Sunday, March 25, 2007

Take Decision. Why So Hard ??

Cemas. Sebagaimana hukum negara mengharuskan ada sepasang laki laki dan perempuan saat pernikahan. Hukum negara juga mengharuskan ada sepasang laki laki dan perempuan datang menghadap pengadilan agama saat proses perceraian. Itu prosedur standard yang harus dipatuhi.

Cemas. Itu yang dirasakan. Kuatir apa yang sudah diplanning.... diputuskan.. berubah semua.. entahlah.. mungkin masih ada cinta tersisa.. mungkin masih ada rasa sayang yang memanggil untuk kembali.. entahlah aku tak tau... bagaimanapun aku cuma penonton drama kehidupan ini..

Aku lunak. Aku netral. Its all up to you sis...take the decision and live with that..whatever it is.. I know its hard..important decision in our life never gonna be easy.. coz you should live with that 'ntil the rest of your life...

Aku cukup lunak...walau Ayah sudah berseru, nyaris berteriak TAKE DECISION !! jangan plin plan.. berpikirlah logis.. jangan cuma egois turutin perasaan ndiri.. kalo sekarang harus berkorban.. berkorbanlah demi keluarga besar... karena dulu... sebelumnya.. keluarga besar telah berkorban untukmu..

Aku sudah sangat lunak... walau airmata ini tak henti menetes mengingat Mamah yang terus mengurung diri di kamar.... isi kepala ini bisa mengerti kekerasan hati Bapak yang didukung penuh Papi dan Ayah... namun tetep sih hatiku terus bertanya.. laki laki..tidakkah mereka punya perasaan??

Take decision memang hard kalo pake perasaan. Karena yang namanya perasaan itu datang dan pergi. Pasang dan surut. Jadi putuskanlah pake logika.. calculate your decision.. plan your future.. sebagaimana kita berhitung satu tambah satu sama dengan dua. Pikirkan untung ruginya sebagaimana kita mengkalkulasi nett profit adalah revenue minus cost of good minus expense..

Take decision memang hard kalo atas nama cinta. Karena cinta dan logika seringkali tidak se-iya sekata. Seringkali me-lead kita pada keputusan yang berbeda. Pada akhirnya membuat kita menempuh jalan hidup yang tak sama..

Hey?!! Jangan sok tau soal calculate the future...we never know what wil be happen..!! You right. Tepat . Betul. Makanya aku meng-sms padanya, "Banyak banyaklah berdoa supaya Allah beri kekuatan untuk mengambil keputusan.. karena cuma Allah yang mampu membolak balikkan hati dan perasaan manusia" uhm, mungkin saja perceraian juga takdir Allah..karena bagian dari rahasia besar Allah tentang jodoh, rejeki, dan mati..

"Bunda, rabu jam tujuh pagi aku dijemput ya..." begitu pintanya
"Ok, nanti kalo supir dah ngedrop anak anak sekolah...gue jemput..."
Well, next wednesday I'll pick her up...to take one important decision in her life. may be the biggest one... could be the hardest one..

Kahlil Gibran bilang " Jika cinta memanggilmu..datanglah..walau jalannya terjal berliku" Weiks!! Aku cuma mencibir. Sudah lama aku cuma mencibir...

Friday, March 23, 2007

Sedih Tak Berujung..

“Mami, dicari Bunda tuh…”
“Lho?? Kenapa ? Ada apa dengan Bunda?”
“Uhm, kayaknya sedih tak berujung…” begitu kata Papi pada istrinya

“Bunda, Ikut kelas yoga yuk?” ajak Mami, adik iparku itu
“Aerobik?”
“Berenang?”
Aku bilang thanks. Aku menolak semuanya...

Akhirnya aku prefer ikut ayah pergi massage di Bersih Sehat Pondok Indah. Pijat. Membuang jauh kepenatan tubuh karena kurang tidur, tapi tetap menyisakan keletihan pikiran...Well, namun at least acara pijat ini membuatku lebih baik. I feel less miserable di akhir longweekend kemaren.

