Tuesday, February 12, 2008

Proses Belajar Dua Generasi

Masih bisa kuingat dari masa kanak kanakku di tahun 70an, belum banyak buku belajar membaca yang menarik tersedia di pasaran. Karenanya Bapak membuat sendiri sebuah buku belajar membaca buat Bram.

Entah dengan alasan apa, Bapak mengajar Bram membaca sejak dini, sejak belum masuk sekolah. Masih bisa kuingat buku tulis bergaris sederhana yang digambar dan ditulis sendiri oleh Bapak. Gambar bola diikuti kata B-o-l-a...Bo-la.. gambar gelas diikuti g-e-l-a-s...ge-las. Hasilnya? Bram bisa membaca sebelum dia masuk TK. Amazing hah??

Kehidupan kini ternyata menempatkanBapak dan Bram diposisi yang bergantian. Sejak pensiun Bapak menghabiskan masa tuanya dengan mengajar filsafat dan mata kuliah dasar di sebuah akademi bahasa asing. Awalnya Bapak mengajar berbekal plastik transparency yang berisi materi kuliah. Namun kini jaman berubah cepat. OHP digusur hadirnya komputer projector. Diusia tuanya Bapak harus beradaptasi. Belajar lagi membuat presentasi bahan kuliahnya di atas powerpoint...and you know what? Kali Ini Bram yangmengajari.

Dengan kesabaran khas miliknya, Bram menemani Bapak belajar memakai laptop, dan mengetik materi kuliah dalam power point. Satu hal yang Bapak sukai dari hal ini, materi kuliahnya gampang diupdate tiap saat dibutukan. Tanpa repot. Tanpa banyak effort. Tinggal delete, copy, paste dan save. Beres!! Kami semua bangga Bapak masih mau belajar hal baru diusianya yang nyaris 70.

Makanya aku heran kalo ada yang tanya begini…
Djarot : Bin? Ngapain sih lu sekolah lagi?
Ibin (nyengir) : cari daun muda !!
Erfan : ha..ha..ha..Elu banget...

Friday, February 08, 2008

la neige au Sahara

...Si la poussière emporte tes rêves de lumière
Je serai ta lune, ton repère
Et si le soleil nous brûle, je prierai qui tu voudras
Pour que tombe la neige au Sahara

Si le désert est le seul remède à tes doutes
Femme de sel, je serai ta route
Et si la soif nous brûle, je prierai tant qu'il faudra
Pour que tombe la neige au Sahara...



Baca buku " sang pemimpi" -nya Andrea Hirata menginggatkan akan sebuah mimpi yang nyaris terlupakan bersama segudang kesibukan sekarang ..betul, pernah datang beberapa kesempatan yang nyaris mewujudkannya, sayangnya semua itu tak jua tercapai hingga kini.

Bukan mimpi yang luarbiasa memang, jika aku mau egois dengan extra budget dan sedikit waktu yang tersisa, aku bisa menjadikannya nyata dengan segera. Tapi entahlah, mungkin memang aku bukan seorang pengejar mimpi.

Mimpi itu haruslah besar, begitu yang kudengar.
entahlah, mewujudkan mimpi mimpi kecilku saja aku tak berani banyak berharap. Aku lebih nyaman menginjak bumi realitas, dibanding terbang mengapai mimpi...

Sejak masa mudaku... aku ingin melihat Paris - Perancis yang konon romantis, sampai saat ini semua itu masih jadi impian kecilku. Memang cuma mimpi kecil - tak sebesar mengharap salju turun di sahara - seperti kata Anggun C Sasmi -la neige au Sahara..