Monday, June 26, 2006

Sebuah Handycam-Seribu Kenangan

“Tahun lalu handycam kita paling kuno diantara orang tua murid lain. Ternyata tahun ini kita juga satu-satunya yang belum pake handycam digital”. Ayah berbisik pada Bunda. Di tengah riuhnya persiapan pentas seni sekolah Aim.

Bunda nyengir. Ayah memang sudah lama mengajukan proposal untuk membeli Digicam, handycam baru-ber teknologi digital. Menggantikan handycam analog yang kami miliki sekarang. “ Lebih praktis dan canggih, Bun” Begitu Ayah bilang. Tapi Bunda belum menyetujuinya. Banyak hal lain yang harus diprioritaskan.

Bunda ingat. handycam Hitachi ini dibeli Ayah di Singapore saat Iqbal masih bayi. Hampir 11 tahun lalu. Walau kuno, bulky dan ribet- masih pake kaset 8mm-tapi Bunda menyayanginya.

Handycam itu sudah jadi sahabat Ayah Bunda dalam mengabadikan masa-masa indah bersama-anak-anak. Banyak Ulang tahun. Banyak pentas seni sekolah. Banyak liburan, Banyak celoteh, kelucuan , tawa dan cinta direkam olehnya.

Sampai kini pun kami masih sering tertawa jika memutar ulang saat-saat Iqbal belajar jalan. Sempoyongan dan jatuh dirumput. Melihat ulang lucunya Aim -yang baru belajar ngomong - menirukan pemandu wisata di puri Besakih-Bali. “nda ata, momek…..nda ata momek"
(maksudnya:”nggak ada, monyet”) saat kita kehabisan kacang untuk para monyet.

Walau Abang dan Aim sudah besarpun handycam itu tetap berjasa merekam betapa antusiasnya Iqbal membeli tiket di automatic ticket machine - MRT Singapore. Atau betapa excitednya Aim saat menonton Magical Fountain Show di Sentosa island. Banyak saat-saat berharga yang telah diabadikannya. Moment tumbuh kembang anak-anak kami yang luar biasa!!

“Jadi kapan beli Digicamnya, Bun ?” Ayah mendesak
“Nanti aja kalo anak ketiga udah lahir” kata Bunda tersenyum. Ngeles.
Ayah bengong. Ye?? jadi kapan tuh ?

No comments: