Aku tinggal di kompleks pensiunan. Sebagian besar penghuni disini sebaya orangtuaku. Ada yang sudah menduda banyak juga yang menjanda. Benar aku masih ikut arisan dan pengajian di komplek. Tapi ya cuma itu. Aku jarang kongkow dan ngobrol dengan para tetangga. Beda umur yang terlalu jauh membuatku merasa tidak nyambung ngobrol sama mereka. Menurutku mereka membosankan!!
Sampai pada suatu hari.Rumah sepi karena anak-anak di sekolah. Pagi itu aku sedang sibuk depan computer bikin tugas kuliah . Seorang ibu tetangga datang. Perempuan tua yang kutaksir seumuran dengan Mamahku. Beliau sudah janda. Kami ngobrol di ruang tamu rumahku yang munggil.
Ibu itu datang untuk mengkoordinasi pembuatan tumpeng tujuhbelasan. Aku bilang aku nggak bisa banyak membantu. Aku nggak bisa masak. Beliau maklum. Aku diminta berpartisipasi biaya saja. Aku mengambil dompet lalu mengisi form yang tersedia. Kupikir cuma itu. Kupikir aku bisa segera kembali ke komputerku yang masih menyala.Ugh! Aku ingat tugasku masih banyak yang belum kelar euy..
Tapi Ibu itu masih saja ngobrol. Bercerita tentang anaknya. Cucu-cucunya. Kegiatannya bersama para maula. Keluhan penyakitnya. Bosan banget deh . Awalnya aku merasa terganggu. Duh ?! Aku masih punya tugas kuliah yang harus segera kelar. Komputerku masih menyala !! Namun sepintas bayang Mamahku melintas.
Hm, Aku lalu paham, Ibu ini pasti kesepian nggak punya temen ngobrol. Aku yang saat itu dirumah sendiri tanpa direpotkan anak-anak dan punya dua pembantu, menurutnya pasti punya banyak waktu diajak ngobrol. Terselip rasa bersalah.
Aku betah ngobrol dengan teman-teman sebaya. Tentang apa saja. Berbagi cerita. Sharing Joke. Diskusi dan debat. Kenapa untuk ngobrol dengan seorang perempuan tua, seorang nenek tetanga satu blok, aku keberatan? Ugh!! aku merasa malu pada diriku sendiri.
Aku merubah sikap. Aku melupakan tugasku yang belum kelar. Bodo amat!! Dalam satu setengah jam kedepan, aku berusaha menyimak baik-baik. Aku antusias mendengarkan ceritanya. Aku ikut berkomentar ringan soal cucunya. Soal kegiatan manulanya. Sungguh mati ini memang bukan topik obrolan yang menarik. Tapi aku berusaha bersikap manis. Aku ingat Mamah.
Aku bisa mengerti perempuan-perempuan tua seperti Mamah dan tetanggaku itu, pasti membutuhkan teman ngobrol untuk mengisi hari tua mereka yang sepi. Seorang lain yang mau mendengarkan cerita mereka. Betapapun membosankan cerita itu. Ugh !! aku jadi kangen ngobrol sama Mamahku.
Aku berusaha membayangkan hari tuaku sendiri. Jika anak-anak sudah mentas dan hidup terpisah. Aku berharap bisa punya tetangga, seorang ibu muda yang energik, yang masih mau menemaniku ngobrol.
No comments:
Post a Comment