Beribu kata, banyak cerita ditulis dari sudut sebuah rumah. Untuk membingkai kenangan -mengabadikan pengalaman -mengoreskan harapan.
Monday, October 27, 2008
Wednesday, October 15, 2008
Sepotong Kebahagiaan , Sebuah Reuni..
Pernah, kutanya pada Erfan “apa iya orang yang senang pergi reuni, adalah orang yang lebih bahagia di masa lalunya dibanding kehidupannya kini?”
Erfan tertawa enteng. “ Yo ora nuuu..sing betul..orang yang datang reuni adalah orang yang bahagia dengan masa lalunya dan bahagia dengan dengan kehidupannya kini”
Diskusi soal reuni, ketemu lagi dengan teman teman lama. Hangout bareng, kongkow kongkow, mengobrol panjang dengan teman teman jaman kuliah kami dulu, memang tidak bisa dipisahkan dengan sosok seorang Erfan. Aku dan Erfan kuliah bareng tapi nyaris nggak kenal each others. Setelah lulus justru kami dekat karena kami punya hobby yang sama. Senang datang reuni.
Aku nyengir mendengar jawaban Erfan. Dia emang diplomatis. Optimis. Namun kutahu pasti bahagia meang bukan milik komunitas, bahagia sangat pribadi sifatnya. Person to person is different.
Aku melamun.Menerawang panjang, mencari jawab mengapa aku senang datang reuni? Sedang kutau tak semua orang merasa begitu. Datang reuni butuh effort, perlu menyisihkan waktu, mengorbankan kebersamaan dengan keluarga. Apakah hasil yang didapat sebanding?? Adakah sedikit margin keuntungan yang didapat?
Lha kalo semua pake itungan matematis. Pendekatan Profit dan Loss tentu saja jatuhnya loss. Rugi, Buang buang waktu. Sayang tenaga. Emang nggak ada kerjaan lain yang lebih penting? Tapi hey? Reuni memang tidak akan pernah align dengan kenyataan bahwa kita adalah orang dewasa dengan seabreg tugas dan segunung kewajibab yang diberikan kehidupan.
Menurutku pergi reuni memang harus dimaknai dengan hati. Bagiku, reuni itu seperti katup pengaman. yang menjaga kita tidak meledak ditengah tekanan berat keseharian . yang member sedikit variasi pada rutinitas harian yang monoton. Agar tidak jatuh bosan dot com. Karena saat reuni kita bisa tertawa bersama teman teman lama, mengenang bersama masa muda yang penuh warna. Melupakan sejenak-sebentar-sekejap- kehidupan dewasa kini yang pastinya lebih challanging, stressfull, hard and tough dibanding masa muda dulu.
Mungkin sebagian Anda mencibir, Ah, itu kan karena kamu punya masa muda yang luarbiasa, dan kamu rindu untuk kembali. Well, tidak juga. Hidupku kini juga luarbiasa kok, dan aku tidak rindu untuk kembali pada kehidupan lalu. Hidup terus berjalan dan semua ada pada masanya bukan?
Betul, aku bahagia akan masa mudaku dulu, dan seperti kata Erfan didepan, aku juga bahagia akan kehidupanku kini. Karena disini, didalam ingatan aku menyimpan manis kenangan akan masa mudaku, dan disini didalam hati aku menyimpan kehangatan persahabatan dengan teman teman lamaku. Semua itu kudapat karena aku rajin datang reuni. Semua itu membantu ku melewati hujan badai, pasang surut, panas getir jalan hidupku. Aku tidak pernah merasa sendiri. Aku selalu bersyukur untuk itu. Dan aku merasa bahagia saat aku masih mampu mengucap syukur, Alhamdulillah.
Erfan tertawa enteng. “ Yo ora nuuu..sing betul..orang yang datang reuni adalah orang yang bahagia dengan masa lalunya dan bahagia dengan dengan kehidupannya kini”
Diskusi soal reuni, ketemu lagi dengan teman teman lama. Hangout bareng, kongkow kongkow, mengobrol panjang dengan teman teman jaman kuliah kami dulu, memang tidak bisa dipisahkan dengan sosok seorang Erfan. Aku dan Erfan kuliah bareng tapi nyaris nggak kenal each others. Setelah lulus justru kami dekat karena kami punya hobby yang sama. Senang datang reuni.
Aku nyengir mendengar jawaban Erfan. Dia emang diplomatis. Optimis. Namun kutahu pasti bahagia meang bukan milik komunitas, bahagia sangat pribadi sifatnya. Person to person is different.
Aku melamun.Menerawang panjang, mencari jawab mengapa aku senang datang reuni? Sedang kutau tak semua orang merasa begitu. Datang reuni butuh effort, perlu menyisihkan waktu, mengorbankan kebersamaan dengan keluarga. Apakah hasil yang didapat sebanding?? Adakah sedikit margin keuntungan yang didapat?
Lha kalo semua pake itungan matematis. Pendekatan Profit dan Loss tentu saja jatuhnya loss. Rugi, Buang buang waktu. Sayang tenaga. Emang nggak ada kerjaan lain yang lebih penting? Tapi hey? Reuni memang tidak akan pernah align dengan kenyataan bahwa kita adalah orang dewasa dengan seabreg tugas dan segunung kewajibab yang diberikan kehidupan.
Menurutku pergi reuni memang harus dimaknai dengan hati. Bagiku, reuni itu seperti katup pengaman. yang menjaga kita tidak meledak ditengah tekanan berat keseharian . yang member sedikit variasi pada rutinitas harian yang monoton. Agar tidak jatuh bosan dot com. Karena saat reuni kita bisa tertawa bersama teman teman lama, mengenang bersama masa muda yang penuh warna. Melupakan sejenak-sebentar-sekejap- kehidupan dewasa kini yang pastinya lebih challanging, stressfull, hard and tough dibanding masa muda dulu.
Mungkin sebagian Anda mencibir, Ah, itu kan karena kamu punya masa muda yang luarbiasa, dan kamu rindu untuk kembali. Well, tidak juga. Hidupku kini juga luarbiasa kok, dan aku tidak rindu untuk kembali pada kehidupan lalu. Hidup terus berjalan dan semua ada pada masanya bukan?
Betul, aku bahagia akan masa mudaku dulu, dan seperti kata Erfan didepan, aku juga bahagia akan kehidupanku kini. Karena disini, didalam ingatan aku menyimpan manis kenangan akan masa mudaku, dan disini didalam hati aku menyimpan kehangatan persahabatan dengan teman teman lamaku. Semua itu kudapat karena aku rajin datang reuni. Semua itu membantu ku melewati hujan badai, pasang surut, panas getir jalan hidupku. Aku tidak pernah merasa sendiri. Aku selalu bersyukur untuk itu. Dan aku merasa bahagia saat aku masih mampu mengucap syukur, Alhamdulillah.
Thursday, October 09, 2008
Mamma-Mia -The Movie
Melihat extra dari film Mamma-Mia! di HBO bikin aku ngebet. Pengin Nonton. Berhubung film ini bukan konsumsi anak anak, aku jadi merayu adikku untuk menemani pergi menonton. Memberiku pengalaman perdana menonton di Bliz Megaplex – Grand Indonesia. Aku berasa sedikit ndeso memang
Satu opini: sangat Menghibur. Dengan rentang usia 4 tahun dengan adik bungsuku itu, kami sangat familiar dengan lagu lagu ABBA yang popular saat kami muda. Ini memang film musical, minim dialog, alur cerita dibangun base on lirik lagu lagu yang dinyanyikan sepanjang film.
Kisah tentang seorang gadis yang senang bersenandung akan
I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail
Tentang manis kisah cinta jaman dulu yang didendangkan
I can still recall our last summer
I still see it all
Walks along the Seine, laughing in the rain
Our last summer
Memories that remain
Soal betapa getir mengakui bahwa kita pecundang melalui lagu
I don't wanna talk
About things we've gone through
Though it's hurting me
Now it's history
The winner takes it all
The loser's standing small
Semua lagu terasa begitu pas terpintal rapi membangun jalinan cerita, tentang seorang gadis yang ingin ayahnya hadir dihari pernikahannya, dan berikutnya mengalir kisah yang tak biasa. Tentang kedatangan tiga laki laki laki sekaligus, para mantan pacar masa muda Ibunya, yang semua merasa sebagai ayahnya.Nah lho??
Dengan pemandangan alam pantai dan laut yang indah, koreografi tarian yang apik, lagu lagu yang familiar di kuping membuat film ini segar dan tidak membosankan , 90 menit rasanya kurang!!
Saat gundah, sedih, bete datang dihati, film ini bisa jadi hiburan yang menyenangkan.Highly recommen..
Satu opini: sangat Menghibur. Dengan rentang usia 4 tahun dengan adik bungsuku itu, kami sangat familiar dengan lagu lagu ABBA yang popular saat kami muda. Ini memang film musical, minim dialog, alur cerita dibangun base on lirik lagu lagu yang dinyanyikan sepanjang film.
Kisah tentang seorang gadis yang senang bersenandung akan
I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail
Tentang manis kisah cinta jaman dulu yang didendangkan
I can still recall our last summer
I still see it all
Walks along the Seine, laughing in the rain
Our last summer
Memories that remain
Soal betapa getir mengakui bahwa kita pecundang melalui lagu
I don't wanna talk
About things we've gone through
Though it's hurting me
Now it's history
The winner takes it all
The loser's standing small
Semua lagu terasa begitu pas terpintal rapi membangun jalinan cerita, tentang seorang gadis yang ingin ayahnya hadir dihari pernikahannya, dan berikutnya mengalir kisah yang tak biasa. Tentang kedatangan tiga laki laki laki sekaligus, para mantan pacar masa muda Ibunya, yang semua merasa sebagai ayahnya.Nah lho??
Dengan pemandangan alam pantai dan laut yang indah, koreografi tarian yang apik, lagu lagu yang familiar di kuping membuat film ini segar dan tidak membosankan , 90 menit rasanya kurang!!
Saat gundah, sedih, bete datang dihati, film ini bisa jadi hiburan yang menyenangkan.Highly recommen..
Laskar Pelangi - The Movie
Banyak Film dibuat base on novel. Namun tidak semua bisa setia pada cerita aslinya. Film Ayat Ayat Cinta yang fenomenal pun melenceng dari bukunya, terutama di bagian menjelang ending, dan itu menurutku sangat disayangkan karena jadi Raam Punjabi bangeed-sebelas duabelas dengan mutu sinetron di layar gelas kita.
Walau tetap sih angkat topi-saluuut- buat Hanung Bramantyo dan team untuk kerja kerasnya mewujudakan novel itu ke layar lebar-dan laris!! itu kerja keras yang luarbiasa.
Kalo pembandingan Novel ps I love you dan filmnya, bagus novelnya. Jika Buku spiderwick dan filmnyanya, bagus filmnya. Untuk Laskar Pelangi, bisa dibilang seperti Harry Potter. Sama-sama bagus.
Menurutku tantangan terbesar mengangkat buku ini ke layar lebar adalah karena novelnya berisi monolog panjang yang cerdas dan memikat, yang memang menjadi daya tarik utama buku ini. Andrea Hirata pelit membangun dialog antar tokohnya, karena asyik bercerita tentang detail banyak hal. Sedang sebuah film butuh dialog antar tokoh agar tidak membosankan. Namun luar biasa-ditangan seorang Riri Reza-film Laskar Pelangi bisa begitu menarik. Its very touching you know. Mbrebes mili. Menguras airmata. Hiks. Baik buku dan Filmnya masing masing jadi punya daya tarik tersendiri.
Aku sempat tertegun saat datang ke Citos21, 45 menit sebelum film mulai dan ternyata sudah sold out. Beli tiket jam tayang berikutnya yang berarti musti tunggu 45 menit plus 120 menit membuat anak anak bete. Tapi gimana lagi? Itupun sudah dapat duduk, dua row dari depan! Wow..padahal ini hari pertama tayang di jaringan cinema21, kupikir belum banyak yang ngeh. Rupanya-seperti juga film Harry Potter-banyak orang sudah menunggu film itu dirilis. Akankah sebagus bukunya yang best seller?
Sepuluh orang anak local Belitong tiba tiba ngetop. Setelah melalui proses casting yang ketat, mereka mendadak jadi bintang utama film ini. Walau ada Sepuluh anak, cerita lebih focus pada tida anak utama : Ikal-yang merupakan personifikasi dari Andrea Hirata-himself, sang genius Lintang dan seniman cilik nyentrik Mahar
Pilihan produser yang pintar, karena sangat terlihat mereka memang pas untuk peran peran di buku itu . Tubuh yang ceking dan hitam khas anak kepulauan yang kaya akan hasil tambang, mungkin sulit ditemukan jika casting diadakan diantara anak anak yang biasa main film metropolitan sepeti “liburan seru” or even “petualangan sherina” atau “untuk Rena”. Sebagai actor dadakan perlu dipuji mereka bermain bagus. Begitu menjiwai.Seakan memang itulah kisah keseharian mereka.
Jika peran anak anak tidak mengandalkan artis cilik popular. Peran orang dewasa justru bertabur bintag. Cut Mini bermain hebat sebagai bu Muslimah, yang merupakan tokoh dewasa paling penting di kisah ini. Ikranegara sebagai kepala sekolah SD Muhamadiah Gantong yang nyaris rubuh, didampingi istrinya yang diperankan Jajang C. Noor. Mathias Muchus dan Dyah Pitaloka sebagai orangtua Ikal. Alex Komang, sebagai orangtua tunggal Lintang, Robby Tumewu sebagai babah pemilik toko sinar harapan. Slamet Rahadjo Djarot sebagai penilik sekolah. Tora Sudiro sebagai guru SD PN Timah. Juga Lukman Sardi sebagai Ikal dewasa yang cuma muncul diawal dan diakhir film.
Melihat dari pilihan pemaninnya saja, menunjukan film ini digarap serius . Masih ditambah pemanis OTS “Laskar Pelangi” yang dinyanyikan Ndiji, dengan beat yang Ndiji banged. Eh?Ndiji itu konon juga bahasa jepang dari pelangi, lho..
Bukunya lebih detail dari filmnya-for sure. Lebih menyentuh, lebih seru, lebih jenaka - Namun seorang Riri Reza mampu memvisualisasikan beberapa bagian dengan penuh kejutan yang mampu memancing komentar dan emosi dari barisan penonton. Mereka hanyut dan ikut berseru..aaah..uuuuh..tertawa getir dan meneteskan air mata haru ditengah gelap ruang bioskop. Membuat filmnya punya nilai plus juga dibandingkan bukunya.
Sedikit mengutip kritik yang kubaca di Kompas Riri Reza terlalu berusaha setia pada bukunya, sehingga ada beberapa adegan yang sebetulnya kurang nyambung, dibuangpun tak terlalu berpengaruh. Well, kayaknya Riri Reza berusaha setia mati mengadaptasi buku Andrea Hirata dan tak ingin penonton kecewa sedikitpun, dengan kerjakerasnya yang luarbiasa.
Apakah ini film anak anak? Walau ditulis semua umur, menurutku film ini lebih pas ditonton dewasa, remaja, dan anak anak diatas 10 tahun yang sudah bisa memahami pesan filosofis yang sarat dimuat dalam film ini.
Ini adalah cerita tentang pahit kemiskinan, yang butuh dientaskan dengan kesempatan pendidikan yang didukung idealisme tinggi. Tentang kaum marjinal yang nyaris terabaikan namun punya semangat mengejar pelangi. Bersama sebungkah mimpi, akan sepotong cita cita untuk kehidupan yang lebih baik.
Realistis. Touching. Inspiring…bahwa kesempatan mendapat pendidikan yang setinggi tingginya adalah cara mengentaskan bangsa kita tercinta ini dari rantai kemiskinan berkepanjangan. Well, ya itu sih mungkin Pe-eR untuk para pejabat negeri ini.
Sedang bagi kita, setidaknya film ini mengingatkan untuk selalu berucap syukur, Alhamdulillah- untuk pendidikan sampai jenjang diploma, sarjana, master, doctoral yang telah kita raih– juga mengugah kita untuk sedikit perduli akan nasib pendidikan anak bangsa sendiri. Karena di tangan mereka masa depan bangsa ini ditentukan...
Walau tetap sih angkat topi-saluuut- buat Hanung Bramantyo dan team untuk kerja kerasnya mewujudakan novel itu ke layar lebar-dan laris!! itu kerja keras yang luarbiasa.
Kalo pembandingan Novel ps I love you dan filmnya, bagus novelnya. Jika Buku spiderwick dan filmnyanya, bagus filmnya. Untuk Laskar Pelangi, bisa dibilang seperti Harry Potter. Sama-sama bagus.
Menurutku tantangan terbesar mengangkat buku ini ke layar lebar adalah karena novelnya berisi monolog panjang yang cerdas dan memikat, yang memang menjadi daya tarik utama buku ini. Andrea Hirata pelit membangun dialog antar tokohnya, karena asyik bercerita tentang detail banyak hal. Sedang sebuah film butuh dialog antar tokoh agar tidak membosankan. Namun luar biasa-ditangan seorang Riri Reza-film Laskar Pelangi bisa begitu menarik. Its very touching you know. Mbrebes mili. Menguras airmata. Hiks. Baik buku dan Filmnya masing masing jadi punya daya tarik tersendiri.
Aku sempat tertegun saat datang ke Citos21, 45 menit sebelum film mulai dan ternyata sudah sold out. Beli tiket jam tayang berikutnya yang berarti musti tunggu 45 menit plus 120 menit membuat anak anak bete. Tapi gimana lagi? Itupun sudah dapat duduk, dua row dari depan! Wow..padahal ini hari pertama tayang di jaringan cinema21, kupikir belum banyak yang ngeh. Rupanya-seperti juga film Harry Potter-banyak orang sudah menunggu film itu dirilis. Akankah sebagus bukunya yang best seller?
Sepuluh orang anak local Belitong tiba tiba ngetop. Setelah melalui proses casting yang ketat, mereka mendadak jadi bintang utama film ini. Walau ada Sepuluh anak, cerita lebih focus pada tida anak utama : Ikal-yang merupakan personifikasi dari Andrea Hirata-himself, sang genius Lintang dan seniman cilik nyentrik Mahar
Pilihan produser yang pintar, karena sangat terlihat mereka memang pas untuk peran peran di buku itu . Tubuh yang ceking dan hitam khas anak kepulauan yang kaya akan hasil tambang, mungkin sulit ditemukan jika casting diadakan diantara anak anak yang biasa main film metropolitan sepeti “liburan seru” or even “petualangan sherina” atau “untuk Rena”. Sebagai actor dadakan perlu dipuji mereka bermain bagus. Begitu menjiwai.Seakan memang itulah kisah keseharian mereka.
Jika peran anak anak tidak mengandalkan artis cilik popular. Peran orang dewasa justru bertabur bintag. Cut Mini bermain hebat sebagai bu Muslimah, yang merupakan tokoh dewasa paling penting di kisah ini. Ikranegara sebagai kepala sekolah SD Muhamadiah Gantong yang nyaris rubuh, didampingi istrinya yang diperankan Jajang C. Noor. Mathias Muchus dan Dyah Pitaloka sebagai orangtua Ikal. Alex Komang, sebagai orangtua tunggal Lintang, Robby Tumewu sebagai babah pemilik toko sinar harapan. Slamet Rahadjo Djarot sebagai penilik sekolah. Tora Sudiro sebagai guru SD PN Timah. Juga Lukman Sardi sebagai Ikal dewasa yang cuma muncul diawal dan diakhir film.
Melihat dari pilihan pemaninnya saja, menunjukan film ini digarap serius . Masih ditambah pemanis OTS “Laskar Pelangi” yang dinyanyikan Ndiji, dengan beat yang Ndiji banged. Eh?Ndiji itu konon juga bahasa jepang dari pelangi, lho..
