Friday, March 02, 2007

Catatan Banjir - Tergenangnya Rumah Barbie

Gorgeous… sampe dimana ?! dimana mana jalan udah tergenang…selalu ambil kanan terus… hati hati nyetirnya “ begitu kata Ayah via telp, satu malam seusai aku kuliah dihari kamis.

Ternyata betul! Malam itu hujan turun dengan derasnya. Seakan tumpah dari langit. Sepanjang Kalibata-pasar minggu-TB simatupang-Lebak bulus- Cirendeu sudah beberapa tempat tergenang. Banyak mobil mogok. Banyak motor menepi di pinggir jalan. Hari sudah nyaris tengah malam. Namun jalan masih rame dengan kendaraan.

Aku berdoa dan berdoa sepanjang perjalanan. Rem mobilku tak lagi pakem jika basah menerjang genangan air yang cukup tinggi. Wiperku terus menghapus derasnya air hujan yang jatuh dikaca. Aku mematikan AC, memacu karimunku pulang menembus banjir. Sungguh aku sangat cemas jika mobilku mogok dijalan. Alhamdulillah, dibawah hujan deras cirendeu..aku sampai juga dengan selamat dirumah.

Jumat paginya, aku sempat kecewa karena speedyku drop. Namun setelah melihat di teve..aku benar benar tertegun. Semua channel menyiarkan berita yang sama. Banjir dimana mana.

Telp berdering “ Bunda.. liat di teve…rumahku kebanjiran!!” begitu adik bungsuku berseru di telp. Hey? Serius nih ?? Saat menelphon itu Dian dan suaminya sudah mengungsi di hotel sejak kamis malam. Meninggalkan rumah mereka yang kebanjiran.

Aku membayangkan rumah adikku yang terletak di perumahan keluarga muda di Bekasi. Adikku biasa menyebut rumahnya sebagai rumah Barbie. Rumah itu memang dicat pink, purple, fushia, persis seperti warna rumah boneka Barbie. Dan kini, rumah Barbie itu kebanjiran setinggi pingang.

Keluarga di condet juga meng-update kabar. Untunglah disana baik baik saja. Mamah dan aku mengabsen kondisi rumah keluarga besar yang lain...

Sabtu malam Dian kembali menelphon dari hotel. Berbagi cerita . Melaporkan pandangan mata. “Jumat siang aku nengok rumah naik perahu karet… seru juga… dimana mana supermarket diserbu.. bahan makanan habis buat persediaan… mobil mobil tetangga banyak yang kerendam … service derek harus waiting list… nggak punya baju bersih..terpaksa deh beli.. ”

Astagfirullah.. sungguh miris aku mendengarnya. Aku menginform berita seorang sepupu kami menangis karena rumahnya kebanjiran setinggi dada. Adikku itu lalu bilang “Kenapa musti menangis? Aku nggak nangis kok... ini memang musibah bersama"

Uhm, sebuah rasa malu menohok didada. Aku tidak yakin aku tidak menangis jika rumahku kebanjiran, apalagi sampai setinggi pinggang. Ternyata adik bungsuku itu bisa memberiku teladan berharga, untuk bersabar saat menghadapi musibah.

Well, walau dari cara mendadani rumahnya adikkku terkesan childish namun aku sadari dia sekarang sudah jadi perempuan dewasa. Rumah Barbie itu telah banyak berjasa merubah adik bungsuku itu. Dari seorang perempuan yang manja, menjadi perempuan muda mandiri yang berpikir dewasa.

Berita di teve terus menyiarkan soal banjir dimana mana. Aku melihat wajah wajah letih anak anak dipenampungan pengungsi banjir. Basah kedinginan. Kesulitan mendapatkan makanan. Uhm, aku tidak yakin aku tidak menangis jika anak anakku dalam kondisi demikian.

Sebuah perahu karet melintas dalam gambar televisi. Membuatku teringat kembali pada Dian. Adik bungsuku yang dulunya manja, adik bungsuku yang dulunya dimanja. .sekarang harus berjuang menghadapi banjir Jakarta.. uhm..take care sis..

No comments: