Sunday, September 16, 2007

Ramadhan Kini

"Kemaren aku ajak adik adikku ke Masjid Kubah Mas …Udah mau ramadhan kok aku belum juga merasakan ghiroh Ramadhan” begitu kata seorang teman perempuan sekantor yang kuakui religius-beberapa hari sebelum Ramadhan datang.

“Trus? Gimana? Berkesan?” tanyaku. Aku tau masjid kubah emas itu. Masjid organisasi Dian Mahri yang terletak di Depok.

“Boro boro..adik adikku lebih pengin ke ITC cempaka mas. Belanja. Katanya disana juga bakal dapat pencerahan.” Kami tertawa. Geli. Ternyata perempuan sama aja. Aku juga jadi inget adik dan adik adik iparku sendiri.

Well, ghiroh atau spirit ramadhan, memang sulit dirasakan kalo kita tengelam dalam kesibukan duniawi. Kerjaan kantor yang tiada habis. Urusan dirumah yang seakan tak pernah selesai. Memang butuh waktu buat berhenti sejenak. Pause. Berpaling dari keduniaan dan berpikir tentang kehidupan kelak setelah mati.

Baru di hari kedua ramadhan, aku bisa pulang kantor on time dan berbuka bersama Abang dirumah. “ Bunda mau pergi Tarawih sama anak anak. Salah satu kalian tunggu rumah ya” begitu pintaku pada kedua pembantu kami. “Ya Bun, Leha dirumah, Biar Ria yang jagain Aim di Masjid”

Dengan adanya Ria yang ngejagain Aim kalo rewel dan minta pulang lebih dini dari masjid. Aku lebih bisa leluasa pergi sholat terawih ke masjid Komplek yang terletak di bibir sungai pesangrahan dan menempati satu sudut lahan di komplek kami. Ke Masjid, sudah lama sekali aku tidak lakukan. Datang kembali ke masjid membuat kenangan saat pergi haji kembali berputar. Sudah hampir setahun berlalu tapi seakan baru minggu lalu.

Bersujud di masjid, berdzikir dan berdoa dimasjid saat Ramadhan menghadirkan kembali menit menit kedekatan dengan Allah yang sering kurasakan saat di tanah suci, namun seakan hilang saat aku larut dalam kehidupan sibukku kini.

Bersujud di masjid, memohon ampun dan berdoa meminta banyak hal di masjid saat ramadhan membuatku kembali berkaca kaca. Bayangan kemegahan masjid Nabawi di madinah. Kenangan saat bersimpuh depan kabah saa di Masjidil Haram seakan jelas didepan mata, dan aku kembali meneteskan air mata.

Ingatan akan pergi haji membuatjku menelphon pada seorang sahabat jauh di seberang.Setelah berbagi kabar soal kondisi gempa bengkulu aku bertanya “Udah mulai manasik? Kapan berangkat?

“Akhir November. Gelombang satu” Kata sahabatku itu.
Aku menghela nafas panjang “Sama. Gue dulu juga akhir November. Tapi Mus, udah hampir setahun, selain sekarang pake krudung, rasanya nggak ada yang berubah sama gue”

“Ngga pa pa lagi Bin. Pokoknya gimana yang Ibin enak aja” . Uhm , aku tau dia menghibur.

Obrolan beralih soal banyak cita cita dan harapan yang masing masing pernah kita punya, tertawa akan kehidupan kini yang tak seperti apa yang pernah kita impikan.
“Apapun yang kita punya sekarang. Itu yang yang terbaik Bin” katanya menuntaskan
“Gitu ya?” tanyaku
“lho kok gitu ya? Yakin Bin. Inilah yang terbaik”
Saat bersujud, berdzikir dan berdoa saat ramadhan kini. Kupintakan keyakinan itu.

Saturday, September 15, 2007

Balanced Life

“Aku mau pulang on time ah..buka puasa sama suami dan anak anak dirumah..kan puasa hari pertama” Begitu kata seorang teman sekantor.

“Mbak nggak pulang on time ?” tanya teman kami yang nasrani padaku.
“On time sih. Tapi gue kuliah. Ada kelas” kataku datar.
Teman temanku itu berseru “ Kasian deh Lu…”

Aku memacu mobil ke kampus. Untungnya Bintaro-TB simatupang-ps Minggu-Kalibata lancar. Aku dan teman teman sekelas berkumpul di ruang makan sambil menunggu bedug. “ Mbak udah tau quote of the day yang baru?” tanya Adhi
“Apaan?”
“Berbukalah dengan yang manis “ katanya menirukan iklan the botol sosro yang popular
“Basi!!”
“Sekarang udah ganti lagi”
“Jadi Apaan ?”
“berbukalan BERSAMA yang manis”

Kami tertawa terbahak. Setuju!! Teman teman ku dikampus memang menyenangkan. Membuat diriku merasa sepuluh tahun lebih muda dengan banyak tawa dan joke yang disharing bersama.

Begitu Adzan berkumandang kami makan kolak, yang langsung dilanjut dengan sholat magbrib berjamaah. Usai sholat kami makan malam bareng sambil ngobrol ngalor ngidul Aku memandang teman temanku itu. Romantisme akan momen buka puasa bersama anak anak dan suami, jauh dari kenyataan. Relitas mendudukan diriku disini, di ruang makan besar kampus IPMI

Saat banyak orang pergi tarawih kami dikelas sibuk diskusi tentang pacific pride case. Analysis the industry. debating on porter’s theory about business advantage. Low cost operation. Differentiation positioning. Focus target market. Sharing experience and of course joke and laugh during the class.

Well, disaat banyak orang memperbanyak Ibadah di bulan ramadhan. Kami masih juga berkutat dengan urusan belajar dikelas. Ya Allah, berilah kami keleluasaan waktu dan kesempatan agar kami dapat menyeimbangakn kebutuhan jasmani dan rohani. Menyelaraskan timbangan dunia dan akhirat kami. Untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat nanti….

Saturday, September 08, 2007

Pilihan Kehidupan

Hidup ini memberikan kita ujian yang sama, pilihan yang berbeda, begitu seorang sahabat bilang
Hidup ini soal pilihan, uhm, apa iya??

Ingin rasanya memaki. Mengomel panjang lebar. Apa iya hidup ini pilihan?? Kok gue merasa kehidupan telah memilihkan banyak hal buat gue. Semua sudah default. Gue harus ngejalaninnya. Kadang terseok penuh air mata. Kadang bersinar terang bagai matahari siang hari. Buat gue hidup lebih kayak naik jet coaster. Naik turun. Pasang surut kayak ombak di tepi pantai. Mungkin itulah kenapa banyak orang bilang gue moody.

Hidup ini pilihan, kita dihadapkan pilihan dikendalikan perasaan atau mengendalikan perasaan, bagitu kata sahabat yang lain. Ugh!! Apa iya??

Ingin rasanya mengeluh. ngedumel tanpa akhir. Apa iya hidup ini pilihan? Kok gue sering bertemu pada kenyataan apa yang gue jalani salah. Apa yang gue lakoni tidaklah benar. Menyisakan gue sepenggal kata menyesal. Well, mungkin itulah kenapa “menyesal” adalah my middle name, selain “emosional” dan “cengeng” *halah*

Menyesal tidak menyesal adalah pilihan
Emosional dan tidak emosional adalah pilihan
Cengeng dan tidak cengeng adalah pilihan.

Jadi? Kalo gue pilih menyesal, emosional dan cengeng sepertinya itu berarti gue memilih dikendalikan perasaan dibandingkan mengendalikan perasaan. Dan gue benci itu, makanya gue menangis.

Lalu, kalo gue pilih tidak menyesal, tidak emosional dan tidak cengeng, itu berarti gue memilih mengendalikan perasaan dibandingkan dikendalikan perasaan. Dan gue tidak nyaman dengan itu, makanya gue menangis.

At the end –apapun pilihannya- gue tetap menangis.

