Thursday, February 05, 2009

Mereka Bilang Saya Sakit

Mereka bilang saya sakit-bikin judul ini terinspirasi dari judul buku kumpulan cerpen Djenar Mahesa Ayu “Mereka bilang saya Monyet”. Itu lho yang mereka bilang, bukan saya.

“Lu keliatan baek..tetep antusias..exciting…ketawa ketawa aja”, begitu kata Acid satu kesempatan saat kita makan siang bareng. Oh ya betul!!..I’m fine thank you. Yang bilang aku sakit kan mereka, bukan saya.

Nah trus siapa yang bilang saya sakit? Dokumen dokumen hasil lab yang gue jalanin sejak awal Desember lalu, membuat para dokter itu, specialis hemologi, Obgyn, mendiagnosa aku anemia akut. What the animal on earth is that? Wikipedia bilang Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.

Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

"Dengan HB Cuma 7.4 dan tensi 90/70 umumnya pasien sudah pingsan" kata obgynku dengan prihatin. Ah ya, beliau sudah seperti paman buatku, sudah 15 tahun aku jadi pasien tetap Obgyn sepuh yang sabar itu.” Udah deh, sekarang dirumah aja. Jangan nyetir sendiri kemana mana” titah beliau.

What?? Gue disuruh ngerem dirumah? Wah?? bisa netes berapa telor? Awalnya memang aku turuti, tapi lama lama senewen sendiri. Lha wong aku merasa baik aja. Fine aja. I’m Alive. Mana betah kalo disuruh ngeremin telor dirumah. Delegasikan aja ma ayam tetangga.

Dokter Hemologi ku bilang, “Kamu hati hati ya..kalo kamu ngga berasa apa apa.. artinya tubuhmu sudah adaptasi.. kondisi ini pasti sudah berjalan bertahun tahun tanpa disadari. Tapi kamu tetap harus hari-hati” Aku tercekat. Frustasi. Aku merasa baik saja, tapi mereka bilang saya sakit. Tak tau lagi harus percaya siapa. Alarm tubuhku seakan tak bekerja. Aku merasa baik saja kok.

“Saya baik aja, dok. Kalo memang bertahun tahun saya bisa hidup begini. Ya sudah, biarkan saja berjalan apa adanya gimana?” sahutku malas. Bolak balik antri ke dokter. Mondar mandir ambil darah.Lu pikir enak?! Dokter perempuan ahli kangker darah itu menggeleng tegas. “Not that simple. Kasian Jantungmu harus bekerja keras. Belum lagi organ tubuh yang lain, bisa rusak kalo kekurangan oksigen” Waduh?!! That’s sound serious. Even for not so serious person like me

“ Bibir putih, kelopak mata bawah putih, ujung jari tangan putih, tanpa test darahpun sudah terlihat kamu anemia”. Aku cuma menghela nafas panjang, mengamini Memang. Tanpa berbedak dan lipstick, aku sebelas duabelas dengan zombie bangun dari kuburan.

So today, walau mendung mengantung diudara, langit gelap gulita. I put same makeup to refresh me. Bersiap pergi ke dokter. Kalo selama ini aku ke RSPI, kali ini aku berniat ke RSIBintaro for second opini. Berbekal segepok hasil test laboratoriumku sejak Desember lalu, ingin kuminta pendapat dokter hemologi lain. Sebab aku merasa baik saja, tapi mereka bilang saya sakit. Just wish the best for me.

Wednesday, October 15, 2008

Sepotong Kebahagiaan , Sebuah Reuni..

Pernah, kutanya pada Erfan “apa iya orang yang senang pergi reuni, adalah orang yang lebih bahagia di masa lalunya dibanding kehidupannya kini?”

Erfan tertawa enteng. “ Yo ora nuuu..sing betul..orang yang datang reuni adalah orang yang bahagia dengan masa lalunya dan bahagia dengan dengan kehidupannya kini”

Diskusi soal reuni, ketemu lagi dengan teman teman lama. Hangout bareng, kongkow kongkow, mengobrol panjang dengan teman teman jaman kuliah kami dulu, memang tidak bisa dipisahkan dengan sosok seorang Erfan. Aku dan Erfan kuliah bareng tapi nyaris nggak kenal each others. Setelah lulus justru kami dekat karena kami punya hobby yang sama. Senang datang reuni.

Aku nyengir mendengar jawaban Erfan. Dia emang diplomatis. Optimis. Namun kutahu pasti bahagia meang bukan milik komunitas, bahagia sangat pribadi sifatnya. Person to person is different.

Aku melamun.Menerawang panjang, mencari jawab mengapa aku senang datang reuni? Sedang kutau tak semua orang merasa begitu. Datang reuni butuh effort, perlu menyisihkan waktu, mengorbankan kebersamaan dengan keluarga. Apakah hasil yang didapat sebanding?? Adakah sedikit margin keuntungan yang didapat?

Lha kalo semua pake itungan matematis. Pendekatan Profit dan Loss tentu saja jatuhnya loss. Rugi, Buang buang waktu. Sayang tenaga. Emang nggak ada kerjaan lain yang lebih penting? Tapi hey? Reuni memang tidak akan pernah align dengan kenyataan bahwa kita adalah orang dewasa dengan seabreg tugas dan segunung kewajibab yang diberikan kehidupan.

Menurutku pergi reuni memang harus dimaknai dengan hati. Bagiku, reuni itu seperti katup pengaman. yang menjaga kita tidak meledak ditengah tekanan berat keseharian . yang member sedikit variasi pada rutinitas harian yang monoton. Agar tidak jatuh bosan dot com. Karena saat reuni kita bisa tertawa bersama teman teman lama, mengenang bersama masa muda yang penuh warna. Melupakan sejenak-sebentar-sekejap- kehidupan dewasa kini yang pastinya lebih challanging, stressfull, hard and tough dibanding masa muda dulu.

Mungkin sebagian Anda mencibir, Ah, itu kan karena kamu punya masa muda yang luarbiasa, dan kamu rindu untuk kembali. Well, tidak juga. Hidupku kini juga luarbiasa kok, dan aku tidak rindu untuk kembali pada kehidupan lalu. Hidup terus berjalan dan semua ada pada masanya bukan?

Betul, aku bahagia akan masa mudaku dulu, dan seperti kata Erfan didepan, aku juga bahagia akan kehidupanku kini. Karena disini, didalam ingatan aku menyimpan manis kenangan akan masa mudaku, dan disini didalam hati aku menyimpan kehangatan persahabatan dengan teman teman lamaku. Semua itu kudapat karena aku rajin datang reuni. Semua itu membantu ku melewati hujan badai, pasang surut, panas getir jalan hidupku. Aku tidak pernah merasa sendiri. Aku selalu bersyukur untuk itu. Dan aku merasa bahagia saat aku masih mampu mengucap syukur, Alhamdulillah.

Thursday, October 09, 2008

Mamma-Mia -The Movie

Melihat extra dari film Mamma-Mia! di HBO bikin aku ngebet. Pengin Nonton. Berhubung film ini bukan konsumsi anak anak, aku jadi merayu adikku untuk menemani pergi menonton. Memberiku pengalaman perdana menonton di Bliz Megaplex – Grand Indonesia. Aku berasa sedikit ndeso memang

Satu opini: sangat Menghibur. Dengan rentang usia 4 tahun dengan adik bungsuku itu, kami sangat familiar dengan lagu lagu ABBA yang popular saat kami muda. Ini memang film musical, minim dialog, alur cerita dibangun base on lirik lagu lagu yang dinyanyikan sepanjang film.

Kisah tentang seorang gadis yang senang bersenandung akan
I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail

Tentang manis kisah cinta jaman dulu yang didendangkan
I can still recall our last summer
I still see it all
Walks along the Seine, laughing in the rain
Our last summer
Memories that remain

Soal betapa getir mengakui bahwa kita pecundang melalui lagu
I don't wanna talk
About things we've gone through
Though it's hurting me
Now it's history
The winner takes it all
The loser's standing small

Semua lagu terasa begitu pas terpintal rapi membangun jalinan cerita, tentang seorang gadis yang ingin ayahnya hadir dihari pernikahannya, dan berikutnya mengalir kisah yang tak biasa. Tentang kedatangan tiga laki laki laki sekaligus, para mantan pacar masa muda Ibunya, yang semua merasa sebagai ayahnya.Nah lho??

