Wednesday, November 28, 2007

Tentang Hujan

Kenapa Bogor disebut kota Hujan?
Soalnya Hujan Melulu.
Kenapa Hujan melulu?
Soalnya kalo nggak hujan, siapa yang sanggup nyiramin Kebun Raya Bogor??
*Halah*
Begitu joke basi yang sudah sering kudengar.

Menghabiskan 5 tahun kuliah di Bogor adalah masa yang berkesan, walau Bogor selalu identik dengan hujan. Kamar kost bocor, kehabisan pakaian kering karena hujan tak kunjung reda, sepatu kotor berlumpur, kemana mana bawa payung, Jemur baju dalam rumah, bateng mati lampu melulu adalah bagian dari suka duka kuliah di Bogor.

Walau begitu, hujan kota Bogor tetap menyisakanku banyak pengalaman Indah. Aroma khas segarnya tanah basah, Senja jingga usai hujan sepanjang pajajaran yang romantis. Berpayung dibawah basah gerimis sore. Belajar larut malam ditemani derasnya hujan. Sampai dengan kenikmatan tidur berselimut ditengah dingin udara karena hujan

Aku menjalani semua yang diberikan Bogor dan hujannya dengan semangat masa muda.
Namun kini, aku benci hujan.

Aku tidak lagi bisa melihat sisi indah tentang hujan. Macet luar biasa, membuatku sering berjam jam terjebak dalam kebosanan panjang dibalik kemudi mobil. Banjir, air tergenang membuatku sering merasa cemas kalo mogok dijalan. Basah. Dingin. Membuatku makin tersiksa dengan rasa sepi.

Pemandangan diluar mobilpun tak jua bersahabat. Anak anak mengojek payung. Banyak orang basah kedinginan di angkutan umum. Banyak pengendara motor menepi menunggu hujan reda. Pedangan asongan. Penjual Koran. Menanti akan berhentinya hujan.

Entahlah. Aku tidak perduli kamu setuju atau tidak, namun aku benci hujan.
Karena yang kurasa kini.
Hujan identik dengan kesedihan.

Saturday, November 24, 2007

Mengejar Matahari

Menembus ruang dan waktu…
menyatu di dalam jiwaku…
Tetes air mata… mengalir di sela derai tawa
Selamanya kita tak akan berhenti mengejar
Terus mengejar matahari

Emang matahari bisa dikejar? Bohong banget!! Begitu Aim mengomentari salah satu lagu favorit Bunda itu. Aku Cuma bisa tertawa

Well, boleh dibilang, aku mengagumi matahari sejak kecil. Sun flower is one of my Inspiration. Yellow. A lot of energy. Full of Spirit. Warm and Bright. Bagiku Matahari seakan memberikan harapan baru, semangat baru.

Sepanjang yang kuingat dari masa kecilku Matahari pagi selalu mengantarku pergi sekolah, dengan segudang problemnya, telat bangun, sarapan yang terburu buru, menangis dimarahi orang tua, sampai dengan bis yang selalu penuh sesak. Namun matahari seakan jadi penghiburku. Penyelamatku. Bahwa aku harus selalu punya semangat. Mengejar Matahari.

Kini, dengan seabgreg kewajiban kuliah, segunung tugas dikantor, segudang urusan dirumah, kadangkala membuatku terpuruk pada satu titik. Exhausted. Hang. Seperti computer yang ngadat. Males mikir. Males bergerak. Males ngapa ngapain….cuma berandai andai, tentang kenikmatan tidur panjang tanpa mimpi

Tapi..sebuah kesadaran mengetuk keras. Bumi berputar. Waktu berjalan. Banyak hal tidak bisa menunggu. Banyak tugas punya batas waktu. Menunda. Cuma menumpuk masalah dibelakang. Pada akhirnya semua itu harus dilakoni-dijalani juga. Jika aku bisa melewati sulitnya masa kecilku bersama matahari. Aku harus percaya, matahari yang sama akan tetap menemaniku melewati pasang surut hidupku kini

Dibalik kemudi Mobil. Aku memacu mobil di TOL ke timur. Bikin tugas ke kampus. Dalam dunia yang sama. Aku berharap tetap bisa punya semangat mengejar matahari yang sama. Yang memberikan harapan baru. Yang menjanjikan kebahagian baru.

