Wednesday, August 23, 2006

Perceraian - Sebuah Kisah Nyata

"Hai!! Apa kabar ?! " seru laki-laki itu. Dia tidak banyak berbeda dari saat kita kuliah di jurusan yang sama. Dia juga masih ramah dan rame seperti dulu." Baik..baik…"kataku sambil berjabat tangan. Kami tersenyum lebar. Tertawa-tawa. Suatu kejutan kita-aku dan Aim- ketemu dia dan keluarga di mall. "Kenalkan istri dan anakku nih " katanya lagi.
Aku menjabat tangan mereka, tersenyum tulus.
Laki-laki itu kakak kelasku saat kuliah. Dan perempuan yang diperkenalkan sebagai istrinya adalah istri barunya . Anak itu-cewe abg kira-kira 11 tahun- adalah anak dari istri barunya, dari perkawinan yang terdahulu. Dia memang duda yang menikah lagi dengan janda beranak satu.

Kami ketemu di timezone Pondok Indah Mall. Sambil menemani aim bermain aku mengawasi mereka dari jauh. Sebuah keluarga baru yang sedang menikmati aneka games di time zone. Laki-laki itu kelihatan sayang banget pada anak perempuan abg itu. Hm, Aku menghela nafas panjang. Teringat seorang perempuan lain, dan seorang gadis cilik lain

Sebelumnya aku beberapa kali bertemu perempuan itu. Bersama putri tunggalnya tentu saja. Masih kecil, paling lima tahun. Saat belanja di Carrefour lebak bulus. Saat berobat ke rumah sakit pondok indah. Saat jalan-jalan di mall pondok Indah juga pernah.

Perempuan itu biasanya cipika-cipiki-mencium pipiku kanan kiri. Tanda keakraban. Walau beda jurusan , dia adik kelasku di IPB. Kami berbasa-basi sebentar. Lalu kemudian melambai untuk berpisah. Ada perasaan perih saat melihat gadis cilik yang bersamanya. Aku kenal ayahnya. Laki-laki kakak kelasku saat kuliah yang kuceritakan didepan. Mantan suami perempuan itu.

Perceraian. Memang pedih untuk diceritakan. Tapi ini realitas hidup lho.Suka tidak suka. Inilah kenyataan. Kenyataan bahwa ada –mungkin banyak- laki-laki yang terpaksa meninggalkan anak darah dagingnya sendiri untuk menikah lagi, setelah bercerai. Laki-laki yang kemudian lebih banyak menhabiskan waktu bersama anak tiri dibandingkan anak kandungnya.

Just curious. Rindukah temanku itu pada gadis cilik nya ? Kalaupun iya, pasti rindu yang sangat menyiksa. Saat dia menikmati timezone dengan keluarga barunya. Terlintaskan dibenaknya siapa yang menemani gadis ciliknya bermain ke time zone ? Ugh !! kenapa sih hatiku perih? Aku kan cuma orang lain.

Dunia berputar. Waktu berjalan. Kita semua terus melangkah maju. Aku yakin perceraian itu telah mereka putuskan baik-baik. Aku cuma orang lain yang tidak berkepentingan dengan kehidupan pribadi mereka. aku Cuma orang lain yang bisa berharap, semoga laki-laki itu berbehagia dengan keluarga barunya. Semoga perempuan itu berbahagia sebagai single parent, bersama gadis ciliknya. Aku cuma bisa berharap, berdoa, agar Allah memberikan yang terbaik buat mereka.

Pada akhirnya, aku memang cuma bisa berharap, semoga gadis cilik yang orangtuanya bercerai itu akan selalu baik-baik saja. Allah melindunginya.

4 comments:

Anonymous said...

Gw sebenarnya ngga berhak menjudge atau memberikan komentar, tetapi itulah realitas hidup. Tanpa bisa kita tebak kemana hidup kita di bawa. Yang jelas tuntunan dan rambu-rambu sudah ada, tinggal kita dapat melihatnya dengan jelas.

Piss bro...

Anonymous said...

Tidak ada kebetulan dalam hidup ini, semua berjalan dalam kesempurnaanNya...

Bunda said...

Wah, ini ngutip Gede Prama bukan? thanks 4 always remind me Fan!!

Alaika Abdullah said...

perceraian adalah keputusan terbaik yang tentu telah dipikirkan dengan matang (walau banyak juga pasangan yang diceraikan secara sepihak) oleh sepasang suami istri. tak ada orang yang dapat benar-benar mengerti dan memaklumi langkah ini jika memang tidak mengalaminya sendiri. jadi benar kata bunda, kita tak dapat menghakimi. be realistic aja, dan hargai keputusan mereka. wishing us the best lah. btw, tulisannya bagus nih bunda.