Hanya satu jalan keluar masuk di komp ini. Sebuah gerbang diujung jembatan.Hampir setiap hari aku melewatinya. Jika ada bendera kuning dipasang di gerbang, aku selalu berhenti di pos penjaga kompleks. Bertanya perduli “ Siapa yang meninggal ?”
Saat itu, dua tahun lalu, mereka bilang “Bang Rasyidi “. Mereka menyebut nama tetanggaku. Teman mainku disaat kecil. Kami ngaji bareng, teraweh bareng, ikut lomba tujuhbelasan bareng. Pergi sekolah bareng. Kami bersekolah di SMP yang sama. Aku shock!! Nyaris tak percaya.
Walau rumahku terlerak di blok paling selatan. Aku segera membelokan mobil ke blok paling utara. Melayat ke rumah Rasyidi Firdaus. Didi-begitu aku biasa memanggilnya -meninggal mendadak tadi sore. Dia hanya mengeluh kram didada ketika masih di kantor. Saat dibawa ke rumah sakit. Jiwanya tak tertolong lagi. Sejak anak-anak Didi memang cenderung obesitas. Dia Meninggal diusia 34 tahun. Meninggalkan 3 anak, seorang balita dan 2 bayi kembar.
Istri Didi begitu tabah. Demikianpula dua kakaknya yang perempuan.Mereka tidak menangis. Justru aku yang tak kuasa menahan tangis. Almarhum meningal muda. Anak-anaknya masih kecil. Aku masih saja menangis. Mungkin satu-satunya yang menangis. Sedikit malu memang. Tapi gimana lagi ? aku bener-bener sedih. Banget!!
Aku sudah pernah melayat ke banyak tempat. Aku melihat kematian terjadi disegala usia. Tapi kesedihan yang terbesar untukku, adalah jika almarhum/almarhumah meninggal diusia produktif. meninggalkan anak-anak yang belum mandiri. Anak-anak yang masih butuh bimbingan panjang ke depan.
Melayat teman yang kehilangan anaknya juga mengoreskan kesedihan yang dalam. Kematian anak adalah hal yang berat dilakoni. Kebersamaan yang indah teregut tiba-tiba. Buah hati tercinta harus direlakan, pergi selamanya. Membayangkannya saja aku tak sanggup!!
Aku memang selalu menyempatkan diri melayat, jika ada kabar duka kudengar. Bukan sekedar menyampaikan bela sungkawa kepada yang ditinggalkan. Tetapi yang terpenting adalah ini moment yang berharga bagiku untuk belajar. Tentang keiklhlasan dalam menerima kematian.
Juga membuatku menyadari betapa sedikitnya amal ibadahku, betapa banyak dosa-dosaku. Betapa tak terduga waktu yang kumiliki untuk bertaubat. Berpikir tentang mati, membuat aku berusaha memperbaiki diri, selagi masih ada kesempatan. Sebelum malaikat maut datang menjemput. Entah kapan.Kematian adalah Rahasia Allah yang besar.
Aku sering menengok bayi teman , tetangga atau kerabat yang baru lahir.
Untuk mengingatkanku, akan datangnya kehidupan baru, yang patut disyukuri.
Aku juga menyempatkan diri melayat teman, tetangga, kerabat, kenalan yang meninggal,
untuk mengingatkanku…..tentang mati.
No comments:
Post a Comment