"Bude Tik berangkat dengan kloter 61JKS. Mahtab 65. Rumah nomer 850. Jiyatsut. Tiba di Mekah minggu depan. "Begitu bunyi sms yang dikirm Dian, setelah dua minggu aku tinggal di Mekkah.
Bude Tik adalah kakak Bapak yang sudah berumur lanjut. Diatas tujuh puluh tahun. Beliau pergi berhaji sendiri karena suami sudah lama meninggal. Terselip rasa prihatin. Duh Bude ? bagaimana kondisinya di Mekkah ?
Beberapa hari sebelum hari arafah, dengan naik taxi aku dan Ayah pergi ke daerah Jiyatsut seusai shalat dhuha. Masa masa jamaah luber begini, bargain power dengan supir taxi sangat rendah. Jauh dekat sepuluh real. Kami tak punya pilihan lain. Ok aja.
Setetelah melewati terowongan yang membelah gunung batu. Kami tiba di wilayah Jiyatsut. Supir taxi menurunkan diujung jalan. Bla..bala..bla.. dengan bahasa arab dan isyarat tangan dia berusaha bilang bahwa inilah jalan Jiyatsut. Silahkan cari.
Kami yang asing dan tidak tau persis mahtab tempat Bude tinggal terpaksa turun. Hatiku ciut dan ngenes melihat kondisi pemondokan jamaah haji Indoensia disitu lebih sederhana dibandingkan pondokan kami di Shieb Amir. Letak pondokan yang dalam gang, terkesan kumuh, suram, dan sori-bau pesing!! Ah, Bude. Dimana berada ?
Kami berjalan kaki diwilayah itu sambil bertanya kiri kanan pada jamaah Indonesia yang mudah dikenali dari seragam keluaran depag yang berwarna hijau telur asin.
“Nggak ada mahtab segitu pak. Disini mahtab 40an”
“Nggak ada rumah dengan nomer segitu mbak. Disini paling sampai nomer 600an”
Beberapa jamaah kami tanya. Beberapa rumah kami singgahi. Tetap tak ada petunjuk tentang Bude Tik.
Bude tidak bisa dikontak. Ditelp mapun di sms. Kami maklum beliau memang gaptek.Setelah cape berkeliling di wilayah itu. Kami kembali ke Shieb Amir dengan naik taxi.
Sampe dipondokan. Sambil berbaring di kamar sempit tanpa jendela. Aku menggingat Bude. Aku berusaha membandingkan kondisi pondokan di Jiyatsut tadi. Saat itu juga aku mengucap banyak syukur Alhamdulillah. Saat itu juga aku merasa tempat tinggal kami closer, brighter, bigger, cleaner and much..much better. Begitulah, tanpa melihat pembanding, kadang kita tidak sadari bahwa kita jauh lebih beruntung daripada orang lain.
Catatan Ringan-uang pengembalian mahtab
Mulai tahun ini depag mempunyai transparansi baru. Budget pemondokan jamaah di Mekkah adalah 2.000 real per jamaah. Jika harga mahtab ternyata dibawah itu-Alhamdulillah uangnya dikembalikan kepada jamaah. Tahun tahun sebelumnya hal ini tidak terjadi karena depag menyebutnya dengan subsidi silang.
Kami di Mahtab 7 rumah no 121 wilayah shieb amir, menerima pengembalian 100 real/jamaah. Alhamdulillah-lumayan pikirku, bisa buat ongkos naik angkot mondar mandir ke masjidil Haram. Rumah sebelah , no 122 pengembaliaannya 190 real/jamaah, walau jaraknya hampir sama, bisa jadi kondisi kamarnya tidak sebagus kami
Jadi kalo sekarang kita pengin tau kondisi rumah jamaah lain lebih bagus atau tidak, tinggal tanya saja “berapa uang pengembalian dari mahtab ?” Pertanyaan ini biasa saling diajukan saat ketemu kenalan baru dari bermacam kloter di majid maupun di tempat makan. Bisa ditebak semakin besar pengembalian, diestimasi kondisi rumahnya jauh atau kurang bagus.
Walau ada juga mahtab yang tidak memberikan pengembalian –means kondisinya lebih bagus dari kondisi mahtab kami-tapi kami sangat bersyukur dengan apapun yang kami dapatkan selama di mekkah. Alhamdulillah
No comments:
Post a Comment