Tapi ternyata kesedihan belumlah berujung, saat kamis pagi Mbak Ary menelphon dengan panik dari palembang “kowe ora nang condet?”
“Lho ?? ngopo ?”
“Mamah gerah”

Ugh!! Kenapa mbak Ary yang jauh justru bisa tau lebih dulu?? Pasti deh Bapak yang memberitahu. Aku kembali menangis. Aku minta sopir menyiapkan mobil, lalu meluncur ke condet.

Rumah condet sepi. Mamah di rumah sendirian, karena Bapak pergi mengajar Aku sempat menggoda Akbar yang sedang disuapin oleh babysitternya, nonggo dirumah mamah. "Nengokin Uti juga ya sayang ??" Akbar-junior kedua Papi, yang belum lagi genap dua tahun- ketawa ketawa gembira. Ah, anak anak memang seakan tak kenal duka.

Alhamdulillah, kondisi mamah tidak seburuk bayanganku saat mbak Ary menelphon.
Wis tho Mah, ojo dadi pengalih…”
“Aku ki pengin ngunek ngunek ke wong…tapi ora tekan”..
Uhm, ya..Mamahku itu emang selalu jaim. Maki maki. Manalah pernah??
Yo wis tho..ojo dipikir nemen nemen..

Mamahku lebih banyak diam. Hah!! Aku sendiri capek membahas masalah yang itu itu juga. Aku mencari topik obrolan lain yang lebih enteng. Ringan dan lucu. Soal anak anak, kegiatan kantor dan kuliahku. Untunglah Mamah mau ikut tertawa...

Walau ingin, tapi aku tidak bisa berlama lama. Lewat tengah hari aku sudah sampai rumah. Saat hendak merebahkan tubuh penat ini buat bobo siang, Mbak Ary meng-sms “piye kondisi Mamah?” Kami lalu bertukar sms panjang Jakarta-Palembang...dan ini membuatku kembali menangis…

Kejadian kamis kemaren. Menyisakan diriku sebuah pertanyaan besar tak terjawab. Kapan semua ini akan berakhir?? Kapankah kesedihan ini akan berujung…??

Monday, March 12, 2007

Daddy Always Right

Ke Citos. Biasanya undangan untuk datang ke Citos selalu kusambut dengan antusias. Bayangan akan hangout sama teman. Chit chat sambil ngopi ngopi pastilah menyenangkan.

Tapi tidak kali itu. Rabu malam itu aku menyetir karimunku ke citos dengan galau. Aku bersabar menembus macetnya TB simatupang seiring bubarnya pertandingan persija di stadion lebak bulus. Lautan warna orange dimana mana.

Lambatnya laju mobil membuat pikiranku melayang beberapa tahun silam. Sebuah penyesalan mengores panjang. Please forgive me Bapak. I’ve against your concern few years ago….and now ..I know that you right…Uhm, you're always right..for many thing…almost for everything…

Ugh!! ...I hate that…I hate the fact that my dad is always right!! ...You know why ? coz I always argue with him. Against him. For many things. Almost for everything. Just realize I’m nothing compare to him…his concern is always damn RIGHT !!

Teringat cerita HC Andersen yang kubaca jaman kanak kanak . Ayah selalu benar. Seorang ayah selalu benar. Walau butuh beberapa tahun untuk membuktikannya. Pada akhirnya Bapakku selalu benar.

Kini, walau jauh dilubuk hati kecilku masih mempertanyakan apakah ini keputusan yang benar, namun semua suara dikiri kanan sudah mencapai kata sepakat. Bulat. Mantap. Semua itu demi kebaikan bersama. Semua ini agar tak ada lagi yang terluka. Luka lama yang masih berbekas. Janganlah ditambah dengan luka baru.

Jangan menangis, pintaku. Padahal aku sendiri menangis berkepanjangan
Yang tegas dong..jangan plin plan !! seruku. Padahal aku sendiri tak tau apakah aku bisa tegas jika pilihan itu datang padaku.
Relakan..Ikhlaskan…kataku. Padahal aku sendiri belum tentu bisa ikhlas dan rela jika kejadian ini tiba padaku.

Memang menasehati, memberi input. Memberikan support. Adalah hal mudah. Menjalaninya adalah bagian yang tersulit. My daddy knows that..so that’s why he’s not only talk…he’s take care everything…back to the old days….when our Daddy always take care everything for his four kids… the kids that already grown up now…but we couldn’t deny the fact that we still need our Daddy opinion and support…coz you know what ? My daddy..Our daddy.. is always right…

HP ku berdering.“Aku dah sampai citos” kata Dian
“Aku masih cari parkir “ kataku.
Malam itu Bapak memang memintaku mendampingi Dian bertemu dengan seorang pengacara di citos.

Uhm, adik bungsuku yang dulu manja. Adik bungsuku yang dulunya dimanja. Kini harus bertahan menghadapi pasang surut kehidupan. Don’t worries Sis..coz we have a great Daddy. A Daddy who always have a right decision. A Daddy who always wish for our happiness.... Just hang on…Sis..karena pasang surut kehidupan masihlah panjang.

Aku menggandeng adikku di citos usai sesi konsultasi. Walau heran aku bersyukur.. tak ada lagi airmata yang tumpah. Uhm, I proud with you sis…

“gue traktir Baskin Robin yuks..” kataku. Makan ice cream bareng barangkali membuat kami lebih baik, pikirku.
“nggak ah…pulang aja” pintanya.

Ya sudahlah. Whatever you want. Whatever you wish for… just want to tell you that I always love and care with you.. sis….

Maafkan kami Mamah..impian akan potret keluarga besar yang sempurna..ternyata bukan milik kita. Please forgive us Bapak...harapan akan hari tua yang tenang dan damai..ternyata tak mudah terwujudkan..

Sunday, March 11, 2007

A Bridge for the Bride

Ayah terkejut saat mendengar prahara terjadi di rumah Barbie. Dia terdiam cukup lama. Walau dalam keseharian suamiku itu selalu terlihat cheerful, dia shock juga. Aku tau diatas segalanya, pasti dia concern soal perasaan bapak. Kami menghabiskan banyak malam dengan berdebat... berdiskusi... adu pendapat....eventhough end up with no conclusion..

Aku mengingat kembali pasang surut hidup kami. Betul kami kini sharing banyak tawa. Betul kami kini berbagi kebahagiaan bersama. Namun semua itu tidaklah instant. Sudah banyak masa sulit kami lalui. Masa penuh pertengkaran dan airmata. Teriakan. Bentakan....yang sering membuatku berpikir untuk angkat koper dan menangis pulang..."Bunda jangan menangis." Iqbal yang saat itu masih kecil memeluk aku yang menangis seru."Iqbal takut Bunda pergi nggak kembali".Uhm, akhirnya aku memilih bertahan. Aku tetap tinggal.

Dan kini, aku sebetulnya nggak habis pikir kenapa keluarga besar kami mendukung sebuah perceraian.Pertanyaan itu selalu kutanyakan pada suamiku... berulang kali... berulang ulang kali, sampai ayah sebal.
"Ayah nggak mendukung perceraian!!"
"halah...ngga percaya" kataku dengan tampang masam.
"Ayah cuma mendukung apapun yang bapak putuskan"
Aku terdiam. Berbeda dengan aku yang sering beda pendapat dengan Bapak. Ayah memang selalu mendukung Bapak. Untuk hal kecil dan besar. Untuk apapun!! Uhm, No wonderlah. Ayah memang lebih memahami Bapak dengan baik.

Sudah lama memang aku dan Bapak tidak bisa klik... pas... nyambung. Sudah sejak aku remaja sering terjadi friksi, kesalahpahaman dan pertengkaran. Bapak tidak bisa memahami diriku... jalan pikiranku....Vice versa!!

Karenanya aku bersyukur saat ada seorang laki laki yang bisa klik sama Bapak dan pas sama diriku. Aku beruntung pada akhirnya aku menikah dengannya, karena laki laki itu, suamiku itu kemudian jadi jembatan diantara kami. Diantara aku dan Bapakku sendiri.

Aku tau aku dan Bapakku sama sama bukan pribadi yang mudah. Namun Ayah bisa menjembatani kami. Well, rasanya inilah sebab mengapa aku memilih bertahan..aku tak sanggup kehilangan keduanya sekaligus... dengan bertahan... aku berusaha mempertahankan cinta keduanya. Ayah bukan cuma seorang suami buatku. Ayah bukan cuma seorang menantu buat Bapak. Ayah adalah jembatan antara aku dan Bapakku...

On my wedding day…I'd knew that my Dad....finally find someone... who become.. a bridge for the bride....


Saturday, March 10, 2007

Seorang kakak. Seorang teladan

Aku dan kakakku tidaklah dekat. Sejak dulu seperti itu. Sejak kecil begitu. Namun saat saat begini, aku butuh kakak perempuanku untuk berbagi concern.

Menangiskah dia ? Tidak!! Kakakku itu memang mewarisi ketegaran Bapak. Membuatku tak habis pikir. Mengapa aku masih jua menangis?

Aku melihat Bapak sabar. Mamah tawakal. Sesuatu yang tidak terbayangkan olehku sebelumnya. Well, bertambah lanjutnya usia mereka. Membuat orang tuaku semakin sabar dan tawakal. So? Mengapa aku masih juga menangis?

Kakakku religious. Rasanya paling religious diantara kita berempat. Jadi aku bertanya, ingin mendengar pendapatnya. Dia sharing beberapa hal. Beberapa hal yang cukup mengejutkanku. Walau kakakku sangat religious. Dia mendukung keputusan akhir Bapak kami. Uhm, aku maklum. Aku mengerti. Kakakku memang anak kesayangan beliau. Jadi? kenapa aku masih juga menangis?

Entah mengapa. Entah kenapa. Selain adikku yang jadi lakon utama drama kehidupan kali ini- aku juga jadi sering menangis. Aku menangis di telp. Aku menangis di kamar. Aku menangis saat menyetir....Ugh!! Mengapa airmata ini tak jua kering?

“aku terbang ke Jakarta deh” begitu kakakku bilang via telp Jakarta-palembang

“kapan?” tanyaku. Semakin cepat semakin baik, pikirku

“ya nanti aku atur anak anak supaya bisa ditinggal dulu. Aku sekalian mau nengok si Ayuk..” Uhm punya empat anak memang sangat menyibukkan kakakku itu.

Aku senang kalo kamu datang , Mbak. Aku senang andai aku bisa belajar. Tentang sabar, tabah, ikhlas dan tawakal. Aku ingin bisa berhenti menangis. Aku ingin bisa berhenti menyesali. Untuk apapun yang telah terjadi.

Aku tau aku sadar. Aku bukan model yang patut diteladani. Aku sangat emosional. Untuk urusan begini aku kurang rasional. Padahal adikku butuh panutan yang ideal. Tentang sabar, tabah, ikhlas dan tawakal. Well, kami bersyukur kami beruntung ..kami masih punya seorang kakak yang patut jadi teladan..

Jadi? kapan datang Mbak? ..miss you already…

Friday, March 09, 2007

A Man With Three Sisters

That man with three sisters is my brother. Seorang laki laki yang berpikir dalam diam, terlalu pelit berkata banyak..namun selalu siap untuk segala support yang dibutuhkan..

