Selain aku dan Ayah-semua anggota regu kami yang lain-4 pasang suami istri -semua berangkat ke Mekkah untuk tanazul-melaksanakan Tawaf ifadah dan sai haji- sesuai sunnah Rasulullah. Namun aku dan Ayah sudah sepakat melaksanakan tawaf dan sai setelah nafar awal.
Aku menghitung orang orang yang tersisa di tenda, uhm, kayaknya hanya separo dari rombongan kami yang melakukan tanazul hari itu. Well, itulah enaknya haji mandiri. Kami diberikan kebebasan dalam melaksanakan ibadah.
Satu hari itu kami lewatkan dengan beristirahat total. Tidur. Untuk makan pun Ayah menitip beli kepada seorang teman. Walau jatah tempat tidur kami sempit, aku nyaris tidur sepanjang hari, cuma bangun untuk sholat berjamaah di tenda.
Menjelang magrib ayah heran. Kok teman teman yang pergi tanazul belum kembali?? Ayah sibuk menelphon mereka. Ternyata rombongan yang berangkat langsung ke mekkah setelah melempar jumrah baru masuk ke mina.. Mereka otw jalan kaki menuju tenda kami. Sedangkan rombongan kecil yang berangkat jam sepuluh tidak bisa dihubungi.
Setelah rombongan yang berangkat awal sampai di tenda sebelum magrib, mereka berbagi pengalaman. Idealnya jika ingin tanazul diniatkan sejak awal saat berangkat melempar jumrah.
Jadi dari tempat melempar jumrah bisa langsung berangkat ke mekah. Menghemat waktu dan tenaga ke perkemahan yang berjarak 8 km (sudah diitung pp). Dari lokasi jumrah ada petunjuk arah ke mekkah lewat "pedestrian way". Jalan shortcut-dengan jarak lebih pendek -khusus pejalan kaki. Bisa juga sih naik kendaraan umum, namun jalanya berbeda.
Pilihan jalan kaki dan naik kendaraan juga harus diputuskan sejak awal, sebab jika sudah naik kendaraan, macet dan ingin jalan kaki, jaraknya sangat jauh karena rute ini memang seharusnya ditempuh dengan kendaraan. Rombongan yang pulang on-time ini berangkat jalan kaki pulangnya naik kendaraan. Saat pulang pun diturunkan menjelang mina karena jalan ditutup saking padatnya. Makanya mereka sambung jalan kaki ke perkemahan. Untunglah sebelum magrib mereka sudah masuk mina.
Seperti yang aku khawatirkan sejak awal. Teman teman yang pergi jam sepuluh pagi, baru sampai ke tenda paling cepat jam 11 malam!!
Masuk mina dimalam hari tantangannya adalah kesulitan menemukan tenda kloter kami. Lokasi perkemahan sangat luas dan petunjuk arah sangatlah minim. Apalagi haji kali ini memang luar biasa padat, mengingat banyak yang menyakini sebagai haji akbar.
Semalam berlalu. Esoknya dini hari jam tiga, kami serombongan kembali melempar jumrah, Kali ini untuk tiga tiang, ula, wasta, Aqabah. Kami berjalan lebih santai karena sudah lebih paham dengan kondisi di sana. Alhamdulilah lancar. Kalo hari pertama kami melempar di lantai dasar. Kali itu kami melempar di lantai dua.
Siang harinya aku dan ayah mulai menikmati kegiatan di luar tenda. Antri beli sarapan, telur dadar plus kentang goreng yang dijual orang orang afrika yang ngemper pinggir jalan. Antri mandi dan melakukan aktivitas lain Yang sangat kami syukuri siang hari itu kami mendapat box nasi. Alhamdulillah, walau cuma dengan telur rebus sepotong, seneng banget bisa ketemu nasi!!
Saat ashar kami mendengar berita dari tenda petugas, terjadi kecelakaan di tempat melempar jumrah. Delapan Indonesia meninggal. Well, antara dhuha dan ashar memang waktu afdal untuk melempar jumrah. Aku bisa membayangkan betapa sesaknya disana.Inna lillahi wa innalilahi rojiun….
Semalam lagi berlalu. Hari ke tiga kami di Mina. Dini hari jam tiga kami melempar jumrah kami yang terakhir -karena rombongan kami memang sudah berniat untuk nafar awal. Saat itu kondisi masih pagi buta, tapi jumlah jamaah lebih banyak keadaan lebih sesak dari dua hari sebelumnya. Well, mungkin berita kecelakaan kemarin membuat jamaah lain prefer seperti kami, melempar saat dini hari.
Walau saat pulang ke tenda aku tertatih tatih kesakitan karena telapak kakiku lecet, empat kilo kali dua sama dengan delapan kilo, bukan jarak yang dekat you know… kami bersyukur Alhamdulillah kewajiban melempar jumrah selesai sudah.
Sampai tenda kami istirahat sebentar, sholat subuh, sholat dhuha, sarapan pop mie, beberes lalu leyeh leyeh. Sejak awal kloter kami menetapkan untuk nafar awal. Means hanya tiga hari dua malam berada di Mina, sebab jadwal kepulangan kami ke tanah air sudah begitu mepet .
Sebagian besar jamaah dari kloter lain mengambil nafar akhir yang artinya bermalam semalam lagi dan melempar jumrah sekali lagi. Tidak ada yang lebih utama antara nafar awal dan nafar akhir. Keduanya sama.
Setelah menunggu dan menunggu tanpa ada kepastian (again and again !!) akhirnya menjelang dzuhur bis-bis tiba. Walau tidak tertib perombongan sesuai instruksi para karom. Ugh!! Indonesia, kapan sih punya kesadaran tertib dan patuh pada pimpinan?? Satu kloter kami terangkut semua. Meninggalkan Mina, kembali ke Mekkah.
No comments:
Post a Comment