Dengan pemandangan alam pantai dan laut yang indah, koreografi tarian yang apik, lagu lagu yang familiar di kuping membuat film ini segar dan tidak membosankan , 90 menit rasanya kurang!!

Saat gundah, sedih, bete datang dihati, film ini bisa jadi hiburan yang menyenangkan.Highly recommen..

Laskar Pelangi - The Movie

Banyak Film dibuat base on novel. Namun tidak semua bisa setia pada cerita aslinya. Film Ayat Ayat Cinta yang fenomenal pun melenceng dari bukunya, terutama di bagian menjelang ending, dan itu menurutku sangat disayangkan karena jadi Raam Punjabi bangeed-sebelas duabelas dengan mutu sinetron di layar gelas kita.

Walau tetap sih angkat topi-saluuut- buat Hanung Bramantyo dan team untuk kerja kerasnya mewujudakan novel itu ke layar lebar-dan laris!! itu kerja keras yang luarbiasa.

Kalo pembandingan Novel ps I love you dan filmnya, bagus novelnya. Jika Buku spiderwick dan filmnyanya, bagus filmnya. Untuk Laskar Pelangi, bisa dibilang seperti Harry Potter. Sama-sama bagus.

Menurutku tantangan terbesar mengangkat buku ini ke layar lebar adalah karena novelnya berisi monolog panjang yang cerdas dan memikat, yang memang menjadi daya tarik utama buku ini. Andrea Hirata pelit membangun dialog antar tokohnya, karena asyik bercerita tentang detail banyak hal. Sedang sebuah film butuh dialog antar tokoh agar tidak membosankan. Namun luar biasa-ditangan seorang Riri Reza-film Laskar Pelangi bisa begitu menarik. Its very touching you know. Mbrebes mili. Menguras airmata. Hiks. Baik buku dan Filmnya masing masing jadi punya daya tarik tersendiri.

Aku sempat tertegun saat datang ke Citos21, 45 menit sebelum film mulai dan ternyata sudah sold out. Beli tiket jam tayang berikutnya yang berarti musti tunggu 45 menit plus 120 menit membuat anak anak bete. Tapi gimana lagi? Itupun sudah dapat duduk, dua row dari depan! Wow..padahal ini hari pertama tayang di jaringan cinema21, kupikir belum banyak yang ngeh. Rupanya-seperti juga film Harry Potter-banyak orang sudah menunggu film itu dirilis. Akankah sebagus bukunya yang best seller?

Sepuluh orang anak local Belitong tiba tiba ngetop. Setelah melalui proses casting yang ketat, mereka mendadak jadi bintang utama film ini. Walau ada Sepuluh anak, cerita lebih focus pada tida anak utama : Ikal-yang merupakan personifikasi dari Andrea Hirata-himself, sang genius Lintang dan seniman cilik nyentrik Mahar

Pilihan produser yang pintar, karena sangat terlihat mereka memang pas untuk peran peran di buku itu . Tubuh yang ceking dan hitam khas anak kepulauan yang kaya akan hasil tambang, mungkin sulit ditemukan jika casting diadakan diantara anak anak yang biasa main film metropolitan sepeti “liburan seru” or even “petualangan sherina” atau “untuk Rena”. Sebagai actor dadakan perlu dipuji mereka bermain bagus. Begitu menjiwai.Seakan memang itulah kisah keseharian mereka.