That man is the only brother that we have..three sisters..with three different problem..sudah banyak airmata yang tumpah dalam pelukannya..sudah banyak tangis yang disandarkan di bahunya..eventhough he's always look so calm...I know he has concern about all his sisters

Its not easy become a brother for three sisters..its hard to please three women with three different personality..Ummi yang sensitif, Bunda yang emosional dan tante Di yang naif..

We count on you Bro..saat kehidupan tak sedang bersahabat..saat kenyataan tak sesuai harapan..kami butuh sebuah pelukan..kami butuh sebuah pengakuan..bahwa kami masih pantas disayangi..

We count on you Papi..karena kami selalu butuh sebuah pelukan yang mewakili perasaan yang tak sering terucap that the four of us are love and caring each others..forever..and always..

A man with three sisters. He is the only brother that we have. He is the man who always has a big warm hug..the hug that help us to relief pain of life..usually it works for me..makes me feel better..much better...thank you..

Thursday, March 08, 2007

Sebuah Rumah Untuk Pulang...

Aku sangat berkesan sangat mendengar narasi begini di discovery channel "Alangkah anehnya cara ikan ini memelihara anaknya di dalam mulut...tapi sesungguhnya makhluk yang paling aneh adalah manusia..karena memelihara anaknya sampai berpuluhtahun..."

Well, jadi orangtua adalah tugas yang tak pernah selesai. Walau tubuh tua telah penat dan butuh istirahat namun orangtua tak akan pernah kuasa menolak anak anak yang datang dengan berurai airmata...

Hari gini..hidup memang tak sesederhana jaman orangtua kita muda dulu..hari gini gitu lho..semua hal serba rumit, serba complicated..dan orangtua kita cuma bisa memandang perubahan jaman ..dari balik jendela sebuah rumah..

Saat kebebasan sudah begitu didewakan..saat kebahagiaan harus diupayakan...saat pasang surut kehidupan datang dan pergi..orangtua kita cuma bisa mendoakan..dari balik jendela sebuah rumah...

Bertahan untuk bahagia..berusaha tetap tersenyum dan tertawa..bersyukur atas apa yang kita punya ternyata ada batasnya...Ada satu titik dimana kita harus jujur pada diri sendiri..dan mengetuk pintu sebuah rumah yang selalu siap menerima kita pulang.

Sebuah rumah untuk pulang..sebuah rumah yang selalu siap menerima kita beserta semua salah dan hal buruk yang telah terjadi..sebuah rumah yang jadi pelabuhan akhir..saat pasang surut kehidupan menyudutkan diri pada sedikit asa tersisa...

"Aku sudah usahakan yang terbaik " begitu Bapak bilang.
Aku mengangguk cepat. Betul. Bapak sudah usahakan yang terbaik untuk kami. Jika kenyataan tak sesuai harapan, pastinya Allah punya rencana besar yang lain...

"Aku ki selalu benar, Nduk" begitu Bapak berkata.
Aku kembali mengangguk. Tepat. Bapak selalu punya pertimbangan yang benar soal kami. Jika kami mengabaikannya, pastinya karena intusisi kami tidaklah setajam beliau..kami belumlah sebijaksana beliau...

"Aku tidak menangis, Nduk...tidak perlu menangis " begitu Mamah berucap. Aku menahan airmataku baik baik. Jika aku terus menangis, aku akan terus membebani mereka dengan airmata...

Sebuah rumah untuk pulang..yang mampu mengubur dalam rasa kecewa, yang mampu memaafkan kelalaian masa lalu, dan bisa tetap tabah menerima kedatangan kami..walau kami pulang dengan berurai airmata...

Terimakasih Mamah..Thanks so much Bapak..untuk selalu mencintai kami..apa adanya..Hidup ini memang terkadang getir..dan kami akan selalu bersyukur memiliki..sebuah rumah untuk pulang...sebuah keluarga untuk kembali

Friday, March 02, 2007

Catatan Banjir - Tergenangnya Rumah Barbie

Gorgeous… sampe dimana ?! dimana mana jalan udah tergenang…selalu ambil kanan terus… hati hati nyetirnya “ begitu kata Ayah via telp, satu malam seusai aku kuliah dihari kamis.

