Sunday, August 20, 2006

The Boy Next Door

Aku punya sepupu cowo jago main gitar klasik. Dia sering ikut konser. Saat aku SMA dia sudah kuliah di Trisakti. Karena dialah aku pengin belajar gitar Jadi saat aku ulang tahun ke enambelas, aku minta dibelikan gitar sebagai hadiah. Bapak setuju. aku juga didukung mendaftar sekolah gitar klasik.

Guru gitarku di kursus, seorang mahasiswa IKJ. Aku memanggilannya kak Didiet. Mungkin karena aku satu-satunya cewe dikelas, dia lebih memperhatikan aku. Dia pernah bilang "Bin, tone nya yang keras dong. Jangan ragu-ragu. Masa pelan-pelan. Emang kamu mau jadi gitaris kebatinan ?" Kami sekelas tertawa.

Berbeda dengan kamar mbak Ary yang rapi, dan selalu terdengar musik manis dari radio. Kamarku yang bersebelahan persis dengan kamar mbak Ary memang kacau. Berantakan !! Mesin tik nyaris tidak pernah turun dari meja belajar. Suara yang terdengar dari kamarku adalah tak tik tik suara mesin ketik dan aku yang latihan gitar. Aku bukan cuma latihan musik klasik. Aku otodidak belajar gitar musik pop. Ngonjrang ngonjreng nggak karuan. Mbak Ary sering terganggu. Dia kerap berseru “berisik!!”. Aku nggak perduli. Biasanya aku baru berhenti berisik kalo Mamah masuk ke kamarku dan menegur “Dari tadi main gitar terus ? Kapan belajarnya?”

Bermain gitar. Menghiburku. Membantuku menerima kenyataan. Menelan kekecewaan. Atas kekaguman yang tak terbalas pada the boy next door. Seorang cowo di kelas sebelah. Kelas Maya dan Liza :-(

Bermain Gitar. Inspired me. Walau aku tidak juga sejago sepupuku bermain gitar, tapi aku makin produktif menulis cerpen. Aku justru lebih sering menulis dibanding berlatih gitar. Lama-lama aku menyadari aku memang lebih berbakat menulis dibanding main gitar.Enam bulan berlalu. Aku merasa tidak banyak kemajuan dalam bermain gitar. Aku lalu berhenti sekolah gitar. Bosan!

Berikutnya aku lebih banyak menulis cerpen. Kadang sampai larut malam aku masih juga berisik mengetik. Mbak Ary masih sering berseru “Berisik!” . Mamah lalu turun tangan menegurku "Dari tadi ngetik terus. Kapan tidurnya ?” Biasanya aku menawar “Tanggung Mah!!” Aku nggak ingin ideku menguap kalo kutinggal tidur, dan aku terus saja mengetik. Tak tik tik Berisik!! Berisik!!

Aku memang bukan gitaris musik klasik seperti sepupuku. Aku cuma seorang gitaris kebatinan yang jago menulis cerpen :-) Kalo lagi mati angin, kehabisan ide menulis, atau males belajar, walau aku nggak sekolah gitar lagi, aku masih suka gonjrang –gonjreng dengan gitarku di kamar. Dan mbak Ary tidak bosannya berseru “Berisik!!” :-D

Epilog

Aku kuliah di IPB. Aku punya cowo anak FTUI. Aku berhenti main gitar. Aku berhenti menulis cerpen. Aku melupakan, the boy next door :-)

No comments: