Sunday, March 11, 2007

A Bridge for the Bride

Ayah terkejut saat mendengar prahara terjadi di rumah Barbie. Dia terdiam cukup lama. Walau dalam keseharian suamiku itu selalu terlihat cheerful, dia shock juga. Aku tau diatas segalanya, pasti dia concern soal perasaan bapak. Kami menghabiskan banyak malam dengan berdebat... berdiskusi... adu pendapat....eventhough end up with no conclusion..

Aku mengingat kembali pasang surut hidup kami. Betul kami kini sharing banyak tawa. Betul kami kini berbagi kebahagiaan bersama. Namun semua itu tidaklah instant. Sudah banyak masa sulit kami lalui. Masa penuh pertengkaran dan airmata. Teriakan. Bentakan....yang sering membuatku berpikir untuk angkat koper dan menangis pulang..."Bunda jangan menangis." Iqbal yang saat itu masih kecil memeluk aku yang menangis seru."Iqbal takut Bunda pergi nggak kembali".Uhm, akhirnya aku memilih bertahan. Aku tetap tinggal.

Dan kini, aku sebetulnya nggak habis pikir kenapa keluarga besar kami mendukung sebuah perceraian.Pertanyaan itu selalu kutanyakan pada suamiku... berulang kali... berulang ulang kali, sampai ayah sebal.
"Ayah nggak mendukung perceraian!!"
"halah...ngga percaya" kataku dengan tampang masam.
"Ayah cuma mendukung apapun yang bapak putuskan"
Aku terdiam. Berbeda dengan aku yang sering beda pendapat dengan Bapak. Ayah memang selalu mendukung Bapak. Untuk hal kecil dan besar. Untuk apapun!! Uhm, No wonderlah. Ayah memang lebih memahami Bapak dengan baik.

Sudah lama memang aku dan Bapak tidak bisa klik... pas... nyambung. Sudah sejak aku remaja sering terjadi friksi, kesalahpahaman dan pertengkaran. Bapak tidak bisa memahami diriku... jalan pikiranku....Vice versa!!

Karenanya aku bersyukur saat ada seorang laki laki yang bisa klik sama Bapak dan pas sama diriku. Aku beruntung pada akhirnya aku menikah dengannya, karena laki laki itu, suamiku itu kemudian jadi jembatan diantara kami. Diantara aku dan Bapakku sendiri.

Aku tau aku dan Bapakku sama sama bukan pribadi yang mudah. Namun Ayah bisa menjembatani kami. Well, rasanya inilah sebab mengapa aku memilih bertahan..aku tak sanggup kehilangan keduanya sekaligus... dengan bertahan... aku berusaha mempertahankan cinta keduanya. Ayah bukan cuma seorang suami buatku. Ayah bukan cuma seorang menantu buat Bapak. Ayah adalah jembatan antara aku dan Bapakku...

On my wedding day…I'd knew that my Dad....finally find someone... who become.. a bridge for the bride....


No comments: