mengerti. Duh ? Aku terenyuh. Di bulan ramadhan yang penuh berkah ini, kami merelakan kepergian seorang perempuan, seorang Ibu, seorang kakak, seorang adik, seorang Bude, seorang tante yang kami sayangi. Allah telah memanggilnya berpulang.

Rumah tua dan besar di jalan Leuser itu akan lengang sepeninggal Bude An. Aku tak bisa bayangkan betapa sepi hari hari mas Arif yang masih single berikutnya. Selamat jalan bude An....Smoga tabah mas Arif. Kami berdoa untukmu.Innalillahi wa innalillahi rojiun..

Selesai pemakaman di TPU Tanah Kusir Mamah bilang "udah Mamah didrop di pangkalan taxi aja." Mamah tidak ingin merepotkanku mondar mandir. Aku memang lebih dekat untuk pulang.
Hm, aku memandang mamahku baik-baik, betul beliau memang terbiasa naik taxi kemana mana, tapi mengingat mas Arif baru saja kehilangan ibunya, sedapat mungkin aku ingin berbuat baik pada ibuku....Well, kita tak akan pernah tau, aku atau mamahku yang akan duluan berpulang menghadap Allah SWT.

Aku menyetir karimunku masuk ke pinto tol veteran Bintaro. Aku menangantar Mamah pulang ke condet...I love you, Mom....

Friday, October 06, 2006

Lebih Bersyukur di Sisa Ramadhan

Setelah melewatkan seminggu penuh kecemasan akhirnya sampai juga hari kamis yang ditunggu. Hari kamis jadwal praktek dokter Bambang di RSPI. Aku diagendakan baca hasil patologi dan pap smear. Jam lima teng aku sudah diruang tunggu poli kebidanan, dapat no satu. Biasanya dokter praktek jam lima tapi karena ini ramadhan, kata suster dokter Bambang mulai habis berbuka. whatever...terserah deh, daripada aku cemas sendirian di rumah aku lebih nyaman duduk disitu.Berbagi cerita dengan perempuan2 hamil yang antri menunggu dokter yang lain, saat itu ada 4 dokter praktek pararel.

Menjelang magrib Ayah udah sampai jadinya kt sempat berbuka dan sholat dulu dimushala lt2, jam 7 baru dokter Bambang datang pastinya dari RSPPertamina, beliau memang bukan dokter tetap di RSPI.
"Bagaimana hasil papsmearnya. dok?"
Dokter membuka map fileku yang sudah setebal bantal. no wonderlah.hampir 12 tahun aku jadi pasien dokter Bambang.
"normal nih.masalah ibu memang bukan dileher rahim tapi dirahimnya"
"maksudnya?"
Dokter mengambil hasil patologi.membaca baik baik. " endometrial hyperplasia tapi nggak ganas"

syukurlah. Alhamdulillah. Aku senang mendengar kata nggak ganas.
"Apakah bisa dikoreksi? hiperplasia itu?"
Dokter bambang mengeleng." rahim normal 7 cm. hyperplasia ini membuat rahim ibu 9 cm. volumenya membesar kan, hal ini bikin ibu akan mens selama 2 minggu, seterusnya"

Hm, aku ingat kutipan artikel kesehatan berikut:
The endometrium is the tissue lining the uterus. When the endometrium becomes unusually thick it is called endometrial hyperplasia. Hyperplasia may cause profuse or extended menstrual bleeding.

"Bahayakah?"
"yang saya concern ibu harus jaga jangan sampai HB terlalu rendah. Anemia terjadi kalo bleeding terlalu banyak"
Ayah speechless. Dia emang gak tahan kalo udah urusan bleeding.
"wah? cek HB kan musti di lab dok"
"Memang. Lakukan rutin. minimal harus 11. Kalo sampai 9 segera kedokter jangan sampai drop 7 kayak kemaren. nggak perlu surat pengantar dari dokter. Datang aja ke lab prodia terdekat bilang mau cek HB."
ugh! ribet bener ya?

"apa nggak ada solusi lain?" aku mendesak
Dokter menatapku baik baik "angkat kandungan..tapi itu nggak simple" Berikutnya dokter menjelaskan prosedur dan rumitnya operasi itu.
Oh No!! Definitely Not!! Aku tercekat. sekiranya ada yg ganas pun aku nggak rela rahimku diangkat!! apalagi gak ganas gini...ganti aku yang mengeleng cepat "nggak dok..saya masih pengin punya anak"
"coba kita USG dulu...silahkan"

Dokter menerangkan dilayar USG kondisi rahimku yang abnormal krn hyperplasia itu. well. aku nggak mudeng dengan tampilan dilayar itu . Aku percaya aja deh. dokter Bambang kan emang expert soal begituan.

Sekembalinya ke meja dokter memandang kami-aku dan ayah serius "dengan kondisi ini, terus terang saya sampaikan...sulit buat hamil. Apalagi usia ibu hampir 40 ya. Tapi kehamilan semuakan atas kehendak Allah ya Bu. kalau memang Allah menghendaki semua masih bisa terjadi, ya Pak"

Aku tertegun, melirik Ayah. Dia udah gelisah.Nggak nyaman denger diskusi jeroan gini. Aku menganti topik konsultasi soal jadwal menstruasi yang berhubungan dengan rencana pergi haji.
"Datang aja kesini 2 minggu sebelum berangkat. nanti saya resepkan obat penunda haid. Tapi yang penting koreksi HBnya dulu. pergi haji butuh fisik yang kuat ya Bu. Emang dokter yg periksa kesehatan calon haji gak komentar soal HB ibu?

"saya udah liat lagi filenya, dok. HB saya saat itu 8.5 dan saya dinyatakan sehat"
"saya dua kalinya dok, HB saya 15" ayah membandingkan.
"wah HB atlit itu.Hati hati juga pak..musti tetap olahraga menghindari darah terlalu kental" Wah, Ayah juga baru tahu soal itu!! Setelah sedikit berkomentar pada ayah, dokter kembali menatapku."kalo menurut saya dibawah 11 itu nggak sehat Bu.pusing.lesu.cepat capai.karena kurang asupan oksigen"

Dokter mengkuliahi aku soal fungsi dan pentingnya sel darah merah. Aku manggut manggut serius padahal itukan basic banget. Nggak perlu sekolah kedokteran untuk tau itu. Aku bertanya sedikit penasaran "apa boleh saya rutin minum sangobion?"
"Boleh.tapi ada efek sampingnya. Konstipasi. Makanya dibantu dengan rajin makan buah dan sayur ya bu.." Ayah nggak bertanya blas. Dia emang cuma datang buat menemaniku. Dokter lalu meresepkan aku sangobion

Aku merasa cukup lama berkonsultasi, 30 menit sudah berlalu.Kami segera bilang terimakasih dan keluar ruang praktek paling kiri itu.wah..masih banyak pasien yang mengantri.

Hm. aku bersukur tidak ada yang ganas. Aku tetap bisa mempertahankan rahimku walau kecil kemungkinan bisa hamil lagi, dan selama itu dipertahankan aku harus bersiap pada anemia. Well, mudah-mudahan ini bisa kujalani dengan baik, karena toh aku sempat membayangkan yang lebih serius dari itu.

Allah pastinya tau secara kejiwaan aku begitu fragile, begitu labil secara emosi. Makanya Allah hanya memberiku peringatan sebatas yang aku mampu jalani. Allah memang maha mengetahui.

Kamis kemarin-bolos kuliah accountingku yang tiga kali berturut-mengakhiri semua kelelahan mental yang kualami 2 minggu ini. Menghapus airmata cemas yang sering tumpah. Akhirnya aku punya kepastian akan apa yang aku hadapi.

Berikutnya aku akan berusaha memanfaatkan sisa ramadhan ini sebaik baiknya. Untuk lebih bersyukur atas semua rahmat yang selama ini diberikan-Nya. Bersyukur bahwa walau aku "bandel" aku tetap mendapat kasih sayang Allah SWT. Pastinya ini salah satu berkah Ramadhan untukku.
Alhamdulillah, betapa beruntungnya aku!!

Thursday, October 05, 2006

Calyx & Corolla

Calyx & Corolla. Begitu judul business case yang dipresentasikan group 3 dikelas marketing. Calyx & Corolla adalah nama sebuah perusahaan florist diamerika yang innovative. Mereka tidak punya showroom, nggak punya inventory. Mereka memakai sistem katalog. Sebelum membahas case itu dosen kami berusaha membuat suasana kelas cair dengan pertanyaan "What is your favorite flowers, ladies ?" well, there were only 4 ladies here at our class. Vivi was absent...
3rd left row - Dewi ? Rose
2nd left row -Angela ? Lily
3rd right row -Bintari ? Daisy
2nd right row - Saroh ? Bunga Bank
Geeerrrrrr. Kami tertawa. Saroh emang seorang akuntan. Pantas dia prefer bunga bank!!

Menurutku preference perempuan akan bunga sedikit banyak menunjukkan kepribadian. Sebagian besar perempuan-apalagi yang romantis- memang seperti Dewi. Mereka suka Rose. Rose bisa terdiri dari banyak pilihan...red, pink, white. yellow. Yang lokal maupun import..

Mawar identik dengan elegance, sophisticated, expensive, exclusive dan menurutku, arrogance. Kenapa ? karena terlalu banyak yang memuja dan mendewakan mawar. Dan Rose, Mawar...rasanya bukan gue gitu lho :-D

Aku prefer Daisy. Sejak remaja aku lebih suka aster yang cerah ceria. Kuning, putih, ungu, pink.... Fun, sederhana dan manis. Aku lebih suka orang mengenalku seperti itu. Seperti bunga aster favoritku.

Dihari ketiga aku opname Reza menengok . Dia mengulurkan seikat kembang. Crysan.
"For you Mbak. Sorry its not daisy" Wow. Pasti Reza tau aku prefer daisy saat kuliah marketing tempo hari. Aku cuma bisa nyengir. "Thanks Za!!"

Aku memang suka Daisy. Tapi aku tetap appreciate jika ada orang mengirimiku kembang. Apapun itu. Aku membawa pulang crysan itu saat keluar dari RSPI. Untuk selalu mengingatkan diriku bahwa aku punya teman-teman yang baik.
So, Jangan tunggu aku mati baru kirim kembang ya.....Udah telat !!

Wednesday, October 04, 2006

Satu Jam di Kamar Operasi

Kamar operasi RSPI. Sudah dua kali aku operasi disitu untuk melahirkan Abang dan Aim. Sekali aku pernah juga menunggu di ruang tunggu kamar operasi itu. Saat Iqbal dikhitan dengan bius total, maklum saat itu dia masih bayi satu tahun. Rabu itu, minggu lalu, Dokter menjawalkan aku masuk ke kamar operasi RSPI itu lagi. Duh ? Aku ngeri bakal masuk kembali kesana...

Setelah lelah menunggu penuh kecemasan dan berpuasa. Jam 9.30 malam akhirnya suster datang membawa kursi roda "kamar operasi sudah memanggil. Ganti baju ya bu" aku dibantu ganti baju operasi dan diturunkan dari lantai 3 yang khusus kebidanan ke kamar operasi dilantai 2. Bapak, Mamah, Ayah, Aim ,dan Reza mengantar sampai pintu masuk ruang operasi.

Aku dipindah ke tempat tidur beroda di ruang persiapan operasi.Brr..dingin banget kayak dikulkas. Aku mengigil. Kedinginan,takut dan cemas. Aku belum pernah kuret. Aku akan menjalani bius total. Bagaimana ya rasa kuret? sakitkah? bagaimana ya rasanya dibius total? pernah sih. Tapi udah lama. Kayaknya sih dulu baik baik saja, cuma pusing dan mual setelahnya.Sebatulnya aku luarbiasa cemas, tapi aku menahan diri untuk tidak menangis.

Tumben dokter SBY sudah standby. Biasanya beliau justru yang suka telat. Aku bisa melihatnya mondar mandir sudah berpakaian operasi lengkap. Seorang perawat senior yang bertugas kamar operasi memasang jarum infus dilenganku, mengajak ngobrol dengan ramah "dokter anestesinya telat-tarawih dulu-tapi udah ontheway kok". Ugh!! aku terpaksa kedinginan menunggu.

Akhirnya aku didorong masuk kamar operasi yang luar biasa dingin. Aku diminta geser ke atas meja operasi yang berasa kayak es. Kamar operasi itu begitu mengerikan. Dingin. Bersih. Lampu besar diatas tubuhku membuatku makin ngeri. Perawat mulai menaikkan kakiku ke penyangga....duh? "dokter, saya takut!" kataku spontan pada dokter Bambang, persis banget kayak anak kecil yang takut disuntik.

Dokter Bambang menyahut kalem "tenang ibu..kita bius ya"
Perawat perempuan senior memasang selang oksigen dan berbisik "berdoa sayang..."
Dokter anastesi memegang lenganku dan mulai menyuntik. Doaku belum juga kelar saat pandanganku mulai memudar...dan wuzz....aku tak ingat apa apa lagi.

Rasanya seperti cuma sekejap. Aku nyaris tak percaya aku sudah berada di ruang observasi untuk pemulihan kesadaran. Aku merasa nyeri yang luar biasa dibagian bawah, but its ok..aku bisa menghandlenya. Tidak sesakit yang aku bayangkan. Tidak sesakit operasi caesar yang sudah duakali kujalani.

Aku bertanya pada perawat dekat situ "udah nih? berapa lama?"
"udah. cuma sepuluh menit kok bu"
well, dalam kondisi tidak hamil, rahim memang cuma sebesar telur ayam. Persiapan justru lebih lama dari tindakannya sendiri. Suster perempuan petugas kamar operasi mendekat memintaku rileks, "tarik nafas panjang bu..saya ambil tamponnya ya.." Aku cuma bisa pasrah.Aw!!...sakit!! Untung aku tidak menjerit.Tapi setelahnya aku merasa sedikit lebih nyaman. Tidak ada yang terasa menganjal. Tinggal perih dan nyeri saja.

Dokter Bambang menghampiri, menunjukkan jaringan yang diambil dari rahimku, tidak ada yang istimewa. Cuma tampak seperti daging cincang yang terapung dalam cairan keruh kemerahan."nanti kamis kontrol lagi ya.sekalian baca hasil patologinya" aku cuma bisa mengangguk. "seminggu istirahat dirumah.jangan dinas dulu"katanya lagi.

"kapan bisa pulang dok?" tanyaku penuh harap.
"suster rawat inap akan monitor kondisi ibu,kalau semua ok. Boleh pulang besok tanpa tunggu saya visit".

Suster lantai 3 datang menjemput. Aku masih berasa teler. pusing. mual. mungkin pengaruh anestesi. mereka mendorong tempat tidurku kembali ke kamar. Malam itu Ayah dan Aim menemani bermalam di RSPI. Aku masih belum sepenuhnya sadar. Aku takut kalo terjadi shock -seperti concern dokter Bambang karena rendahnya HBku- aku nggak bisa sempat panggil suster. walau masih terasa nyeri dan perih.Alhamdulillah. Sejauh ini semua berjalan lancar.

Jam dikamar 3316 menunjukan 10.30. Walau cuma sepuluh menit penderitaan fisik-Ugh, untung dibius total!! Ini satu jam puncak kelelahan mental selama aku diopname minggu lalu. Aku paksakan untuk segera istirahat. Aku tidur tanpa bermimpi.

Tuesday, October 03, 2006

Aku Menangis

Cukup!! Aku sudah cape. Sejak konsultasi dokter kamis 2 minggu lalu aku berusaha keras menekan kcemasanku.membuang pergi semua kekawatiran.Aku tetap tersenyum. Tertawa. Memasang tampang manis pada semua yang menengok. Masih becanda pada semua yang menelphon.Seakan semua oke.

Tapi hari itu, hari ketiga aku opname aku tak lagi sanggup berpura pura.Aku menangis. Di kamar RSPI yang dingin sepi dan sendiri, pagi itu aku menangis. sebel. sedih. frustasi. cemas. kenapa HBku nggak juga bagus? Kenapa sih dokter Bambang memundurkan jadwalkan tindakan larut malam seusai praktek? Aku udah muak transfusi. Aku udah neg diinfus. Aku lelah nggak bisa tidur semalaman. Aku resah. Gelisah. Aku ingin ini segera berakhir dan pulang ke rumah.

Aku menangis cukup lama. Suster shift malam berganti giliran jaga dengan yang pagi. Mereka kontrol ke tiap kamar dan memergokiku menangis. Mereka tidak berani bertanya kenapa. Aku cuma bilang minta dimajukan jam tindakan tapi suster bilang rabu itu dokter Bambang sudah full booked operasi dan praktek RSPPertamina. dr SBY (oh,rupanya itu sebutan suster RSPI ke dokter Bambang Yudo) cuma ke RSPI buat janji tindakanku. Jam 10 malem!! ugh! Aku terus senewen menunggu. Aku masih juga menangis.

Majalah.tabloid.koran.buku yang kubawa tak lagi menghibur. Aku bosan dengan acara teve.Aku memilih turn it off. Dikamar sepi dan sendiri itu aku bergelung dibawah selimut sambil menangis.

Ayah datang after lunch time sama Aim. Dia menghibur "ngga perlu cemas"...membujuk "jangan ngeluh terus dong"....sampai ketularan frustasi melihatku menangis "kalo terus nangis kita pulang aja deh!" ... hiks...hiks...hiks... Aku makin keras menangis

Mungkin benar isi kepalaku terlalu complicated. Mungkin betul perasaanku terlalu rumit. Banyak what if terbayang. Banyak what next terpikir. Aku berlebihan. Aku paranoid. Entah apa definisi yang tepat. Yang jelas, aku terus menangis..hiks..hiks..

There is something about Ayah.

Epilog
Bandung, back to tahun 80-an. Seorang sepupu Ayah disunat kelas satu SMP. Ayah yang saat itu udah sekolah di Bandung, kelas satu SMA diminta memotret proses khitan itu. Tiba-tiba gubrak!! Justru Ayah yang pingsan. Oh!! No!!

Ayah pemberani.Nyaris nggak ada takutnya. Rekan sekantornya bilang Ayah kecil kecil cabe rawit. Selalu ngomong blak-blakan. Apa adanya. Sebab dia tidak takut apapun. Tidak takut siapapun."Gue cuma takut sama Allah" begitu dia bilang. Well, banyak orang tahu, Sejak muda Ayah memang religius. Hm, apa iya betul seperti itu ?

Sebetulnya there is some about ayah. Dia ngeri,nggak tahan,takut dengan hal hal yang berhubungan dengan darah, jahit, infus, operasi, suntik, luka. ..pokoknya semua hal tentang dokter dan rumahsakit. Ayah berusaha menghindarinya.

Makanya dia selalu menyingkir dan memintaku menemani Aim saat suster harus menginfus Aim. Dia menyuruh aku menemani Abang ambil darah. Bahkan merawat luka khitan Abang juga aku yang lakukan. Ayah nggak berani. Ayah ngeri. Mules sakit perut duluan. Apalagi buat yang lebih besar seperti luka dan operasi. Ugh!! Ayah takut beneran.

Makanya Ayah selalu menjaga kesehatan baik-baik. Rajin olahraga. Hidup sehat. Minum vitamin. General check up tiap akhir tahun. Ayah malas berurusan dengan dokter dan rumah sakit. Karena itu juga, Ayah nyaris nggak pernah bermalam nungguin Bunda atau anak-anak dirumah sakit. Ayah selalu memilih pulang. Ayah selalu menghindar diskusi soal penyakit, luka, operasi dan hal hal sejenis itu. Stop!! Ayah nggak pernah tahan!!

Minggu lalu Tante Susi mengsms HP ayah “Bunda sakit apo ?"
Ayah mengulurkan 9500-nya ke aku "jawab nih. ayah nggak tahan"
Aku mengjawab sms Susi dengan detail. Tante Susi langsung menjawab "ini pasti Bunda yang tulis ya. Kalo ayah pasti ngak akan tahan cerita gini". Ayah Bunda cuma bisa nyengir. Tante Susi memang mengenal kakak sulungnya dengan baik.

Selasa minggu lalu jam 8, anak-anak dan Ayah bersiap pulang. Dokter Bambang visit ke 3316 dihari kedua aku opname. Sempat ngobrol-ngobrol sama Ayah. Anak-anak berkenalan dengan dokter yang membantu kelahiran mereka. Dokter Bambang bersiap meninggalkan kamar. Ayah dan anak-anak ikutan keluar.

Aku masih mendengar dokter Bambang bertanya heran"kok nggak bobo sini ?" kata dokter menunjuk sofa bed yang memang tersedia untuk keluarga pasien yang menunggu.
Hm, masa mesti kita bilang...there is something about Ayah, dok!! Ugh! Pasti diketawain sama pak dokter. Malu dong...

Monday, October 02, 2006

Kantung Transfusi Pertama

"Bu, kalo berasa ada yang nggak enak, panggil suster ya.." Begitu suster bilang saat transfusi pertamaku terpasang. Nah lho!! ngeri betul?
"Maksudnya?"tanyaku heran
"Kadang terjadi penolakan dari darah yang masuk.Tubuh Ibu akan merespon"
"Misalnya?"
"gatal gatal. pusing. mual. jantung berdebar sampai sulit bernafas." Suster bilang apa adanya. Dia tetap tersenyum seakan akan hal yang barusan disebut adalah hal kecil. Aku makin cemas... Sambil menatap kantung darah transfusiku aku ingat pernah membaca berita entah dirumah sakit mana- aku lupa- pernah terjadi kelalaian fatal. Baru sebentar ditransfusi orang tersebut kejang kejang lalu meninggal. Setelah dicek ternyata golongan darah pasien A tapi ditransfusi dengan B. Jelas saja out! Bisa jadi bukan salah mengambil kantung darah, bisa jadi salah melabeli, tapi akibatnya fatal banget!! duh? aku jadi paranoid. Apalagi aku O, cuma bisa terima O juga.

Belum lagi soal penularan hiv dan penyakit lain akibat transfusi darah. Hih serem. Untung saja RSPI menawarkan pengechekan ulang untuk memastikan darah yang kuterima bebas penyakit. "Memang diPMI di cek, tapi cuma random" begitu kata dokter. wah kami tidak berani ambil resiko.
"jika tidak dicek. Pasien cuma kena biaya kantong. Murah. Soalnya PMI juga terima gratis dari masyarakat. Tapi kalo dicek ada biaya pengecekan. perkantong jadi sekian. Kok jadi berlipat ganda ? Aku tercekat. Bukan cuma soal harganya yang begitu tinggi...tapi taukah para donor itu akan hal ini? Darah yang mereka sumbangkan dengan sukarela ternyata dihargai dengan rupiah disini. Pastinya dirumahsakit lain juga begitu.Tapi ini soal pilihan. mau membayar mahal anda dapat darah yang bebas penyakit. Tidak mau membayar anda dapat darah apa adanya.

Aku bukan expert dibidang kesehatan, tapi menyadari hal ini aku jadi miris. Bagaimana jika yang membutuhkan transfusi orang tidak mampu? apakah mereka harus gambling dengan kondisi darah yang apa adanya? Bagaimana prosedur pengecekan diPMI ? Berapa toleransi error sampling mereka? Bagaimana menyadarkan donor untuk hanya memberikan darah yang bebas penyakit? Tapi bisa jadi donor itu juga tidak tau dirinya punya HIV atau hepatitis kan? Wah bagaimana ya kalo penerima adalah pasien thalasemia yang harus rutin transfusi ? kebanyakan mereka anak-anak pula. Ugh!! itu tugas departemen kesehatan untuk memikirkannya. Ternyata masih banyak Pe-eR yang musti dikerjakan oleh pemerintah, agar yang miskin juga bisa menikmati hidup sehat di Indonesia ini.

Back to kantong pertama transfusiku. Aku mendadak gatal. Ups!! Aku berusaha berpikir positif. Mungkin ini cuma sugesti. Tapi lama2 aku nggak tahan. Ini bener-bener gatal dileher dan lengan. Aku memanggil suster. Suster menghentikan transfusiku dan menelphon dokter. Dokter menyuruh aku disuntik dan break, ganti infus dulu. nanti dilanjut lagi kalo gatalnya hilang. Ugh!! dokter kenapa nggak bilang begini ribet transfusi?? Aku senewen.

Well. Selalu ada pengalaman pertama. Ini pertamakalinya aku transfusi. Bagaimanapun ini pengalaman berharga buatku.

Sunday, October 01, 2006

Memplanning Kehidupan

Aku orang yang spontan dan terbiasa dengan kejutan.Tapi tetap saja aku berusaha punya planning.Membuat hidupku lebih mudah dan wellorganize. Makanya aku tetap terkejut saat dokter Bambang menyuruhku langsung opname senin malam minggu lalu itu juga. Padahal agendaku hari itu cuma konsultasi hasil lab untuk persiapan kuret hari rabu.Ugh!! Bubar sudah semua planning untuk menyortir, menisik dan belanja baju koko yang akan dipakai abang sekolah selama ramadhan. Memenuhi jadwal floortime shift I di kantor Bintaro, hadir kuliah hari selasa malam. Semua berantakan!!

"HB ibu cuma 7.3 emang ibu nggak merasa pusing? untuk tindakan paling tidak harus 11. Dibawah itu bisa terjadi shock" Begitu concern ginekologku yang sudah sepuh itu.
Pusing? pusing is my middle name he.he..aku memang sering pusing karena aku tau tekanan darahku rendah, tapi soal HBku rendah aku nggak terlalu ngeh :-) . Well, betul tiga bulan lalu saat aku chek darah untuk pemeriksaan kesehatan haji, dokter puskemas Cilandak yang ditunjuk Depag Jak Sel itu bilang HBku rendah banget -Cuma 8.5...tapi tidak ada follow up apa-apa. Dokter itu tetap menyatakan aku sehat. Jadi kupikir everything fine.

"Setau saya bisa dinaikan dengan obat kan dong? saya pernah dapat sangobion dari GP saat pusing hebat" Aku menceritakan pengalamanku beberapa bulan lalu. Well aku memang nyaris pingsan saat itu.Untung ayah dirumah dan segera membawaku ke dokter 24jam.
"Iya tapi proses untuk naik dari 7 ke 11 lama. Katakanlah 2 minggu, tapi nanti ibu keburu mens. Drop lagi karena bleeding. Dinaikin lagi, butuh 2 minggu lagi, trus mens lagi kan? lalu kapan selesainya? " Dokter kebidanan itu memandangku baik-baik.
"Jadi ? Apa alternatifnya" tanyaku nggak ngerti.
"Transfusi" kata dokter dingin seakan-akan transfusi sama entengnya dengan minum orange juice.Hih!! Aku merinding.
"Bentar saya telp suami saya dulu" pintaku
Ayah memang masih terjebak macet dijalan.Untung sudah dekat dan bisa bergabung diruang dokter. Ayah segera setuju untuk Bunda ditransfusi. Dokter segera membuatkan pengantar untuk rawat inap. Aku opname tanpa persiapan apa apa. Tanpa bawa apa apa. Baju tidur, sikat gigi, sandal, sabun mandi, semua tak ada. semua tak terduga.

Aku menjalani prosedure standard opname. Tensi. Infus. Ambil darah.Aku cuma bisa nyengir pasrah menahan sakit saat lenganku ditusuk.Ugh!! mana ada yang enak?? Ayah pulang mengambil perlengkapan dan menjemput anak anak.

Anak anak akhirnya datang. Memeluk dan mencium membesarkan hati Bunda. Mereka juga kaget Bunda harus opname.Mereka cuma menengok sebentar karena hari sudah larut, besok harus sekolah.Mereka pulang sama Ayah.

Semalam itu, dikamar RSPI yang dingin, sepi dan sendiri aku merenung. Hidup ini memang penuh dengan kejutan.Manusia bisa punya planning tapi Allah yang menentukan.
Terlalu naif menyesali bubarnya semua rencana. Kacaunya semua planning, sebab jika kita mati, tidak ada gunanya planning dan rencana duniawi kita. Jika Aku mati, Aku akan tinggalkan semua urusan kuliah, floortime, suami dan anak-anak.

Kematian pasti datang. kapanpun itu.Tidak pernah terduga karena maut merupakan rahasia Allah yang besar agar kita selalu bersiap...Jadi? sudahkah masing masing kita memplanning, merencanakan bagaimana mencapai kehidupan abadi yang diimpikan diakherat kelak?

Di kamar dingin sepi dan sendiri di RSPI itu akhirnya aku jatuh terlelap dengan sebuah pertanyaan besar untuk diriku sendiri "sudahkah aku?"