Ternyata betul! Malam itu hujan turun dengan derasnya. Seakan tumpah dari langit. Sepanjang Kalibata-pasar minggu-TB simatupang-Lebak bulus- Cirendeu sudah beberapa tempat tergenang. Banyak mobil mogok. Banyak motor menepi di pinggir jalan. Hari sudah nyaris tengah malam. Namun jalan masih rame dengan kendaraan.

Aku berdoa dan berdoa sepanjang perjalanan. Rem mobilku tak lagi pakem jika basah menerjang genangan air yang cukup tinggi. Wiperku terus menghapus derasnya air hujan yang jatuh dikaca. Aku mematikan AC, memacu karimunku pulang menembus banjir. Sungguh aku sangat cemas jika mobilku mogok dijalan. Alhamdulillah, dibawah hujan deras cirendeu..aku sampai juga dengan selamat dirumah.

Jumat paginya, aku sempat kecewa karena speedyku drop. Namun setelah melihat di teve..aku benar benar tertegun. Semua channel menyiarkan berita yang sama. Banjir dimana mana.

Telp berdering “ Bunda.. liat di teve…rumahku kebanjiran!!” begitu adik bungsuku berseru di telp. Hey? Serius nih ?? Saat menelphon itu Dian dan suaminya sudah mengungsi di hotel sejak kamis malam. Meninggalkan rumah mereka yang kebanjiran.

Aku membayangkan rumah adikku yang terletak di perumahan keluarga muda di Bekasi. Adikku biasa menyebut rumahnya sebagai rumah Barbie. Rumah itu memang dicat pink, purple, fushia, persis seperti warna rumah boneka Barbie. Dan kini, rumah Barbie itu kebanjiran setinggi pingang.

Keluarga di condet juga meng-update kabar. Untunglah disana baik baik saja. Mamah dan aku mengabsen kondisi rumah keluarga besar yang lain...

Sabtu malam Dian kembali menelphon dari hotel. Berbagi cerita . Melaporkan pandangan mata. “Jumat siang aku nengok rumah naik perahu karet… seru juga… dimana mana supermarket diserbu.. bahan makanan habis buat persediaan… mobil mobil tetangga banyak yang kerendam … service derek harus waiting list… nggak punya baju bersih..terpaksa deh beli.. ”

Astagfirullah.. sungguh miris aku mendengarnya. Aku menginform berita seorang sepupu kami menangis karena rumahnya kebanjiran setinggi dada. Adikku itu lalu bilang “Kenapa musti menangis? Aku nggak nangis kok... ini memang musibah bersama"

Uhm, sebuah rasa malu menohok didada. Aku tidak yakin aku tidak menangis jika rumahku kebanjiran, apalagi sampai setinggi pinggang. Ternyata adik bungsuku itu bisa memberiku teladan berharga, untuk bersabar saat menghadapi musibah.

Well, walau dari cara mendadani rumahnya adikkku terkesan childish namun aku sadari dia sekarang sudah jadi perempuan dewasa. Rumah Barbie itu telah banyak berjasa merubah adik bungsuku itu. Dari seorang perempuan yang manja, menjadi perempuan muda mandiri yang berpikir dewasa.

Berita di teve terus menyiarkan soal banjir dimana mana. Aku melihat wajah wajah letih anak anak dipenampungan pengungsi banjir. Basah kedinginan. Kesulitan mendapatkan makanan. Uhm, aku tidak yakin aku tidak menangis jika anak anakku dalam kondisi demikian.

Sebuah perahu karet melintas dalam gambar televisi. Membuatku teringat kembali pada Dian. Adik bungsuku yang dulunya manja, adik bungsuku yang dulunya dimanja. .sekarang harus berjuang menghadapi banjir Jakarta.. uhm..take care sis..

