A house
should be clean enouhg to be healtly
Should be dirty enough to be happy
Begitu poster yang tertempel di dinding salah satu rumah di Bona Indah yang pernah aku handle pemasarannya. Aku tersenyum membacanya. Setuju!!
Back to dua belas tahun lalu. Saat aku dan ayah belum punya anak dan pembantu kami sedang mudik lebaran "Kok ngepelnya gitu ? mana bisa bersih?!" Ayah complain keras.
Aku naik pitam. Badan udah capek semua masih juga diprotes ?? Ugh!! kubanting gagang pel. "Ya udah !! kalo nggak suka sama cara gue ngepel. Lu ngepel aja ndiri deh !!" Aku berseru sebal lalu masuk kamar. Meninggalkan tugas mengepel yang belum kelar.
Ayah emang bukan perfectionist, tapi dia punya standard yang lebih tinggi soal kerjaan rumah tangga. Dia mengepel lebih baik dari Bunda. Dia mencuci baju lebih bersih. Dia mensetrika lebih rapi. Dia lebih apik, dia lebih rajin beberes. Ayah emang lebih care urusan kerjaan rumah tangga dibanding diriku.
Waktu terus berjalan. Anak-anak lahir. Kerjaan rumahtangga semakin banyak dan complicated. Apalagi saat mereka masih bayi. Kalo pembantu dan babysitter mudik saat lebaran. Ugh!! rasanya kiamat kecil. Kami kewalahan. Ayah dan aku berbagi tugas, nyuci popok yang segunung, membuat bubur, memasak nasi tim, menjerang dot dan botol, menyuapi, mengendong, menidurkan, mandiin bayi. ngeberesin mainan. Weleeeh!! rasanya nggak ada habisnya. 24 jam sehari rasanya kurang. Untungnya dengan berjalannya waktu Ayah sudah lebih santai. Dia emang masih suka ngomel kalo rumah kotor dan berantakan, tapi nggak sekeras dan sesering dulu.
Waktu terus berjalan. Kami semakin dewasa. Anak-anak semakin besar. Setahun sekali kami melewati hidup tanpa pembantu karena mereka mudik lebaran. Aku dan Ayah sudah jarang bertengkar soal kerjaan rumah tangga. Semuanya dinikmati aja. Nggak pa pa sedikit kotor. Its ok a litte bit messy. Yang penting kami happy... I love you, honey...
No comments:
Post a Comment