Isya itu adalah akhir program Arbain kloter kami. Sesuai instruksi pak ketua kloter. Koper besar sudah dikumpul dan dikirim sehari sebelumnya ke Mekkah. Kami tinggal membawa travel bag kecil untuk perjalanan ke Mekkah.
Lift luar biasa sesak. Walau kami sudah berpakaian ihram banyak orang kesal karena saling serobot dan mau menang sendiri. Teriakan dan omelah marah makin menjadi jadi di depan lift.
Aku yang sudah menduga hal itu akan terjadi, duduk manis aja di lobby hotel. Aku memang sudah planning tidak akan naik keatas lagi. Setelah habis mandi untuk persiapan ihram, travel bag kecilku sudah siap sejak selesai sholat ashar dan kutitipkan di kamar ayah. Lalu aku pergi ke masjid untuk sholat Magrib dan Isya. Ayah naik tangga dan turun kembali dengan membawa dua travel bag jinjing kami. Ayah juga sudah siap berpakaian ihram.
Begitu aba aba naik bis tiba. Kami masuk bis. Seperti biasa kami menunggu tanpa kepastian. Again and again. Luuaaaama banget. Namun Alhamdulillah-mungkin karena di sana bensin murah, selama menunggu mesin bis tetap hidup sehingga AC bisa bekerja mendinginkan kabin bis. Bis belum juga penuh karena masih banyak teman-teman serombongan yang masih terjebak keruwetan lift. Ayah turun lagi. Menjemput teman teman yang butuh bantuan. Aku prefer menunggu di bis. Sejak mulai masuk jam 20.00. Bisa baru bergerak pergi pukul 23.30. Uhm, butuh kesabaran tinggi untuk bisa melewatinya tanpa mengeluh.
Sekitar satu jam perjalanan, tak lama bis sampai dan parkir ke suatu daerah bernama Bir Ali. Disanalah tempat Miqat atau batas untuk mulai berihram bagi orang orang yang akan berangkat ke Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah dan haji.
Sebelum turun bis, bapak kepala kloter wanti wanti mengingatkan para bapak bapak untuk tidak lupa melepas underwear. Karena memang ihram buat laki laki hanya dua lembar kain tanpa jahitan. Tanpa diingatkan, bisa jadi banyak jamaah laki laki yang lupa karena tidak terbiasa tanpa underwear.
Masjid cukup besar dan menyediakan tempat untuk mandi (shower) dan berganti baju ihram. Karena rombongan kami sudah mandi dan berganti kain ihram di hotel madinah, maka kami tinggal mengambil wudhu, sholat dua rakaat dan berniat untuk melaksanakan umrah.
Saat berangkat dari Bir Ali, masing masing rombongan melafalkan talbiah yang dipimpin pak karom, sebagai ritual untuk memulai ibadah umrah dan haji...
Labbaik Allahumma labbaik... labbaika la syarika laka labbaik...innal hamda.. wanni' mata... laka wal-mulk...la syarika lak...
Sungguh, ini merupakan saat –saat yang mengharukan. Ingatan masa lalu melintas cepat... bayangan wajah orang tua tergambar jelas..Kami datang penuhi panggilan mu ya Allah…walau dengan kondisi yang penuh salah dan dosa…
Setelah merasa cukup bertalbiah kami kembali membisu, dalam bis yang terus meluncur membawa kami ke Mekah. Hening sepi. Itulah yang dirasakan sepanjang sisa perjalan ke Mekkah. Sebagaian besar rombongan kami tidur. Kalaupun terjaga, kami memilih untuk tidak mengobrol. Dalam kondisi berihram, diam adalah yang terbaik.
Setelah sholat subuh di salah satu masjid yang ditemui diperjalanan, sampai juga kami di perbatasan kota Mekkah. Di cek point dokumen kami diperiksa. Kami dibagikan air zam zam yang sudah dikemas dalam botol. Oh, rupanya tak jauh dari situ adalah tempat pengemasan air zam zam dalam botol. Kami juga mendapat box sadaqoh berisi roti, kurma dan biskuit. Alhamdulillah. Buat sarapan...
Sesampainya di Mekah, Bis kami berhenti lama di depan mahtab (pemondokan). Jamaah indonesia memiliki banyak Mahtab. Berdasarkan hasil undian kloter kami masuk ke mahtab 7 bersama sembilan kloter lain, di wilayah Shieb Amir . Lokasi mahtab kami berhadapan dengan pemakamam Ma’la dimana siti khadijah –istri nabi- dimakamkan. Kloter kami ditempatkan di mahtab 7 dalam rumah no 121. Kami harus sabar menunggu dalam bis (again and again) karena perlu waktu bergantian dengan rombongan lain untuk masuk ke dalam penginapan.
Pembagian kamar berlangsung diatas bis. Sayangnya kondisi yang disampaikan di bis tidak sesuai dengan kenyataan lapangan. Yang dibilang kapasitas 7 ternayata hanya ada 6 tempat tidur, atau ternyata ada kamar perempuan yang harus sharing kamar mandi dengan kamar laki laki. Untuk cepatnya kami taruh saja dulu barang barang dalam kamar yang ditunjuk. Dijanjikan akan ada pengaturan berikutnya. Kami patuh dengan perintah pak karom.
Setelah menempuh perjalanan panjang semalaman, tanpa istirahat lagi, rombongan kami berbaris untuk melaksanakan umrah.... Dengan diantar oleh petugas haji Indonesia yang memakai rompi biru rombongan kami berjalan menuju masjidil Haram. Semua orang begitu antusias membaca talbiah…semua orang tak sabar ingin segera melihat kabah…
Labbaik Allahumma labbaik... labbaika la syarika laka labbaik...innal hamda.. wanni' mata... laka wal-mulk...la syarika lak...
No comments:
Post a Comment