"Kenapa aku tidak boleh mengeluh? tanyaku nyaris menangis
“Karena agama tidak memperbolehkan mengeluh” Jawab Ayah pendek. Tapi “dalem”. Ugh!! Gelap malam terasa datang lebih dini bersama berlalunya 406 Ayah dari rumah, di satu weekend yang seharusnya cerah.
Sabtu itu, aku tau matahari pagi masih bersinar hangat. Anak anak riang bermain bersama teman temannya didepan rumah. Weekend itu seharusnya cerah. Namun tidak begitu dengan hatiku..
Telp dan sms panjang dari condet barusan membuatku galau. Segera Ku Sms temen temanku yang emang udah janjian bikin tugas dikampus “sorry guys.. …today I’ll be late.. “ Berikunya kupacu karimun ku diatas tol TB Simatupang. Menuju timur. Menuju matahari yang bersinar cerah. Namun tidak begitu dengan hatiku.
Sebuah rumah di timur
Sungguhpun aku tau, aku tidak sanggup bilang “ jangan mengeluh karena agama tidak memperbolehkan mengeluh” pada mereka. Karena aku tau kami bukan perempuan super. Kami cuma perempuan perempuan biasa. Walau kami sudah berusaha untuk tidak mengeluh akan kehidupan kini, namun aku tau ada satu titik dimana semua terasa buntu. Sumpek. Gelap tak berujung. Dan kita butuh orang lain buat mengeluh.
Keluhan memang seperti sampah. Baru terasa enteng setelah ditendang keluar. Namun hey? Siapa yang tahan dapat sampah? Sebab sampah yang berupa keluhan itu bak virus flu burung . Menular. Bete. Bad mood menjalar dengan cepat.
Aku berusaha semampuku. Mendengar tanpa terlihat bosan dengan masalah yang itu itu juga. Berbicara tanpa berusaha mengurui dan menghakimi siapa benar dan siapa salah. But Hey?! Tanganku cuma dua hatiku cuma satu!! aku juga capek!!
Tanggung jawab akan bikin tugas menyeretku datang ke kampus, untungnya dalam sepuluh menit ke depan aku bisa tiba disana dengan rasa bersalah. Aku satu satunya yang terlambat. Walau tak ada lagi airmata tersisa, namun aku tetap bete!! Aku merasa capek!!
Diskusi tugas kelar jam
Aku tiba dirumah dipenghujung senja. Exhausted memang. Namun aku merasa lebih baik. Saat malam datang, tak ada lagi insomnia datang menyiksa. Terakhir aku bersyukur hari itu, untuk sebuah tidur panjang tanpa mimpi.