Kapankah hari aku paling bahagia ? Hari ini. Sebelas tahun silam.
Itu hari aku paling bahagia. Itu hari aku menjadi seorang Ibu.
Berlebihankah? Rasanya tidak.
Sebab aku menanti setahun penuh untuk bisa hamil. Aku melewati 3 bulan pertama dengan muntah-muntah hebat. Aku menjalani 3 bulan berikutnya hidup jauh dari keluarga. Aku menghabiskan 3 bulan terakhir dengan harap-harap cemas. Seperti apa bayiku ? Sehatkah ? Laki-laki atau perempuankah ? Mampukah aku jadi seorang Ibu ?
Makanya saat sebelas tahun silam di ruang operasi RSPI dokter anak menunjukan bayi mungil berhidung mancung itu padaku. Aku menangis haru. Bahagia. Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya aku dipercaya menjadi seorang Ibu.
Walau bulan-bulan pertama dilewati dengan stress mengurus bayi kecil yang rewel dan sering sakit- tanpa babysitter- tapi semua terbayar lunas dengan banyak senyum, tawa, peluk cium dan celoteh Iqbal kecil yang mengharukan
Iqbal sayang Bunda soalnya Bunda sayang Iqbal
Iqbal nggak mau Ibu lain. Iqbal cuma mau Bunda yang ini
Iqbal takut Bunda pergi dan tidak kembali
Iqbal maunya bobo sama Bunda
Iqbal maunya sama Bundaaaaaaaaa !!
Wow, bahagia rasanya menjadi orang yang disayangi :-)
Bunda jangan mati. Nggak boleh mati !!
Bunda di fotocopy aja, yang asli nemenin Iqbal, yang fotocopy ke kantor.
Bunda dicloning aja, supaya Iqbal bisa sama Bunda terus
Bunda cantik….kerja cari uang yang banyak ya (Ugh, Gubrak !!)
Itu namanya kue “Hatiku cinta Bunda” (sambil menunjuk kue lebaran berbentuk hati)
Hm. senang rasanya menjadi orang yang dibutuhkan :-)
Itu dulu. Sekarang lain. Diusianya yang 11 tahun dia memang sedikit bicara. Kini, kalo dia meng-sms dari sekolah "Bun jemput jam 4"
Aku membacanya sebagai "Bun, I still need you"
Kalo aku mau ke supermarket dan dia bilang "Bun, beli soup cream ya"
Aku mendengarnya sebagai "Iqbal ngerti kok Bunda nggak bisa masak"
Kalo menjelang bobo dan dia minta "Peluk dong Bun"
Aku menerimanya sebagai "Iqbal senang dipeluk Bunda, asal jangan didepan teman-teman main bolaku, malu kan udah gede" …Waduh ?!
Kalo dia sakit demam, dan dia memohon "Bunda jangan ke kantor, please" Aku tidak pernah bisa menolak kata "please" yang terucap.
Aku lalu menelphon ke kantor dan bilang. "Sorry, aku nggak masuk"
Kalo aku mengomel dan dia protes "Ih, Bunda cerewet!!"
Aku menganggapnya sebagai… well, Iqbal mengenal Bunda dengan baik. Bunda memang cerewet :-)
Honestly, Iqbal adalah alasan mengapa aku survive dalam pasang surutnya kehidupan hingga kini, karena hari kelahirannya, adalah hari dimana aku paling bahagia. Hari dimana hidupku berikutnya jadi lebih berarti.
No comments:
Post a Comment