Back to akhir tahun 2005 menjelang keberangkatan haji periode januari 2006
“ayah, di sekolah Iqbal tadi bunda ketemu kenalan yang ternyata pengurus KBIH di pondok pinang”
“terus kenapa ?” tanya Ayah acuh tak acuh
“Uhm... dia nawarin bantuan, dia bilang bisa usahakan antrian no porsi kita bisa maju. Supaya bisa berangkat januari 2006....with extra money of course"
Ayah mendelik. “No way!! Nggak!! Itu namanya dzolim. Kalo nomer kita maju berarti kita ngeser jatah orang kan ??”
“Dia bilang sih ngantiin yang meninggal atau hamil” kataku innocent.
“ya tetep aja yang seharusnya ngantiin sesuai urutan dong. Semua ada waktunya. Ayah nggak setuju kita mengeser jatah orang lain!! Tunggu ajalah sampai jatah nomer porsi kita keluar sesuai aturan"
Well. Aku tidak insist. Aku setuju dengan Ayah.
Betul kami sudah punya nomer porsi sejak mendaftar dan membayar 20 juta/orang di tahun 2004, tapi nomer kami tidak juga masuk di daftar calon jamaah yang berangkat januari 2006. Cuma beda tipis (beberapa ribu orang) dengan no yang terakhir masuk. Tapi yah…sudahlah. Kami tidak memaksakannya walau seorang kenalan di KBIH menawarkan bantuan. Kami sabar menunggu.
Ternyata kesabaran membawa banyak berkah. Untuk periode berikutnya – Desember 2006 otomatis nomor porsi kami menjadi yang paling duluan keluar, setelah kami melunasi ONH sesuai kurs yang berlaku, Alhamdulilah kami masuk kloter satu Jakarta , rombongan satu pula.
Banyak keistimewaan yang diperoleh jika bergabung dalam kloter satu. Bukan cuma dilepas oleh pejabat RI (halah!! basa basi banget) , juga para petugas Depag dan Garuda yang melayani kami masih fresh dan bermotivasi tinggi untuk bekerja sebaik mungkin. Fasilitas di asrama haji pondok gede masih bersih. Madinah dan Mekah –insya Allah belum dipadati jamaah, sehinga lebih mudah buat kami beradaptasi. Kami berangkat duluan dan insyaAllah bisa pulang segera setelah kewajiban haji selesai. Alhamdulillah banyak sekali kenikmatan lebih yang Allah berikan kepada kami di kloter satu.
Tiap kloter punya rombongan satu yang umumnya diisi jamaah haji mandiri. Bergabung dengan rombongan satu juga istimewa. Kenapa ? rupanya Business Class dipesawat diprioritaskan untuk kepala kloter, petugas haji dari depag dan pemda jakarta, dokter dan petugas kesehatan dari depkes, sisanya diberikan kepada kami dari rombongan satu. Walau menempati no kursi terakhir aku dan ayah masih kebagian duduk di business class untuk sepuluh jam penerbangan kedepan. Banyak anggota rombongan yang baru kali ini naik pesawat, sedang untukku- dari begitu banyak penerbangan yang pernah kujalani, baru kali ini aku naik business class. Alhamdulillah.
Pesawat garuda yang kami naikin diawaki oleh seorang pilot bule dari Australia. Lho kok bisa ? Iya, soalnya pesawat boing 747 ini memang disewa dari Quantas Airlines -sekalian dengan sopir alias pilotnya- lalu di labelin Garuda dan di layani oleh cabin crew dari garuda.
Sepuluh jam penerbangan ? ngapain aja ? aku sih memilih minum antimo dan tidur!! Banyak juga yang nonton acara yang diputar di layar teve, acara ini diproduksi oleh garuda dan special dikemas untuk para jamaah haji, aku cuma sepintas menyimak. Baca buku, majalah dan koran adalah pilihan lain. Tapi yang menurutku paling hebat adalah sepasang suami istri muda yang duduk di barisan depan kelas ekomomi- sang suami nantinya sekamar dengan ayah dan sang istri denganku. Mereka baca Al Quran. Subhanallah!!
Setelah tujuh jam terbang pesawat mendarat di Abu Dhabi untuk isi bensin dan dibersihkan. Kami diminta tetap duduk manis di pesawat selama satu jam. Menjelang berangkat mister pilot diganti oleh (sepertinya) pilot Saudi, sebab konon ada ketentuan hanya muslim yang bisa masuk ke dua kota suci Madinah dan Mekah. Kami masih harus terbang 2 jam lagi untuk sampai ke Madinah
Adalah suatu kenikmatan yang lain, mulai tahun ini beberapa kloter bisa langsung mendarat di Madinah. Tahun tahun sebelumnya, semua pesawat turun di Jeddah dan jamaah dibawa ke madinah dengan bis selama 6-8 jam perjalanan. Walau tidak semua kloter dari Indonesia bisa mendarat langsung di madinah, tergantung embarkasi –Indonesia punya 11 kota yang jadi embakarsi keberangkatan- dan jenis penerbangannya (Garuda atau Saudi Air), Alhamdulillah kloter kami termasuk yang diridhoi Allah untuk mendarat dengan mulus di madinah.
Sudah diinform saat manasik. Bahwa pemeriksaan dokumen bisa saja cepat, bisa saja lama. Syukurlah saat itu bandara madinah masih sepi, pemeriksaan imigrasi untuk kloter kami berlangsung tertib. Lancar dan tidak bertele tele. Passport kami ditahan, lalu kami dibagikan buku saku panduan haji dari pemerintah Saudi. Buku itu berbahasa Indonesia.
Sepuluh rombongan dalam kloter kami segera masuk ke sepuluh bis yang telah disiapkan. Bis rombongan kami sih segera beres. Penuh terisi. Tapi kenapa bis lain lama betul ?? Soalnya kami harus menunggu bis lain siap untuk dapat berangkat bersama keluar dari bandara. Bapak ketua kloter kami yang merupakan pejabat di kantor depag Jakarta selatan segera turun mengecheck keadaan. What happen sih ??
Tidak lama pak kepala kloter kembali ke bis membawa cerita yang membuat kami terdiam. Rupanya di rombongan lain terjadi hal aneh. Sebagian anggota rombongan lain melihat bahwa bis yang seharusnya menjadi hak mereka sudah penuh terisi orang jadi mereka pindah di bis lain. Di bis berikutnya jelas saja mereka diprotes karena mengambil jatah tempat duduk rombongan berikutnya. Mereka diminta kembali ke bisnya yang semula, tapi mereka ngotot kalo bis mereka sudah penuh. Masing masing pihak bertahan pada pendapatnya. Uhm, pastinya ini memperlama keberangkatan. Bapak kepala kloter mengecek bis yang dimaksud “sudah penuh” itu, penasaran…emang siapa yang duduk ??
Subhanallah..menurut penglihatan pak ketua kloter bis itu masih sepi kok. Masih banyak tempat kosong tersisa. Kenapa rombongan yang pindah ke bis rombongan lain itu bisa bilang sudah penuh ? Apa yang membutakan penglihatan mereka?? Akhirnya pak kepala kloter meminta rombongan yang pindah itu untuk beristigfar dan kembali ke bis yang sesuai dengan nomer rombongannya. Ketika kembali ke bis semula mereka sendiri heran, tadi penuh kok ? kenapa sekarang kosong ?? Astagfirullah al adzim. Masing masing kami beristigfar mendengar cerita itu. Perjalanan haji yang penuh rahasia sudah dimulai nih..
Setelah semua bisa duduk di masing masing bis dengan tenang, ternyata kami masih harus berlama lama menunggu surat jalan keluar. Kesabaran kami kembali diuji.
Beberapa mulai resah. “berapa lama lagi sih ?? saya belum sholat ashar nih”
“tayamum aja..sholat di bis, kalo turun malah ntar tunggu tungguan lagi“ bisik yang lain.
Walau beberapa orang berpikir akan sempat sholat ashar di Masjid Nabawi -alhamdullilah Aku dan ayah sudah sholat ashar waktu pesawat belum mendarat. Well, siapa yang duga proses naik bis aja akan makan waktu lama gini kan ?? Pelajaran dari hal ini. Jangan menunda sholat. Segerakanlah karena kita tidak tau apa yang bakal kita temui berikutnya.
Setelah nyaris dua jam kami menunggu, menjelang magrib sepuluh bis kloter kami mulai bergerak meninggalkan bandara madinah. Ternyata perjalanan ke hotel berlangsung cuma beberapa menit, waaah lebih lama proses persiapannya ya…. Dari atas bis kami melihat Masjid Nabawi, Masjidnya junjungan kita nabi besar Muhammad saw. Subhannallah. Masjid itu begitu megah dan indah di bawah temaram matahari senja kota Madinah. Subhanallah…subhanallah…begitu ucapan kekaguman rombongan kami saat memandang masjid nabawi dari atas bis.
Bis kami memutar sedikit. Lalu berhenti di sebuah hotel. Kira kira cuma 100 meter dari batas pagar masjid Nabawi. Hah ?? Dekat Banget ?? Alhamdulillah…Alhamdulilah…Aku banyak banyak bersyukur. Mengingat banyak kenikmatan yang diiberikan Allah kepada rombongan dan kloter kami. Kloter satu Jakarta.
No comments:
Post a Comment