Aku dan kakakku tidaklah dekat. Sejak dulu seperti itu. Sejak kecil begitu. Namun saat saat begini, aku butuh kakak perempuanku untuk berbagi concern.
Menangiskah dia ? Tidak!! Kakakku itu memang mewarisi ketegaran Bapak. Membuatku tak habis pikir. Mengapa aku masih jua menangis?
Aku melihat Bapak sabar. Mamah tawakal. Sesuatu yang tidak terbayangkan olehku sebelumnya. Well, bertambah lanjutnya usia mereka. Membuat orang tuaku semakin sabar dan tawakal. So? Mengapa aku masih juga menangis?
Kakakku religious. Rasanya paling religious diantara kita berempat. Jadi aku bertanya, ingin mendengar pendapatnya. Dia sharing beberapa hal. Beberapa hal yang cukup mengejutkanku. Walau kakakku sangat religious. Dia mendukung keputusan akhir Bapak kami. Uhm, aku maklum. Aku mengerti. Kakakku memang anak kesayangan beliau. Jadi? kenapa aku masih juga menangis?
Entah mengapa. Entah kenapa. Selain adikku yang jadi lakon utama drama kehidupan kali ini- aku juga jadi sering menangis. Aku menangis di telp. Aku menangis di kamar. Aku menangis saat menyetir....Ugh!! Mengapa airmata ini tak jua kering?
“aku terbang ke
“kapan?” tanyaku. Semakin cepat semakin baik, pikirku
“ya nanti aku atur anak anak supaya bisa ditinggal dulu. Aku sekalian mau nengok si Ayuk..” Uhm punya empat anak memang sangat menyibukkan kakakku itu.
Aku senang kalo kamu datang , Mbak. Aku senang andai aku bisa belajar. Tentang sabar, tabah, ikhlas dan tawakal. Aku ingin bisa berhenti menangis. Aku ingin bisa berhenti menyesali. Untuk apapun yang telah terjadi.
Aku tau aku sadar. Aku bukan model yang patut diteladani. Aku sangat emosional. Untuk urusan begini aku kurang rasional. Padahal adikku butuh panutan yang ideal. Tentang sabar, tabah, ikhlas dan tawakal. Well, kami bersyukur kami beruntung ..kami masih punya seorang kakak yang patut jadi teladan..
Jadi? kapan datang Mbak? ..miss you already…
No comments:
Post a Comment