Mereka bilang saya sakit-bikin judul ini terinspirasi dari judul buku kumpulan cerpen Djenar Mahesa Ayu “Mereka bilang saya Monyet”. Itu lho yang mereka bilang, bukan saya.
“Lu keliatan baek..tetep antusias..exciting…ketawa ketawa aja”, begitu kata Acid satu kesempatan saat kita makan siang bareng. Oh ya betul!!..I’m fine thank you. Yang bilang aku sakit kan mereka, bukan saya.
Nah trus siapa yang bilang saya sakit? Dokumen dokumen hasil lab yang gue jalanin sejak awal Desember lalu, membuat para dokter itu, specialis hemologi, Obgyn, mendiagnosa aku anemia akut. What the animal on earth is that? Wikipedia bilang Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
"Dengan HB Cuma 7.4 dan tensi 90/70 umumnya pasien sudah pingsan" kata obgynku dengan prihatin. Ah ya, beliau sudah seperti paman buatku, sudah 15 tahun aku jadi pasien tetap Obgyn sepuh yang sabar itu.” Udah deh, sekarang dirumah aja. Jangan nyetir sendiri kemana mana” titah beliau.
What?? Gue disuruh ngerem dirumah? Wah?? bisa netes berapa telor? Awalnya memang aku turuti, tapi lama lama senewen sendiri. Lha wong aku merasa baik aja. Fine aja. I’m Alive. Mana betah kalo disuruh ngeremin telor dirumah. Delegasikan aja ma ayam tetangga.
Dokter Hemologi ku bilang, “Kamu hati hati ya..kalo kamu ngga berasa apa apa.. artinya tubuhmu sudah adaptasi.. kondisi ini pasti sudah berjalan bertahun tahun tanpa disadari. Tapi kamu tetap harus hari-hati” Aku tercekat. Frustasi. Aku merasa baik saja, tapi mereka bilang saya sakit. Tak tau lagi harus percaya siapa. Alarm tubuhku seakan tak bekerja. Aku merasa baik saja kok.
“Saya baik aja, dok. Kalo memang bertahun tahun saya bisa hidup begini. Ya sudah, biarkan saja berjalan apa adanya gimana?” sahutku malas. Bolak balik antri ke dokter. Mondar mandir ambil darah.Lu pikir enak?! Dokter perempuan ahli kangker darah itu menggeleng tegas. “Not that simple. Kasian Jantungmu harus bekerja keras. Belum lagi organ tubuh yang lain, bisa rusak kalo kekurangan oksigen” Waduh?!! That’s sound serious. Even for not so serious person like me
“ Bibir putih, kelopak mata bawah putih, ujung jari tangan putih, tanpa test darahpun sudah terlihat kamu anemia”. Aku cuma menghela nafas panjang, mengamini Memang. Tanpa berbedak dan lipstick, aku sebelas duabelas dengan zombie bangun dari kuburan.
So today, walau mendung mengantung diudara, langit gelap gulita. I put same makeup to refresh me. Bersiap pergi ke dokter. Kalo selama ini aku ke RSPI, kali ini aku berniat ke RSIBintaro for second opini. Berbekal segepok hasil test laboratoriumku sejak Desember lalu, ingin kuminta pendapat dokter hemologi lain. Sebab aku merasa baik saja, tapi mereka bilang saya sakit. Just wish the best for me.