Thursday, March 01, 2007

Aku Menangis

Sudah sejak minggu lalu, aku menangis dan menangis. Semuanya berawal saat komputerku mulai ngadat. Susah di- start up. Dan aku benar benar panik saat satu hari di minggu lalu komputerku benar benar nggak bisa di start up. Power sih hidup, tapi nggak bisa masuk ke system. Mulailah aku menangis…

Hiks..hiks..Aku membayangkan banyak file yang ada di harddisku. Aku nggak punya backupnya Hiks..hiks. Seminggu berikutnya aku mengupayakan apapun yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan komputerku. Minta tolong orang lain, tepatnya. Karena aku emang nggak fasih untuk urusan software dan hardware. Aku cuma end-user doang.

Sejak aku berhenti bekerja formal setahun lalu, computer ini adalah salah satu hiburanku. Dengan koneksi internet yang tersedia, aku seperti punya jendela kecil disatu sudut rumahku. Aku bukan saja bisa browsing kemana saja…tapi aku juga bisa berbagi sapa dengan teman temanku via YM, dimanapun mereka berada.
Morning Galih…udah bikin tugas belum ??
Hoi..apa kabar Nto…?!
Nadia, udah betah di kantor baru??

Komputer ini juga media bagi teman teman yang mencariku, yeah aku memang online nyaris tiap hari. Teman teman menyebutku "Lurah YM"
“Mbak…dah siap presentasi ntar malem?”
“Bubin…aku dah kirim bahanya ya…please check”
“Hai Bin…apa kabar?”
Makanya aku merasa kehilangan banget, saat jendela kecilku itu cuma menampakkan layar hitam gelap. Blank…

Bermula ketika punya PC dirumah sekitar tahun 1999, aku kembali mengali hobby masa mudaku. Menulis. Tentang apa saja. Di sela sela kesibukanku sebagai working mom. Walau sedikit-aku masih menyempatkan diri menulis. Dan aku semakin produktif menulis saat sudah berhenti kerja formal. Rasanya tiada hari tanpa menulis. Uhm, aku memang terbiasa menulis diary saat remaja.

Selain menulis. Sejak aku kuliah lagi awal tahun lalu, aku sangat mengandalkan computer ini saat membuat tugas tugas kuliah yang segambreng, menyimpan file bahan kuliah, mempersiapkan presentasi. Semua!! Segudang hal yang mendukung kuliahku sepanjang setahun lalu.

Harddisk computer ini juga aku percayakan untuk menyimpan foto foto yang aku download dari kamera digital. Terutama foto foto terbaruku.

And now, setelah seminggu berusaha, berupaya. Aku bersyukur komputerku bisa beroperasi lagi TAPI aku kehilangan banyak file. Satu folder bernama “Bunda” yang memang “gue banget” ikut gone. Dan itu yang membuatku terus menangis dan menangis. Hiks..Hiks…rasanya sulit merelakannya. File file itu tidak tergantikan dengan uang.. you know…

Aku tau aku mungkin berlebihan. Aku toh tetap bisa hidup tanpa file file itu. Aku toh tetap bisa tidur, makan, jalan jalan dan beraktivitas lain tanpanya. Tapi sungguh aku merasa, ada bagian besar dari komputerku ini yang hilang dan tak kembali. Tak tergantikan. Sebuah folder bernama "Bunda" yang “gue banget” membuatku terus menangis…hiks..hiks

Kenapa nangis aja sih?
Sedih hiks… file-fileku hilang..hiks..hiks
Kayak ditinggal mati aja…apa perlu dibacain yassin?
Aku tersenyum tipis.
Foto foto kita waktu pergi haji kemarin..semua hilang. Apa Ayah nggak sedih?
Ya..mungkin kita emang disuruh pergi kesana lagi. Gimana ?
Aku kembali tersenyum. Ah, Ayah.. thanks for cheer me up.
Namun entah sampai kapan kesedihan ini akan berakhir.