Wednesday, February 07, 2007

Gagalnya Catering di Armina – Ujian Pemerintah Indonesia

Dua hari sebelum keberangkatan ke Arafah, tertempel pengumuman dari pemilik mahtab di dalam lift. Intinya, untuk tahun ini pengurus mahtab tidak bertanggung jawab lagi atas catering di armina seperti tahun tahun lalu. Karena pemerintah Indonesia telah menunjuk satu perusahaan catering.

Uhm, kami tidak berpikir buruk. Kami hanya tau, tahun ini ada perubahan system catering. Saat berangkat wukuf ke arafah kami tidak punya pikiran buruk bahwa perubahan sistem ini ternyata tidak berjalan mulus. Makanya kami hanya membawa sedikit roti plus keju, sedikit biscuit, dan 2 pop mie sebagai bekal..

Semua teman yang sudah berhaji bilang makanan di Armina melimpah, karena selain catering nasi box yang disediakan pemerintah melalui pengurus mahtab, banyak sekali sadakoh orang saudi berupa roti , kue, biscuit dan buah buahan. Pokoknya makanan adalah hal yang tidak perlu dipikirkan jamaah. Yang penting ibadah dan ibadah.

Setelah semalam di arafah nggak ada dapat jatah nasi, kami juga tidak mendapat infomasi yang jelas. Yang ada cuma bisik bisik. Pagi hari saat dhuha, aku begitu gemetar. Pengin makan yang rada proper-nasi maksudku-tapi yang ada dihadapanku adalah box sodakoh berisi kue kue yang belum kumakan sejak semalam.

Ayah menghampiriku dan mengingatkan , “Bun, prepare dengan kondisi terburuk. Ayah dengar bisik bisik kita nggak dapat jatah nasi. Ada masalah catering. Makan apa yang ada!! Jangan pilih pilih, ini demi kesehatan Bunda sendiri.”

Walau terkejut!! What?! Serius nih?! Aku tidak memperpanjang pembahasan dengan ayah. prioritas segera isi perut !! Dengan gemetar aku mulai makan. Aku berusaha bersyukur dengan apa yang kumiliki. Roti, keju, kurma, biscuit. Jeruk. Semua kumakan tanpa berpikir lagi soal rasa. Minum jus kotak yang manis buanget juga sangat menolong. Alhamdulillah aku merasa lebih baik. Berikut berikutnya –tanpa lagi disuruh ayah-aku selalu makan jatah box kue yang kudapat. Aku tau, ini demi kekuatan dan kesehatan diriku sendiri.

Menjelang sholat dzuhur baru ada informasi resmi dari kepala Kloter, bahw kami diminta bersabar. Ada masalah dengan catering sehingga kami diharapkan makan apa saja yang ada. Apa yang kami punya. Dari box sodakoh maupun sedikit bekal yang kami bawa dari Mekah.Masya Allah!! Ternyata bisik bisik yang didengar Ayah benar…

Beberapa sms mulai masuk dari Indonesia. Wow ?? begitu cepat masalah ini sampai ke Indo?? Rupanya banyak juga jamaah saat itu yang berprofesi wartawan atau anggota DPR mereka-lah yang men-sms ke Jakarta. Dengan cepat berita bahwa terjadi masalah catering, merebak di tanah air..

“makanan terlambat ya, Bin?" tanya Mulat.
“Bunda, apa bener sampe minum air ledeng??..” tanya Dian
”Jamaah haji kelaparan, gue liat ada beritanya di Internet…” kata Bram
“Bunda, kelaparan ya ? “ tanya Iqbal

Uhm, kelaparan sih nggak, sayang…. Alhamdulillah masih ada makanan. Tapi emang nggak enak nggak ketemu nasi. melayu is tetap melayu… you know… belum berasa makan kalo belum ketemu nasi. Sejak makan siang terakhir kami di Mekkah, 45 jam kemudian baru kami mendapat nasi box-sadakoh dari orang Saudi, saat hari kedua di Mina.

Sepulang dari armina, baru aku sempat merenungkan hal ini. Ugh!! Alangkah malunya pemerintah Indonesia. Di forum akbar internasional gini, imagenya drop. Jamaah Indonesia paling banyak, 10% dari total jamaah. Pastilah masalah ini rame dibicarakan oleh jamaah Turki, Malaysia, dan bangsa lain. Uhm, seharusnya pemerintah kita malu..

Banyak yang bilang ini ujian buat jamaah. Bisa bersabar atau tidak. Well, banyak kisah, banyak cerita yang kudengar.. Konon banyak terjadi perebutan box nasi sadakoh.. Jamaah berlari lari mengejar mobil distribusi sadakoh (ada dokumentasi pribadi yang sudah disiarkan di teve)-demi mendapatkan nasi.

Ada juga kepala kloter disandera dimintain pertanggungan jawab. Ribut berebut air panas. Sampai dengan penjarahan dapur umum mahtab 7 di Mina (teman dirombongan sempat mendokumentasi pake handycam nih) Astagfirullah al adzim!! 200 ribu lebih jamaah, memang tidak semua sama penerimaannya.

Sayang sungguh disayangkan. Seharusnya jamaah hanya memikirkan Ibadah. Namun bisa dimengerti, disaat perut menagih minta nasi-melayu is tetap melayu ..you know…konsentrasi jadi terpecah. Ibadah jadi tidak bisa semaksimal seperti yang diharapkan. Kesabaran menipis. Kesehatan dan daya tahan tubuh drop.

Sedih membayangkan nenek kakek, aki nini, simbah eyang yang berhaji bareng kami tahun ini. Kondisi ini pastinya berat untuk mereka lalui. Walau depag memberikan kompensasi 300 real/orang, namun menurutku kelalaian ini tetap tak tergantikan dengan sejumlah uang.

Tidakkah ada yang berpikir, bahwa ini justru ujian bagi pemerintah Indonesia ?? Bangsa kita terkenal korup!! Sepertinya Allah mengingatkan pemerintah kita dalam forum akbar internasional ibadah haji ini, untuk lebih mawas diri. Allah mengingatkan pemerintah kita agar berusaha jadi pemimpin yang amanah, dan peduli akan nasib rakyatnya.

Tidakkan ada yang sadari bahwa masalah ini-gagalnya catering jamaah haji Indonesia- adalah juga teguran-peringatan Allah kepada pemimpin-pemimpin bangsa kita.

Seperti juga begitu banyak bencana alam, kecelakaan moda transportasi. Tidakkah pemerintah kita aware ?? Untuk bebenah. Beberes diri. Memperbaiki kinerja...

Jadi pemimpin-pemerintah memang tidak mudah. I know that.. Jika saja pemerintah kita bisa-copy paste-meneladani kepemimpinan Rasulullah dan para sahabat untuk menjadi pemimpin yang amanah. Insya Allah... Allah akan melindungi memberikan rahmat yang lebih berlimpah kepada negeri kita tercinta ini. Marilah kita sama sama berdoa untuk punya pemimpin yang lebih baik dan amanah, dimasa yang akan datang.

Note : Foto saat Menag bertemu dengan para kepala kloter di Mekkah untuk membahas gagalnya catering ini, diambil dari web depag.

Cerita Lucu – Gelandangan Intelek

Seorang bapak dalam rombongan kami, pergi berhaji bersama istri dan mertuanya. Mereka hampir sebaya dengan kami-sekitar 40 tahun. Namun mertuanya sudah berusia 70 tahun. Sungguh sedih melihat Eyang Putri yang sudah sepuh itu terpaksa makan apa adanya sepertti kami. Beliau bawa obat jantung segepok!! Aku ngeri, duh Eyang semoga kurangnya asupan makan, tidak berpengaruh pada jantungya.

Saat mabit di muzdalifah, teman kami itu berusaha mencari nasi buat sang mertua. Dia rela ikut mengejar mobil box distribusi nasi sodakoh. Dapatkan ? Nihil!! Jumlah nasi box yang dibagi tidak sebanding dengan jumlah jamaah yang meminta.

Ketika dia kembali di tengah kami, teman teman melempar guyon. “Kita nih bisa dibilang gelandangan intelek… uang ada... pendidikan tinggi... tapi masih juga ngejar mobil sadakoh…”

Gelandangan Intelek. Geli juga kalo dengar istilah itu. Walau uang ada, tapi kalo nggak ada yang jualan.. uang tidak banyak membantu. Pendidikan tinggi, tapi kalo kebutuhan akan nasi begitu mendesak... terpaksalah rela mengejar mobil sadakoh.

Gelandangan intelek...hi..hi.. emang kata yang pas banget buat mengambarkan kondisi teman kami saat itu hi..hi..

No comments: