Imam Ahmad meriwayatkan dari anas bin Malik bahwasannya Nabi Muhammad saw bersabda :
Barangsiapa shalat di masjidku sebanyak 40 shalat tidak terlewatkan satu shalat pun niscaya dia akan terbebas dari api neraka, selamat dari siksa, dan bersih dari kemunafikan.
(dikutip dari “Sejarah Masjid Nabawi” by Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani”)
40 kali shalat fardhu di masjid Nabawi bukanlah bagian dari ritual Haji. Untuk menghargai orang-orang yang yakin akan hadits tersebut, pemerintah Saudi mengatur agar setiap jamaah dari berbagai negara berkesempatan tinggal di Madinah selama waktu yang cukup untuk melaksanakannya.
Program haji regular dari departemen agama sudah termasuk kegiatan sholat arbain tersebut. Sedang untuk paket Haji plus tersedia pilihan paket 14 hari untuk haji saja. Atau paket 25 hari untuk Haji dan Arbain.
Keberangkatan jamaah haji Indonesia terbagi dalam dua gelombang. Gelombang I terdiri dari kloter-kloter awal, diterbangkan ke madinah atau Jeddah (trus memakai bis ke madinah) untuk program Arbain. Setelah Arbain selesai bergantian kloter demi kloter dikirim ke Mekah untuk menunggu waktu berhaji.
Gelombang II terdiri dari kloter-kloter belakang diterbangkan ke Jeddah lalu langsung ke Mekkah (1-2 jam naik bus) untuk menunggu waktu haji yang tinggal seminggu lagi. Setelah kegiatan haji selesai, mereka pindah ke madinah untuk melaksanakan kegiatan arbain di akhir program sebelum pulang ke tanah air.
Aku yang bergabung di gelombang I kloter satu tentu saja menjalani program Arbain duluan. Kegiatan kami di madinah cukup ketat karena kami berusaha tidak tertinggal satu sholat fardhu berjamaah di masjid nabawi.
Rutinitas kami di madinah berawal dengan datang ke masjid sekitar pukul 4, sesuai jadwal buka pintu masjid, untuk sholat tahajud, witir, dzikir, baca quran sambil menunggu sholat subuh.
Setelah sholat subuh hampir semua berdesakan pulang, hanya sebagian yang bertahan di masjid menunggu saat dhuha. Aku prefer pulang dan janjian sarapan bareng Ayah. Selepas halaman dan pagar masjid banyak dijual makanan. Restoran Indonesia “si doel anak madinah” (wow!! hebat betul branding si doel!!) adalah favorit jamaah indonensia. Beragam makanan yang dijual. Dari makanan lokal sampai dengan bakso Indonesia. Aku dan ayah biasanya cukup makan kebab sapi atau ayam, serta minum segelas teh susu panas sebagai penghangat.
Selesai sarapan, jika ada program ziarah (jalan jalan) kami segera berkumpul di depan hotel untuk bersama sama naik bis yang sudah direserved oleh rombongan kami. Selama di Madinah hanya dua hari kami pergi ziarah, itupun waktunya terbatas. Hanya sampai jam 11. well, bagaimanapun prioritas tetap pada program Arbain.
Jika tidak ada program ziarah, banyak pilihan yang bisa dilakukan, balik ke masjid untuk sholat dhuha, pergi ke raudhah, pulang ke hotel untuk leyeh leyeh dan kucek kucek cucian, atau cuci mata di area belanja. Umunya sebelum jam sebelas kami sudah di hotel menunggu makan siang yang disupply catering tiba.
Selama di Madinah disediakan catering dua kali sehari, siang dan malam. Isinya standard nasi putih, sedikit sayur, lauknya digilir ayam , daging dan kadang ikan. Plus air mineral botol dan buah yang berganti ganti jeruk pisang atau apel.
Kami pernah mengalamani satu kali catering tidak datang. Konon dengan berdatangannya kloter kloter baru jatah catering kami salah kirim ke kloter lain. Uhm, walau terkejut tapi kloter kami tetap sabar. Meskipun telat aku dan ayah segera jajan, makan diluar. Hikmah dari melesetnya catering kami kali itu, kami jadi tau bahwa banyak pilihan makan siang yang enak enak di seputaran hotel kami. Alhamdulillah. Untungnya kejadian ini tidak berulang selama sisa hari hari kami di Madinah. Berikutnya selalu lancar.
Setelah beres makan siang jam 11, kami pergi ke masjid untuk shalat dzuhur, setelah dzuhur menunggu datangnya ashar bisa dilakukan sambil iktikaf dimasjid atau pulang dulu di hotel, Tapi kalo leyeh leyeh di hotel kudu hati hati, jangan sampai ketiduran dan telat ke masjid!! Jalan jalan ke pertokoan bisa juga jadi pilihan sambil menunggu waktu sholat berikutnya.
Barang atau oleh oleh yang umumnya di beli di madinah adalah kurma (karena perkebunannya di madinah), Al Quran (karena percetakannya di madinah), fragrance non alcohol (lebih berkualitas). Aku tidak tau persis, tapi banyak yang bilang emas Madinah lebih bagus dibanding emas mekah. Entahlah, aku tidak terlalu minat cari tau.
Umumnya antara sholat Magrib dan Isya hampir semua jamaah stay di masjid, karena waktunya pendek dan banyak hal yang bisa dikerjakan. Baca Al-quran, berdzikir, baca buku, atau ngobrol dengan kenalan baru di masjid.
Setelah Isya semua jamaah dari beragam bangsa berbondong bondong pulang. Kami makan jatah makan malam catering di kamar dan segera berangkat tidur. Begitulah rutininitas kegiatan kami di madinah.
No comments:
Post a Comment