Bukunya lebih detail dari filmnya-for sure. Lebih menyentuh, lebih seru, lebih jenaka - Namun seorang Riri Reza mampu memvisualisasikan beberapa bagian dengan penuh kejutan yang mampu memancing komentar dan emosi dari barisan penonton. Mereka hanyut dan ikut berseru..aaah..uuuuh..tertawa getir dan meneteskan air mata haru ditengah gelap ruang bioskop. Membuat filmnya punya nilai plus juga dibandingkan bukunya.
Sedikit mengutip kritik yang kubaca di Kompas Riri Reza terlalu berusaha setia pada bukunya, sehingga ada beberapa adegan yang sebetulnya kurang nyambung, dibuangpun tak terlalu berpengaruh. Well, kayaknya Riri Reza berusaha setia mati mengadaptasi buku Andrea Hirata dan tak ingin penonton kecewa sedikitpun, dengan kerjakerasnya yang luarbiasa.
Apakah ini film anak anak? Walau ditulis semua umur, menurutku film ini lebih pas ditonton dewasa, remaja, dan anak anak diatas 10 tahun yang sudah bisa memahami pesan filosofis yang sarat dimuat dalam film ini.
Ini adalah cerita tentang pahit kemiskinan, yang butuh dientaskan dengan kesempatan pendidikan yang didukung idealisme tinggi. Tentang kaum marjinal yang nyaris terabaikan namun punya semangat mengejar pelangi. Bersama sebungkah mimpi, akan sepotong cita cita untuk kehidupan yang lebih baik.
Realistis. Touching. Inspiring…bahwa kesempatan mendapat pendidikan yang setinggi tingginya adalah cara mengentaskan bangsa kita tercinta ini dari rantai kemiskinan berkepanjangan. Well, ya itu sih mungkin Pe-eR untuk para pejabat negeri ini.
Sedang bagi kita, setidaknya film ini mengingatkan untuk selalu berucap syukur, Alhamdulillah- untuk pendidikan sampai jenjang diploma, sarjana, master, doctoral yang telah kita raih– juga mengugah kita untuk sedikit perduli akan nasib pendidikan anak bangsa sendiri. Karena di tangan mereka masa depan bangsa ini ditentukan...
Ps I love You – The Novel
Udah lama beli novel ini, tapi tergeletak begitu saja di sudut kamarku. Sampai suatu hari aku tergerak membacanya, dan tidak bisa berhenti sebelum lembar terakhir, dengan berurai airmata nyaris dua ember. Hiiih. Sedih betul!!
Novel ini bercerita dengan sangat realistis, kesedihan Holly- seorang janda muda, yang pada usia tigapuluh tahun merasa begitu terpuruk, tidak punya suami, tidak punya anak, tidak punya pekerjaan, dan tidak punya tabungan. Merasa tidak punya apapun yang membuatnya bahagia. Tengelam dalam duka panjang. Berkubang bersama hujan airmata..
Suatu kejutan yang manis, bahwa ternyata sang suami –Gerry-meninggalkan sepuluh pesan yang ditulis sebelum derita tumor otak merengut nyawanya. Pesan pesan sederhana yang secara luarbiasa mampu mengembalikan semangat hidupnya, walau masih saja sering terselip sedih dihati akan kehilangan sang suami.
Ini bukan kisah tentang perempuan luarbiasa yang tangguh menghadapi kematian orang tercintanya. Bukan tentang perempuan religius yang lantas dekat dengan Tuhan untuk meminta pertolongan . Bukan tentang wonderwoman yang bisa menghandle semua masalah sendirian.
Ini kisah tetang perempuan biasa yang butuh sahabat sahabatnya yang gila untuk pergi berlibur, mabuk dan hangout ke pub untuk melupakan kesedihan. Tentang perempuan pada umumnya yang butuh dukungan keluarga untuk melewati masa masa sulit hidupnya.
Sepuluh pesan mendiang sang suami, yang dibuka dalam sepuluh bulan kedepan setelah kematiannya, adalah sebuah penghiburan bagi Holly. Surat singkat yang selalu diakhiri dengan pesan ps.I love you seakan jadi lentera, sebuah panduan mengisi hidup berikutnya. Mengembalikan warna hari-harinya.
