"wah jebule nganggo jilbab iku hukume wajib lho..." begitu yang aku bilang pada mbak Ary dan Dian saat kami berkumpul dirumah untuk liburan semester. Dian masih di SMA.
Aku lalu sharing apa yang aku dapatkan dari kuliah agamaku di IPB. Saat itu kuliah agama di IPB memang begitu powerful membuka hati banyak perempuan untuk berjilbab.
Bagaimana dengan mbak Ary, Aku dan Dian?
Saat itu mbak Ary cukup keras membantah. Dia tidak sependapat. Aku maklum.Aku bisa mengerti.Ketika kuliah di Hukum Undip Semarang, mbak Ary memang punya beberapa sahabat yang beda agama. Berjilbab adalah suatu hal yang jauh dari pikiran.
Tapi aku juga maklum. Bisa mengerti. Saat wisuda mbak Ary memutuskan berjilbab. Ketika itu dia sudah punya calon suami, cowo palembang super religius, anak FT Undip yang dikenalnya saat KKN.
Mereka menikah beberapa bulan kemudian.Mbak Ary menikah memakai baju pengantin berjilbab.Sampai kini dia berjilbab mengikuti aturan yang benar.Jilbab panjang dan gamis yang longgar.
And then, bagaimana dengan Aku dan Dian?
Pada awalnya Dian yang modis memang allergy dengan perempuan berjilbab.Kuno.Gak modis,dan nggak menarik. Namun sejalan dengan pasang surut kehidupan, Dian memutuskan berjilbab setelah beberapa tahun menikah. Dia berjilbab namun tetap modis.
Hm,sekarang tinggal,bagaimana dengan Aku ?
Well ini pertanyaan yang sulit dijawab. Walau aku yang pertama sharing bahwa berjilbab itu wajib hukumnya.Justru aku sendiri yang belum melaksanakan.Bukan berarti Ayah tidak meng-encourage tapi aku sendiri belum merasa siap.
Aku ingat teman-teman perempuan di kantorku yang selalu modis, glamour dan concern akan penampilan.Aku ingat teman-teman perempuanku yang merokok dan tertawa keras saat hangout bareng.Aku bagian dari mereka.Aku seperti mereka.
Entah kapan aku siap untuk berjilbab.
Epilog-another Sharing about “Jilbab” with sister
Saat itu aku punya tetangga anak ipb juga. 6 tahun lebih tua dariku. Kak Uji sulung. Dia juga yang pertama sharing ke kak Iza yang kuliah di UI bahwa berjilbab itu wajib . Aku memang suka ngobrol dengan mereka. Aku kenal baik karena kedua perempuan itu adalah kakak dari temanku Rasyidi.
Sekarang,kondisi mereka sama seperti kami bersaudara. Kak Iza sudah berjilbab sejak masih di UI, sedang kak Uji - sama seperti aku, yang anak ipb, yang pertama sharing bahwa berjilbab itu wajib hukumnya- justru belum melaksanakannya.
Hm, aku yakin-sama seperti aku- kak Uji punya alasan pribadi untuk itu.
8 comments:
Post a Comment