Jika peran anak anak tidak mengandalkan artis cilik popular. Peran orang dewasa justru bertabur bintag. Cut Mini bermain hebat sebagai bu Muslimah, yang merupakan tokoh dewasa paling penting di kisah ini. Ikranegara sebagai kepala sekolah SD Muhamadiah Gantong yang nyaris rubuh, didampingi istrinya yang diperankan Jajang C. Noor. Mathias Muchus dan Dyah Pitaloka sebagai orangtua Ikal. Alex Komang, sebagai orangtua tunggal Lintang, Robby Tumewu sebagai babah pemilik toko sinar harapan. Slamet Rahadjo Djarot sebagai penilik sekolah. Tora Sudiro sebagai guru SD PN Timah. Juga Lukman Sardi sebagai Ikal dewasa yang cuma muncul diawal dan diakhir film.

Melihat dari pilihan pemaninnya saja, menunjukan film ini digarap serius . Masih ditambah pemanis OTS “Laskar Pelangi” yang dinyanyikan Ndiji, dengan beat yang Ndiji banged. Eh?Ndiji itu konon juga bahasa jepang dari pelangi, lho..

Bukunya lebih detail dari filmnya-for sure. Lebih menyentuh, lebih seru, lebih jenaka - Namun seorang Riri Reza mampu memvisualisasikan beberapa bagian dengan penuh kejutan yang mampu memancing komentar dan emosi dari barisan penonton. Mereka hanyut dan ikut berseru..aaah..uuuuh..tertawa getir dan meneteskan air mata haru ditengah gelap ruang bioskop. Membuat filmnya punya nilai plus juga dibandingkan bukunya.

Sedikit mengutip kritik yang kubaca di Kompas Riri Reza terlalu berusaha setia pada bukunya, sehingga ada beberapa adegan yang sebetulnya kurang nyambung, dibuangpun tak terlalu berpengaruh. Well, kayaknya Riri Reza berusaha setia mati mengadaptasi buku Andrea Hirata dan tak ingin penonton kecewa sedikitpun, dengan kerjakerasnya yang luarbiasa.

Apakah ini film anak anak? Walau ditulis semua umur, menurutku film ini lebih pas ditonton dewasa, remaja, dan anak anak diatas 10 tahun yang sudah bisa memahami pesan filosofis yang sarat dimuat dalam film ini.

Ini adalah cerita tentang pahit kemiskinan, yang butuh dientaskan dengan kesempatan pendidikan yang didukung idealisme tinggi. Tentang kaum marjinal yang nyaris terabaikan namun punya semangat mengejar pelangi. Bersama sebungkah mimpi, akan sepotong cita cita untuk kehidupan yang lebih baik.

Realistis. Touching. Inspiring…bahwa kesempatan mendapat pendidikan yang setinggi tingginya adalah cara mengentaskan bangsa kita tercinta ini dari rantai kemiskinan berkepanjangan. Well, ya itu sih mungkin Pe-eR untuk para pejabat negeri ini.

Sedang bagi kita, setidaknya film ini mengingatkan untuk selalu berucap syukur, Alhamdulillah- untuk pendidikan sampai jenjang diploma, sarjana, master, doctoral yang telah kita raih– juga mengugah kita untuk sedikit perduli akan nasib pendidikan anak bangsa sendiri. Karena di tangan mereka masa depan bangsa ini ditentukan...

Ps I love You – The Novel

Udah lama beli novel ini, tapi tergeletak begitu saja di sudut kamarku. Sampai suatu hari aku tergerak membacanya, dan tidak bisa berhenti sebelum lembar terakhir, dengan berurai airmata nyaris dua ember. Hiiih. Sedih betul!!

Novel ini bercerita dengan sangat realistis, kesedihan Holly- seorang janda muda, yang pada usia tigapuluh tahun merasa begitu terpuruk, tidak punya suami, tidak punya anak, tidak punya pekerjaan, dan tidak punya tabungan. Merasa tidak punya apapun yang membuatnya bahagia. Tengelam dalam duka panjang. Berkubang bersama hujan airmata..

Suatu kejutan yang manis, bahwa ternyata sang suami –Gerry-meninggalkan sepuluh pesan yang ditulis sebelum derita tumor otak merengut nyawanya. Pesan pesan sederhana yang secara luarbiasa mampu mengembalikan semangat hidupnya, walau masih saja sering terselip sedih dihati akan kehilangan sang suami.

