Tuesday, August 22, 2006

Perceraian - Sebuah Kebimbangan

Seorang teman baru saja berpisah. Dia curhat. Dia masih ingin punya harapan suatu saat bisa kembali. Demi anak-anak. Berpisah adalah pilihan yang diambil saat ini dalam keadaan terdesak.

Demi anak-anak. Alasan yang umum terlontar. Tapi apa iya anak-anak itu mau dijadikan alasan ?? Mau dijadikan penambal perkawinan yang sudah tidak harmonis ? menurutku belum tentu.

Anak-anak butuh lingkungan yang sehat untuk bertumbuh. Buat apa mama papa tetap bersama kalau cuma saling memaki ? Buat apa ayah bunda tetap serumah kalo nggak saling ngomong? Buat apa bapak dan Ibu mempertahankan perkawinan , kalo tak lagi saling cinta ? Anak-anak butuh lingkungan yang lebih sehat untuk berkembang.

Bercerai memang sakit, tapi kalo boleh sedikit sok tau, ini akan lebih baik dari pada kebingungan panjang anak-anak. Mengapa Mama dan Papa terus bertengkar? Mengapa Ayah dan Bunda tak bertukar sapa? Mengapa Bapak dan Ibu tak lagi saling cinta ? Anak-anak akan melihat banyak kebencian. Anak-anak akan melihat banyak ketidakperdulian. Anak-anak akan menjadi saksi perkawinan yang dipaksakan utuh. Adilkah buat mereka ? apakah ini yang diinginkan mereka ? Menurutku tidak.

Jadi ? Aku pernah membaca seorang psikolog menulis "Jangan jadikan anak-anak alasan untuk mempertahankan perkawinan." Aku setuju itu.
Bertahanlah karena memang Papa masih layak dipertahankan Mama. Bertahanlah karena memang Ayah masih bisa memaafkan Bunda. Bertahanlah karena Bapak memang masih cinta pada Ibu. Vice Versa!! Berhentilah saling marah. Berhentilah saling tidak perduli. Jujurlah pada diri sendiri masih adakah cinta ?

Cinta yang tidak dipaksakan for the sake of Children. Cinta yang tidak dikompromikan demi anak-anak. Yang dibutuhkan adalah cinta yang masih bisa melekatkan Papa-mama, Ayah -Bunda, Bapak-Ibu. Demi mereka sendiri bukan demi anak-anak atau orang lain dan alasan lain.

Anak-anak akan tumbuh bahagia dengan orangtua yang saling mencintai dengan alasan memang mereka masih cinta satu sama lain. Anak-anak akan merasa bersalah jika ternyata orangtua memaksakan saling cinta demi mereka. Anak-anak itu tak akan sanggup membayar airmata yang tumpah, menebus kebencian yang tak berakhir ? No!! mereka tidak mungkin bertanggungjawab atas itu semua.

Anak-anak itu, terlalu innocent jika harus menjadi penambal sebuah perkawinan yang tidak lagi harmonis. Jika Perceraian jadi pilihan akhir. Relakan saja. Ikhlaskan. Allah akan selalu melindungi anak-anak itu. Walau pada akhirnya memang mereka cuma memiliki single parent.

Perceraian adalah bagian dari rahasia Allah tentang Jodoh, Maut dan Rejeki.

1 comment:

Anonymous said...

Bunda ... perceraian itu sebuah hal yang tidak disukai oleh Allah. Tetapi kuncinya pada saat berkeluarga adalah sabar (dalam artian yang luas). Karena sabar juga menjadi dasar dari beragama. Jadi kalo terjadi suatu ketidakcocokan ini adalah ujiannya, karena permainannya adalah bagaimana kedua orangtua itu melihat permasalahan dan menyelesaikannya. Nah kalau keduannya masih diliputi rasa sombong, arogan pastinya jawaban yang didapat adalah kemudaratan. Kalau anak itu lain permasalahan lagi kaena anak menjadi korban dari perceraian, yang dibutuhkan di hidup ini adalah figur contoh. Makanya kalau single parents saya tidak setuju, mendingan dia kemudian menikah kembali untuk memenuhi kebutuhan akan figur orang tuanya.
Nauzubilah min zalik..jauhkan aku dan teman-temanku dari perceraian..amin.