Aku benci hujan, bisikku
Kenapa ?
Karena -bagiku- hujan identik dengan kesedihan

Sunday, November 11, 2007

Sms Satu Kata

jam 11.30 handphoneku berbunyi. 1 message received.

Ugh!! mudah-mudahan bukan urusan kerjaan yang musti urgent, harapku sambil mengecheck sms itu. Yeah untungnya cuma sebuah sms dari Adhi, berbunyi

Gambarkan aku dengan satu kata. Hanya SATU kata!! Kirim jawabnya padaku lalu kirim pesan ini ke 10 orang dan lihat jawaban2 aneh dan mengagumkan tentangmu. Balas ya! its fun..

Aku tersenyum. Mengingat ingat banyak cela celaan diantara kami. Jojoba, Narsis. Ijo lumut. Jablay and many more…tapi hey? Aku berusaha berpikir terbalik. Jika aku yang mengirim sms itu pasti aku berharap mendapat jawaban yang ‘menghibur’… its just for fun…jadi aku menulis pendek Funny. Lalu segera berusaha tidur.

Esok paginya, ditengah macet kota Jakarta. Isengku kumat saat on the way kekantor. Aku kirim sms itu ke 10 orang, mereka saudara, sahabat dan teman temanku. Dalam mobil aku nyengir, mereka reka.. ih? apa ya jawaban mereka.

Dalam lima menit kedepan jawaban mulai masuk. Tanpa basa basi beberapa menjawab pendek satu kata yang diminta. Aku membalas untuk bilang thanks. Namun beberapa lain mulai menawar…satu kata? Kurang!! ..tiga kata gimana?..bingung..iki opo sih Bin? Aku tersenyum dan meladeni sms mereka. Toh saat itu pondok Indah- Radio Dalam pamer paha alias padat merayap tanpa harapan.

Menjelang sore, hampir semua merespon, dan luarbiasanya, tidak sebuahpun jawaban yang sama. Cantik…Manis…Ayu memang punya pengertian dekat, tapi tetap saja itu kata yang berbeda. Just wondering..ternyata begitu beragamnya pemikiran orang.

Saat dikampus aku menembak Reza “ Kok sms gue soal satu kata ngga direply ??”
“Panicky” kata Reza kalem. Aku tertawa. Uhm, he knows me, pikirku geli.

Kalo mau dianalisa, dari jawaban mereka bisa diliat apakah orang orang itu mengenal kita, bisa tau dari sisi mana mereka mengenal kita. Bagaimana mereka mengenal kita. Sebab aku merasa beberapa jawaban yang masuk, bukan gue banget gitu lho.

Anyway, yang tepat adalah jangan dipikir terlalu serius, seperti saat aku bertanya pada Adhi “ kok ngirim sms -nya malem banget sih?”

“Aku lagi bete Mbak..aku butuh dihibur”

Jadi ya..emang jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang menghibur. Sebab saat bete datang, senang rasanya ada orang yang mengingatkan tentang hal baik yang kita punya. Walau mungkin jadi gombal, seperti sms yang kuterima dari Papi , sudah nyaris tengah malam, saat semua orang sudah males mikir.

Ayu...
Yo ayu nu…mbakyu ne sopo ? balasku
Papi mereply, Soalnya itu yang paling gampang kepikir
Well, We’d grown-up together..pastinya butuh berjuta kata untuk mengambarkan diriku yang complicated.
Dan tengah malam itu, aku cuma bisa nyengir.

Mudik Lebaran 2007 - Tour de Sumatera