"Kemaren aku ajak adik adikku ke Masjid Kubah Mas …Udah mau ramadhan kok aku belum juga merasakan ghiroh Ramadhan” begitu kata seorang teman perempuan sekantor yang kuakui religius-beberapa hari sebelum Ramadhan datang.
“Trus? Gimana? Berkesan?” tanyaku. Aku tau masjid kubah emas itu. Masjid organisasi Dian Mahri yang terletak di Depok.
“Boro boro..adik adikku lebih pengin ke ITC cempaka mas. Belanja. Katanya disana juga bakal dapat pencerahan.” Kami tertawa. Geli. Ternyata perempuan sama aja. Aku juga jadi inget adik dan adik adik iparku sendiri.
Well, ghiroh atau spirit ramadhan, memang sulit dirasakan kalo kita tengelam dalam kesibukan duniawi. Kerjaan kantor yang tiada habis. Urusan dirumah yang seakan tak pernah selesai. Memang butuh waktu buat berhenti sejenak. Pause. Berpaling dari keduniaan dan berpikir tentang kehidupan kelak setelah mati.
Baru di hari kedua ramadhan, aku bisa pulang kantor on time dan berbuka bersama Abang dirumah. “ Bunda mau pergi Tarawih sama anak anak. Salah satu kalian tunggu rumah ya” begitu pintaku pada kedua pembantu kami. “Ya Bun, Leha dirumah, Biar Ria yang jagain Aim di Masjid”
Dengan adanya Ria yang ngejagain Aim kalo rewel dan minta pulang lebih dini dari masjid. Aku lebih bisa leluasa pergi sholat terawih ke masjid Komplek yang terletak di bibir sungai pesangrahan dan menempati satu sudut lahan di komplek kami. Ke Masjid, sudah lama sekali aku tidak lakukan. Datang kembali ke masjid membuat kenangan saat pergi haji kembali berputar. Sudah hampir setahun berlalu tapi seakan baru minggu lalu.
Bersujud di masjid, berdzikir dan berdoa dimasjid saat Ramadhan menghadirkan kembali menit menit kedekatan dengan Allah yang sering kurasakan saat di tanah suci, namun seakan hilang saat aku larut dalam kehidupan sibukku kini.
Bersujud di masjid, memohon ampun dan berdoa meminta banyak hal di masjid saat ramadhan membuatku kembali berkaca kaca. Bayangan kemegahan masjid Nabawi di madinah. Kenangan saat bersimpuh depan kabah saa di Masjidil Haram seakan jelas didepan mata, dan aku kembali meneteskan air mata.
Ingatan akan pergi haji membuatjku menelphon pada seorang sahabat jauh di seberang.Setelah berbagi kabar soal kondisi gempa bengkulu aku bertanya “Udah mulai manasik? Kapan berangkat?
“Akhir November. Gelombang satu” Kata sahabatku itu.
Aku menghela nafas panjang “Sama. Gue dulu juga akhir November. Tapi Mus, udah hampir setahun, selain sekarang pake krudung, rasanya nggak ada yang berubah sama gue”
“Ngga pa pa lagi Bin. Pokoknya gimana yang Ibin enak aja” . Uhm , aku tau dia menghibur.
Obrolan beralih soal banyak cita cita dan harapan yang masing masing pernah kita punya, tertawa akan kehidupan kini yang tak seperti apa yang pernah kita impikan.
“Apapun yang kita punya sekarang. Itu yang yang terbaik Bin” katanya menuntaskan
“Gitu ya?” tanyaku
“lho kok gitu ya? Yakin Bin. Inilah yang terbaik”
Saat bersujud, berdzikir dan berdoa saat ramadhan kini. Kupintakan keyakinan itu.
No comments:
Post a Comment