Tuesday, March 11, 2008

From Bogor With Love

Matahari bersinar dengan malas diatas tol, mengiringi laju 406 kami ke Bogor. Sabtu kemarin kami kebogor dengan tiga agenda...satu menuruti request Aim buat nonton 4D theater di Bogor Nirwana Residence. Resensi film ”Fly me to the moon ini” dimuat di majalah Bobo terbaru, makanya Aim segera update. Anak gaul gitu lho...interestnya ngga jauh dari begituan.


Ke-dua memenuhi permintaan tante Di buat shopping di pusat tas tajur. Tiga, nengokin temen Ayah yang istrinya baru melahirkan anak ke lima. Hari gini punya anak lima? Amazing hah??

Anak anak ke BNR diantar Ayah, sedang Bunda dan tante Di prefer ke pusat tas Tajur. Sebetulnya ini bukan kunjunganku yang pertama, dulu banget aku pernah kesini-lupa sama siapa-aku cuma inget, saat itu aku nggak beli apa apa...

Kunjungan kami kini, surprise banget !! Kok udah berubah gini ya? Dulu cuma sebuah toko luas kayak gudang FO plus tempat parkir, sekarang? Wow... ada tempat makannya, factory outlet fashion dan sepatu, toilet umum, mushola, dan permainan anak anak. Untung kami cuma di drop, kalo cari parkir Ayah bete tuh, penuh banget euy..

Bagaimana koleksinya? Baguskah ? Well, seperti kunjunganku yang pertama..biasa aja. Aku menyusuri rak demi rak tanpa antusias. Aku yang terbiasa windowshopping di mall, browsing majalah fashion, update trend terkini, tidak jadi panik belanja dengan harga murah yang ditawarkan..

Sebetulnya ada ”rule of the tumb” soal belanja barang barang fashion, Jika branded dan (pastinya) mahal, pilihlah model-model klasik dengan warna netral, hitam, coklat, beige, red adalah contoh warna yang abadi, dan bertahan dari gusuran trend mode dunia yang berganti mengikuti musim spring-summer-fall-winter..

Mengingat itu aku kembali menyusuri rak display berisi ratusan tas aneka warna itu dengan lebih jeli. Eh? Ternyata ada juga yang fancy, trendy and so colorful. Dari beratus mungkin ribuan tas yang ada, aku menemukan beberapa yang kusuka. Harganya menarik..terpaksa menarik credit card maksudnya. Sampai dikasir aku jadi malu sendiri soalnya belanjaanku dua kali lebih bayak dari Dian.

Sampai di condet, Mami ikutan melihat belanjaan kami, sayang dia ngga jadi ikut ke tajur, padahal pengin banget..”Kamu ada yang minat gak? Gantiin aja satu. Aku juga merasa kebanyakan kok..” tawarku pada iparku itu.
”Yang merah boleh?”
Aku cepat mengangguk, aku sendiri udah punya tas merah branded yang klasik di rumah, yang ini memang lebih trendy..tapi ya..merah tetap merah..sami mawon

Mamah mengamati belanjaan kami ”Niiih Mah, buat Mamah” kataku mengasurkan tas pesta glamour penuh manik manik, sebab aku tau Mamah ngga punya tas yang pas buat pergi ke resepsi perkawinan. ”Oh ya..terimakasih” kata Mamah.

Mamah senang dapat oleh oleh, Mami senang punya tas baru, Dian senang kesampean juga niat belanja tas ke Tajur. How about me? Dengan semangat ”from Bogor with love” rasanya senang jugalah..bisa membuat mereka senang...

Sunday, March 02, 2008

Obituary – Profesor Severus Snape

"I can teach you how to bottle fame, brew glory, even stopper death -- if you aren't as big a bunch of dunderheads as I usually have to teach." ( Severus Snape )

Nyesek. Begitu perasaan yang terasa setelah menamatkan buku Harry Potter yang ke tujuh. Setelah bertahun tahun setia menunggu launching bukunya, menjadi bagian dari antrian mengular demi mendapatkan ticket film Harry Potter, akhirnya kita tiba pada buku ketujuh dan terakhir- The Deathly Hallows. Semua buku Harry Potter itu seperti punya kekuatan sihir. Sekali dibaca..nggak bisa lepas sebelum tamat euy..

Eh? Tapi kenapa nyesek? Untuk sebuah buku anak anak yang umumnya happy end, buku terakhir ini terasa berat. Kenapa? Karena banyak tokoh yang populer harus mati. Kematian Sirius Black di buku kelima dan meninggalnya Dumbledore di buku ke enam, seakan enteng dibanding banyak kematian di buku ke tujuh ini.

Berawal dari Mad Eye Moody ..can you imagine? Its hard to believe..one of the tough auror itu? Sudah harus mati diawal bab buku ke tujuh. Lalu pasangan suami istri Tonks-Lumpin…Tragedi Fred yang mati muda meninggalkan George saudara kembarnya, adakah keceriaan tersisa untuknya? Masih banyak lagi sih, tapi buatku paling nyesek adalah kematian Severus Snape.

Sejak buku pertama Snape digambarkan sebagai peran antagonis yang misterius. Double agen. Kita tidak pernah tau, kepada siapa kesetiaannya diberikan. Hogwarts? Orde Phoniex? Kementrian Sihir? Atau Dia ”Yang namanya tak boleh disebut”. Jika untuk jajaran murid Hogwarts aku memilih duo kocak George dan Fred Weasly sebagai favorit. Untuk tokoh dewasa, akhirnya aku memilih Profesor Sverus Snape yang berhidung bengkok dan berambut hitam lurus berminyak.

Aku tau ini bukan pilihan populer. Sebagai mantan Death Eater, musuh bebuyutan Harry Potter, dan bahan olok olok geng populer James Potter-Sirius Black-Lumpin-Petergrew-saat sekolah bareng di Hogwarts. Guru pelajaran ”poison” yang super galak dan punya obsesi mengajar ”Defense Against the Dark Art”. Profesor Severus Snape? Hiiih...ngga banget deh...

Buku ketujuh seakan menjelaskan segalanya. Begitu juga dengan sosok misterius Snape yang ngirit omong dan selalu sinical. Jagoan Occlumency dan Legitimency, pakar vitaserum dan ramuan polijus. Patromasnya yang berbentuk rusa betina. Kepada siapakah kesetianya diberikan? Surprisely...ternyata pada Lili Potter, tetangga sekaligus teman bermainnya sejak kecil.

Sesungguhnya banyak hal yang dilakukan Snape untuk melindungi Harry, anak dari Lili yang dikasihinya, sayangnya tingkah Harry sangat mirip dengan James yang begitu menyebalkan buat Snape. Melalui pelajaran private occlumency dan legitimency Harry-tanpa sengaja, off course-bisa melihat pengalaman pahit Severus muda yang selalu jadi object keisengan James and the gang, perseteruan Severus dan James, juga kenangan indah Snape akan Lili Potter, bahkan sebelum mereka masuk Hogwarts.

Jadi? kepada siapa kesetiamu diberikan? Kusarankan lebih baik belajar occlumency, untuk melindungi isi pikiranmu, sebelum aku menerobos masuk ingatanmu dengan tongkat sihir teracung dan berseru ....Legitimency!! Ah, sosok Profesor Severus Snape telah mengajariku, banyak hal tak terduga bisa terjadi dimana saja ....with or without magic ....lumos!!