Ini bukan kisah tentang perempuan luarbiasa yang tangguh menghadapi kematian orang tercintanya. Bukan tentang perempuan religius yang lantas dekat dengan Tuhan untuk meminta pertolongan . Bukan tentang wonderwoman yang bisa menghandle semua masalah sendirian.

Ini kisah tetang perempuan biasa yang butuh sahabat sahabatnya yang gila untuk pergi berlibur, mabuk dan hangout ke pub untuk melupakan kesedihan. Tentang perempuan pada umumnya yang butuh dukungan keluarga untuk melewati masa masa sulit hidupnya.

Sepuluh pesan mendiang sang suami, yang dibuka dalam sepuluh bulan kedepan setelah kematiannya, adalah sebuah penghiburan bagi Holly. Surat singkat yang selalu diakhiri dengan pesan ps.I love you seakan jadi lentera, sebuah panduan mengisi hidup berikutnya. Mengembalikan warna hari-harinya.

Bagian paling menyedihkan adalah saat Holly-membaca surat yang menyuruhnya menemui Barbara disebuah travel agent. Si Barbara dengan berlinang airmata menceritakan bagaimana Gerry yang sudah sakit keras masih bersusah payah datang ke travel agent tersebut, untuk membelikan paket liburan untuk istri dan sahabat sahabatnya, karena Gerry tau, Holly membutuhkan liburan itu untuk menepis kesedihan akan kematiannya. Wow, saat bacanya terasa mengharu biru. Mberebes mili tiada henti you know..

Menguras emosi-pastinya. Banjir airmata-tentunya. Namun buku ini juga banyak bercerita tentang serunya persahabatan, hangatnya keluarga besar, Indahnya kenangan, dan pentingnya harapan untuk menciptakan kenangan kenangan baru dimasa yang akan datang. Dan utamanya tentang betapa powerfullnya sebaris pesan pendek, ps I love you…

Buku ini memang sudah difilmkan, aku juga sudah lihat. Tapi please deh, beda banged!! So? Aku sangat merekomendasikan bukunya, namun tidak filmnya.

Tuesday, September 02, 2008

Milestone of Life

Saat aku gadis cilik berusia sepuluh tahun, pernah aku bertanya, seperti apa saat aku berusia duapuluh tahun? Cantikkah? Populerkah?

Saat aku mahasiswa berumur duapuluh tahun, pernah aku bertanya seperti apakah saat aku berumur tigapuluh tahun? Sukseskah? Bahagiakah?

Saat aku menjadi Bunda beranak satu di umur tigapuluh tahun, aku bertanya..Akankah sampai aku mencapai empatpuluh tahun? Sehatkan? Panjang Umurkah?

Itu betul. Dan aku hampir tiba pada jawaban pertanyaan terakhir.

Walau diusiaku kini, ada yang bilang jiwa-ku seperti gadis 17 tahun, penampilanku kayak perempuan 30 tahun, tapi KTP nggak bisa membohongi kenyataan akan usiaku yang nyaris 40 tahun ini.

Kedewasaan tidak bisa diukur dari umur, karena banyak dipengaruhi pengalaman panjang yang diberikan kehidupan, dan setiap orang berbeda menjalaninya. Kedewasaan tidak bisa diliat dari sikap karena lebih banyak ditentukan oleh cara berpikir, dan setiap orang berbeda melatihnya.

Ulang tahun penting buatku, karena jadi milestone perjalanan hidupku. Pasang Surut. Manis Getir. Hujan Panas silih berganti. Datang dan pergi. Menempa Jalan Kehidupanku. Ulang tahun menjadi tolok ukur dan pembanding. Lebih baikkah aku dibanding tahun lalu, dan tahun lalu. Secara apa? Kedewasaan berpikir? Control Emosi? Tanggung Jawab? Iman dan Taqwa?

Ulang tahun jadi istimewa buatku, karena pada hari itu, banyak keluarga dan teman bersama sama mendoakan kebahagiaan untukku. Thanks so much, thank you very much.