Tuesday, August 05, 2008

Teladan Sebuah Potret Kehidupan

Dalam perjalan ke kantor Radiodalam, hampir setiap pagi aku melewati kawasan elite Pondok Indah. Ada satu pemandangan yang mengusik hatiku. Didekat PIM2, sebelum bengkel Suzuki, menjelang Wisma pondok Indah, aku sering melihat sepasang bapak dan Ibu tua duduk menunggui sebuah gerobak. Apa Isinya? Beberapa Papan cucian. Disitu ada signage : dijual papan cucian

Hari gene jual papan cucian? Di kawasan exclusive Pondok Indah pula. Siapa yang mau beli? Pasti itu yang terlintas dalam pikiran semua orang. Yang aku kagum bapak dan Ibu tua itu tetap telaten menunggui gerobak dagangannya, mananti rejeki Allah datang bersama terjualnya papan cucian itu.

Aku miris. Berapa pendapatan mereka? Pastinya tak seberapa. Tapi aku merasa mereka pasti ulet, mereka sabar dan tabah. Percaya, bahwa berapapun itu, Rejeki adalah urusan Allah


Seharusnya aku mencontoh, aku percaya aku yakin hal yang sama saat memutuskan untuk resign akhir bulan ini. Walau banyak suara suara menyayangkan, menyesalkan, mengangapku emosional, tanpa perhitungan, tidak berpikir strategies, meninggalkan posisi senior manager begitu saja, tanpa perduli kelanjutan karirku berikutnya

Gamangkah aku? tentu saja. Dengan usia yang tak lagi muda. Dengan ketatnya persaingan di dunia kerja. Dengan standard salary yang biasa kuperoleh kini. Mencari pekerjaan baru, bukan hal yang mudah.

Cemaskah aku? Ya iyalah…walau kutahu seharusnya tidak. Seharusnya aku meneladani potret kehidupan yang kulihat pagi hari di satu sudut pondok indah. Seharusnya aku yakin, seharusnya aku percaya bahwa urusan rejeki ada ditangan Allah.

Seperti halnya rahasia besar Allah tentang Jodoh dan Mati, seharusnya aku percaya Allah punya rencana rejeki lain untukku. Seharusnya aku yakin semua ini yang terbaik untukku. Aku berusaha yakin, aku berusaha percaya. Smoga Bapakku, begitu juga.

Aku berusaha menepiskan rasa gusar dan cemas, bersama semangat hari baru yang diberikan matahari pagi yang mengintip dalam kaca jendela mobilku.

1 comment:

ve said...

wah, mba bin. ini bener2 elo..??
Hiks...jadi terharu nih, aku juga ngrasa, kadang manusia itu paling susah bersyukur ya, padahal udah dikasih banyak kenikmatan sama Alloh. kita baru sadar bahwa semuanya begitu bermakna setelah dicabut kenikmatan itu. KIta akan menghargai sehat setelah dicoba sakit, menghargai duit setelah dicoba bangkrut..mnghargai orang terkasih setelah ditinggalin(lohh,ini termasuk ga yak? ). Apapun yang telah terjadi kita yakini aja klo itu emang udah QODAR Alloh. Betul ga mba? Dan keputusan apapun yang udah kita buat saat ini, berdoa aja bahwa ini keputusan terbaik untuk diri sndiri, dan orang2 yang kita kasihi. Alloh pasti menolong hamba-Nya yang berniat baik.
Wah, aku mesti banyak belajar dari mba bin nih......(belajar ttg hidup and BRAND MANAGEMENT tentunya..hehe)