Bude tetap tidak bisa dikontak. Dian juga tidak bisa memberikan update. Dimana Bude tinggal ?? Akhirnya aku dan ayah mampir ke kantor petugas wilayah satu di shieb amir. Aku menyebut nomer kloter Bude dan nomer mahtabnya kepada petugas. Bertanya, dimana sih lokasi rumah itu ??
Petugas mencari dibuku catatan, lalu mengajak kami melihat peta besar yang memenuhi satu sisi dinding ruang petugas. Beliau menunjuk ujung dari wilayah Misfalah, namanya. Bahutmah. Pondokan no 850 adalah rumah terjauh-paling ujung di jalan itu. Masya Allah Bude? Kasihan betul?
Seusai dhuha esok harinya, kami ke pangkalan bis shuttle. Memang mahtab yang jauh menyediakan bis untuk para jamaah.Free of charge. Di jendela bis tertempel daerah tujuan bis dan bendera negara, sebagai tanda jamaah negara mana yang berhak naik.
Jika jamaah negara lain bisa antri naik bis. Jamaah Indonesia berebut berdesakan -Why always like this?? Aku ngenes. Miris. Bahaya betul? Ayah bertanya “Are you sure to take the bus ??” Aku menggeleng tak sanggup. Kami lalu naik taxi ke satu area di ujung Misfalah. Namanya Bahutmah..
Rumah no 850 itu akhirnya ketemu juga. Sekitar 3 kilometer dari Masjidil Haram.Uhm, berapa lantai nih ya ? Bagaimana menemukan Bude ? Masa kudu menyisir lantai demi lantai ? kami bertanya sopan kepada jamaah disitu. “Kami mencari Bu Sudiyarti. Lantai berapa ya ?”
“Coba tanya pak Karom tuh... Pak Ibrahim”kata Bapak itu. Dengan diantar pak Karom kami naik lift ke lantai 6, aku sedih melihat kondisi diitu. Kusam dan liftnya nggak smooth. Ayah ketawa melihat aku yang pucat pasi naik lift yang ajrut ajrutan setiap mau stop. Pak Ibrahim terlihat tenang, uhm pasti beliau sudah biasa.
“Bu Titik..ada tamu nih." .begitu pak Ibrahim bilang sambil membuka satu kamar di lantai 6. Alhamdulillah. Betul!! Bude ada di kamar. Beliau sedang sarapan.Bude memeluk kami penuh tangis haru. Bude benar benar tidak menyangka kami akan datang.
“Bude..bude.. mesake tenan to bude.. athoh tenan hiks..hiks…”kataku terisak. Antara senang bertemu Bude. Dan sedih melihat kondisi mahtabnya yang sederhana dan jauh.
“Hiks..hiks.. Nduk…Bude wingi sempat hilang…” isak Budeku sambil menangis. Hah??!! Gimana ceritanya ?? Rupanya Bude terpisah dari rombongan saat melaksanakan umrah pertama di masjidil Haram. Untung tidak sendiri. Tapi berdua dengan teman sekamar.
Aku bisa membayangkan. Masjidil Haram pasti sudah sesak dengan jamaah saatBude datang bersama gelombang dua. Bude lalu menuntaskan cerita“Sakwise ketemu maneh karo rombongan.. bude rasane wis arep pingsan!!” Duh Bude? Alhamdulillah..Alhamdulillah banget bisa ketemu lagi sama rombongan!!
Bla..bla..bla topic obrolan kami segera berpindah.
“Bude, uang mahtab dikembalikan berapa ?” tanya Ayah.
“650 real”
“Wow!! banyak banget bude!! Pantesan jauh dan kondisinya gini…” kataku spontan
“tapi aku ki seh dieman gusti Allah, nduk. Konco konco sekamarku nom-nom, nek aku kesel muleh seko masjid, aku dipijeti…”
uhm, terselip rasa malu, ternyata Bude lebih bersyukur dibanding diriku.
Ayah meminta HP Bude dan melakukan sedikit setting agar beliau bisa ber-sms dengan diriku. Supaya bisa keep in touch lah.
Teman teman sekamar bude yang berjumlah 4 orang nimbrung ngbrol dengan kami. Melihat kondisi mereka yang jauh lebih muda dari Bude– sekitar 45-50 tahunan lah-kekhawatiran kami pada Bude mulai pupus.
Satu jam berlalu cepat. Kami segera pamit. Pulang ke Shieb Amir. Meninggalkan seorang Bude di Bahutmah. Jaga kesehatan Bude… Hati hati ya..… Semoga Allah selalu memberikan kemudahan dan kekuatan pada Budeku itu…
Hari wukuf di Arafah aku meng-sms Bude "Bude, disini nggak dapat nasi. Bagaimana kondisi di tempat Bude ?" Bude mereply sms-ku "Podho Nduk... wis sing sabar wae...". Uhm, Alhamdulillah Budeku bisa mengerti.
Saat di bis menuju ke Jeddah aku meng-sms Bude lagi "Bude.. aku pamit yo...sekarang lagi jalan ke Jeddah... selamat beribadah di Haram ...tempatnya gantian.." Aku benar benar kaget saat Bude membalas "Aku sakit Nduk, udah dua kali ke dokter... doakan cepat sehat "
Duh Bude ? Tak banyak yang bisa kulakukan selain berdoa, aku sudah otw ke Jeddah!! " Jangan terlalu memaksakan diri Bude... Banyak istirahat aja... Semoga segera sehat."
Beberapa hari setelah aku di Jakarta. Mamah bilang Bude sakit serius di Mekah. Demam tinggi sampai hilang kesadaran. Diperparah dengan kondisi Bude yang mengidap Asma. Uhm, Asma memang penyakit genetik di keluarga besar Bapak. Teringat Bapak, Pakde To, Oom Ton, Mas Didik, Mbak Ndari, Dinta. Pasti mereka prihatin memikirkan, seorang Bude di Bahutmah.
Epilog- Pesan seorang Bude
Mamah bilang Bude sudah sampai Jakarta Jumat lalu. Kemarin-hari senin- Aku dan Aim , Bapak Mamah, dan Mami meluncur ke Bekasi menengok Bude yang baru pulang dari tanah suci. Bude menyambut kami dengan hangat. Walau masih batuk, namun beliau terlihat sehat.
Dengan berlinang airmata Bude menceritakan pengalamannya "Aku ngeroso wis ora nduwe harapan... barang barang ku wis tak kirim muleh...lha wong aku nganti ora sadar..." Kami mendengarkan penuh haru. "Didik bolak balik sms ngedeke atiku... Ibu harus pulang.. kami semua menyayangi Ibu ..." Uhm aku bisa mengerti, Mas Didik putra tunggal Bude, pastinya khawatir sang Ibu sakit di tanah suci.
Satu pesan Bude sebelum kami pulang "berhajilah selagi muda Nduk..." Mami merespon "Doakan saja Bude ya..." Uhm, semoga Allah segera meridhoi Mas Didik &Mbak Ndari serta Papi &Mami untuk bisa berhaji selagi muda.
No comments:
Post a Comment