Kata orang Mata adalah jendela hati
Jadi inget pernah terjadi seorang teman kuliah bertemu teman SMPnya, yang ternyata temanku saat SD “ Lu kenal Bintari?”
“Yang matanya belo? Kenal dong”
Duh? Aku jadi ketawa sendiri. Temanku masa kecilku itu benar. Aku punya mata yang lebar dan besar. Dipayungi alis hitam lebat yang kuwarisi dari Bapak, dan sepasang bulu mata lentik panjang yang diturunkan oleh Mamah, dan kini dimiliki anak anakku. Banyak yang bilang (ehm) aku punya mata yang Indah. Itulah kenapa , walau harus, tapi aku malas pake kacamata. Halah!
Eits!! Itu bukan cuma gombal gombalan banyak cowo yang pernah mengagumi sepanjang masa mudaku,lho. Tapi ada teman sekantor Bapak, dan seorang Ibu kerabat jauh disalatiga pernah bilang
“Matamu Bagus, Nak. Andai kamu jadi menantuku”
“Kowe wis nduwe pacar Nduk? Aku nduwe cah lanang sing musti seneng ndelok matamu
Aku cuma bisa tersenyum geli. Speechless juga mendadak dilamar Ibu ibu sepuh begitu. Membuat aku teringat almarhum nenekku. Ketika aku datang berlibur ke salatiga, beliau pernah memandangku lekat lekat, tersenyum hangat dan bilang “Nduk, kamu punya mata yang berkerlip seperti bintang…” Wow. Aku terkesan. Dengan duabelas putra dan putri yang beliau miliki. Dengan beberapa puluh cucu yang beliau punya. Aku senang simbah salatiga-begitu kami menyebutnya-masih sempat memuji mataku.
Well ya, sepantasnya aku senang. Seharusnya aku bersyukur dikaruniai mata yang Indah. Banyak orang setuju akan itu. Akan tetapi tidak banyak orang yang tau bahwa mata ini sering menangis.
Aku sendiri benci. Aku sendiri sering tak mengerti. Mengapa aku sering menangis. Terbuat dari apakah mata indah ini sehingga mudah sekali basah? Gampang sekali hujan? Ugggh..berlebihankan kalo aku meminta, memohon, berharap punya mata yang lebih tabah??
Kembali kepada kata orang diatas. Mata itu jendela hati. Jika hatiku mendung, gerimis menetes dari mataku . Jika hatiku dilandai badai, hujan airmata turun membanjiri hariku…
Walau Aku banyak punya pilihan eye cream yang mampu menghilangkan kantong mata karena kurang tidur, sembab karena kebanyakan menangis. Tapi itu semua cuma pertolongan semu. Sebab aku tau, yang seharusnya di take care adalah hatiku, bukan mataku. Mata cuma jendela hati, jadi seharusnya kupintakan, kumohon sebuah hati yang lebih tabah.
Well ya, sepantasnya aku senang. Seharusnya aku bersyukur dikaruniai mata yang Indah. Dan kini kupintakan pada-Nya, sebuah hati yang lebih sabar, ikhlas dan tabah. Doakan saja
Semoga matahari selalu bersinar di angkasa dan dihatiku...
No comments:
Post a Comment