Bagian paling menyedihkan adalah saat Holly-membaca surat yang menyuruhnya menemui Barbara disebuah travel agent. Si Barbara dengan berlinang airmata menceritakan bagaimana Gerry yang sudah sakit keras masih bersusah payah datang ke travel agent tersebut, untuk membelikan paket liburan untuk istri dan sahabat sahabatnya, karena Gerry tau, Holly membutuhkan liburan itu untuk menepis kesedihan akan kematiannya. Wow, saat bacanya terasa mengharu biru. Mberebes mili tiada henti you know..
Menguras emosi-pastinya. Banjir airmata-tentunya. Namun buku ini juga banyak bercerita tentang serunya persahabatan, hangatnya keluarga besar, Indahnya kenangan, dan pentingnya harapan untuk menciptakan kenangan kenangan baru dimasa yang akan datang. Dan utamanya tentang betapa powerfullnya sebaris pesan pendek, ps I love you…
Buku ini memang sudah difilmkan, aku juga sudah lihat. Tapi please deh, beda banged!! So? Aku sangat merekomendasikan bukunya, namun tidak filmnya.
Novel ini bercerita dengan sangat realistis, kesedihan Holly- seorang janda muda, yang pada usia tigapuluh tahun merasa begitu terpuruk, tidak punya suami, tidak punya anak, tidak punya pekerjaan, dan tidak punya tabungan. Merasa tidak punya apapun yang membuatnya bahagia. Tengelam dalam duka panjang. Berkubang bersama hujan airmata..
Suatu kejutan yang manis, bahwa ternyata sang suami –Gerry-meninggalkan sepuluh pesan yang ditulis sebelum derita tumor otak merengut nyawanya. Pesan pesan sederhana yang secara luarbiasa mampu mengembalikan semangat hidupnya, walau masih saja sering terselip sedih dihati akan kehilangan sang suami.
Ini bukan kisah tentang perempuan luarbiasa yang tangguh menghadapi kematian orang tercintanya. Bukan tentang perempuan religius yang lantas dekat dengan Tuhan untuk meminta pertolongan . Bukan tentang wonderwoman yang bisa menghandle semua masalah sendirian.
Ini kisah tetang perempuan biasa yang butuh sahabat sahabatnya yang gila untuk pergi berlibur, mabuk dan hangout ke pub untuk melupakan kesedihan. Tentang perempuan pada umumnya yang butuh dukungan keluarga untuk melewati masa masa sulit hidupnya.
Sepuluh pesan mendiang sang suami, yang dibuka dalam sepuluh bulan kedepan setelah kematiannya, adalah sebuah penghiburan bagi Holly. Surat singkat yang selalu diakhiri dengan pesan ps.I love you seakan jadi lentera, sebuah panduan mengisi hidup berikutnya. Mengembalikan warna hari-harinya.
Bagian paling menyedihkan adalah saat Holly-membaca surat yang menyuruhnya menemui Barbara disebuah travel agent. Si Barbara dengan berlinang airmata menceritakan bagaimana Gerry yang sudah sakit keras masih bersusah payah datang ke travel agent tersebut, untuk membelikan paket liburan untuk istri dan sahabat sahabatnya, karena Gerry tau, Holly membutuhkan liburan itu untuk menepis kesedihan akan kematiannya. Wow, saat bacanya terasa mengharu biru. Mberebes mili tiada henti you know..
Menguras emosi-pastinya. Banjir airmata-tentunya. Namun buku ini juga banyak bercerita tentang serunya persahabatan, hangatnya keluarga besar, Indahnya kenangan, dan pentingnya harapan untuk menciptakan kenangan kenangan baru dimasa yang akan datang. Dan utamanya tentang betapa powerfullnya sebaris pesan pendek, ps I love you…
Buku ini memang sudah difilmkan, aku juga sudah lihat. Tapi please deh, beda banged!! So? Aku sangat merekomendasikan bukunya, namun tidak filmnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)