Nah?? Siapa bilang hidup ini (selalu) menawarkan pilihan?

Atas nama profesionalisme. Atas nama kewajiban. Atas nama norma masyarakat. Butuh keberanian lebih buat memilih jalan yang berbeda. Dan gue tidak punya nyali sebesar itu!! Kalopun gue sanggup memilih. Seringkali gue nggak sanggup menjalani konsekuensinya. Makanya at the end, gue tetap sering menangis.

Hidup ini terlalu Indah, buat ngeributin hal hal kecil, begitu seorang sahabat mengingatkan.
Lho? besar kecil. Itu kan relative, batin hatiku
But hey!! Adalah suatu pilihan melihat satu hal jadi besar atau kecil, kata isi kepalaku
*halah*… sudahlah…soal besar kecil ini. bakal jadi diskusi panjang yang ngga akan kelar.

Yang jelas, alangkah beruntung punya sahabat sahabat yang mau berbagi sudut pandang yang berbeda tentang pilihan dalam kehidupan.. Menyadarkanku, hidup ini Indah kok. Bersyukurlah….Alhamdulillah… .

Wednesday, September 05, 2007

Happy “Belated” Birthday

Tahun ini, ulang tahunku jatuh di hari minggu

Dering telp dari condet, mengawali ucapan selamat ulang tahun dari Mamah. Isuk isuk, first in the morning, saat matahari pagi masih duduk manis di ufuk timur. Uhm, thanks Mah..love you so much!! Berikutnya peluk cium anak anak dan suami menyusul..thanks Honey..thanks kids…love you too…

Pagi beranjak siang. Sms mulai masuk, dari seorang teman lama. Aku mereply “Thanks..tumben lu inget”. Dia menjawab “ diingetin friendster”. Aku tertawa, lalu mereply“ Thanks to friendster then.”

Semakin siang semakin banyak sms masuk. Adik dan Kakak. Adik adik ipar, dan yang lucu dari teman-teman kuliah “ Happy Birthday Tante Bin”
“ Thanks…waduh? Tapi kok tante sih?
“Lha trus apa? Lu nggak cocok dipanggil Ibu lagi, Mbak…terlalu gaul” Aku tertawa geli

Tengah hari, sepotong sms dari seorang sahabat membuatku tertegun. Berawal dengan pesan sponsor “menjadi tua itu pasti…menjadi dewasa itu pilihan” dan berakhir dengan nasehat “ don’t expect too much..give more”. Uhm, aku speechless. Aku menjawab pendek “ Thanks Fan ..have a great weekend”


Sore hari itu, ditutup dengan telp dari seorang adik yang super sibuk “ Happy Birthday Bunda” Aku menjawab “Yeah thanks Papi.” Selanjutnya kami lmengobrol sampai menjelang magrib. Uhm thank you..thanks for everything today, batinku.

Malam berganti pagi. Esok adalah hari baru. Esok bukan lagi hari ulang tahunku. Namun surprisenya, aku masih saja menerima banyak sms dan imel “ Happy Belated Birthday Bin”. Teman teman kantor lama, teman teman kuliah dulu. Teman teman kuliah kini. Membaca sms dan imel mereka membuatku terharu. Mereka mendoakanku, smoga panjang umur, sukses selalu, dan banyak kebaikan lain. Sungguh aku terharu.

Malam berganti pagi lagi. Esok sudah hari yang baru lagi. Esok sudah jauh dari hari ulang tahunku. Tapi luar biasanya masih ada saja yangmengirimkan sms dan imel, mengucapkan selamat ulang tahun, dan mendoakan banyak kebaikan untukku. Aku tak lagi dapat menahan air mataku, just realize that have a lot of friends..that still remember me.

Jika kita punya banyak teman, sungguh bersyukur menyadari bahwa ulangtahun kita adalah bukan cuma di hari H, namun bisa di extend sampai H+1, H+2, H+3 …but again, don’t expect too much to your friends…just give more…yeah, I will remember that…I promise I will…