Friday, February 02, 2007

Mabit di Muzdalifah-(2) Ujian Terberatku

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji..." (QS.2:197),

Entah berapa bis sudah berlalu, akhirnya sampai juga aku pada ujung belakang palang sejajar itu . Aku mengamati baik baik. Hah?! Aku terkejut! Masya Allah!! pantes aja antrian berjalan begitu lambat. Ya ampun!!

Rupanya banyak jamaah pelan pelan menerobos palang sejajar itu dari samping!! Tentu saja mereka berada di muka antrian kami!! Tentu saja mereka keangkut bus duluan. Hah!! enak saja!! Bapak dan Ibu yang diserobot dalam antrian cuma bisa beristighfar. Mereka terlalu sabar, menurutku. Ini tidak adil. Its totally un fair!!

Aku segera melupakan rasa lelah dan kedinginanku. Sontak aku berdiri tegak dan berseru sebal “Hey!! Jangan nyerobot Bapak..Ibu..hargai kami yang udah antri !!” Walau suaraku tak seberapa latang, tapi ditengah padang yang sepi itu langsung terdengar jelas dan keras.
Seorang bapak berpakaian ihram, berkacamata dan bermasker (emang boleh menutup muka saat ihram??) malah menantangku dengan berucap “batal tuh… batal hajinya… marah marah !!”

Waaah kurang ajar!! Kali ini aku benar benar marah!! Who You ?!! Allah the God ? How dare you jugde my Hajj??!! Kemarahanku meluap. Umpatan sudah siap di ujung lidah... makian siap terucap...

Untungnya Ayah segera memelukku dari belakang dan berbisik “Tahan! Istighfar! jangan ladeni!! Itu pasti setan yang mengoda supaya Bunda marah..” Astaghfirullah al adzim aku beristighfar. Akhirnya aku dan ayah hanya bisa berseru mengingatkan teman teman yang dalam antrian untuk siaga. Jangan mau di serobot!! Rapatkan barisan!!

Mendengar seruan kami, seorang teman sekamar yang 5 meter didepan kami baru sadar. Eh, kok nenek didepan ini nggak maju maju ? kok jarak nenek dengan orang di depannya jauh amat ?? Masya Allah!! Rupanya nenek tadi emang di"pasang” rombongan penyerobot sebagai tameng, supaya mereka leluasa masuk dari samping palang sejajar.

“Nek maju nek..” pinta temanku.Nenek itu menggeleng.Uhm, pasti dia takut sama rombongannya. Dengan sangat menyesal temanku itu merangkul sang nenek dan mendorongnya rapat kedepan. Merapat!!

Rombongan KBIH penyerobot yang memakai idenstitas warna unggu itu mulai frustasi nggak bisa nyerobot antrian lagi. Mereka malah mengecamku “Ibu yang sabar dong..”
“Sabar ? Ibu yang seharusnya sabar !! antri dari belakang !!” seruku
“Bu.. kita kan lagi ibadah ..sama sama dong “ kata mereka.
“Eh Bu!! Ibadah juga harus pake aturan. Jangan main serobot!! kataku tajam.

Dengan bahasa sunda yang kasar -rupanya mereka KBIH dari Bogor- salah satu dari mereka bilang bahwa nyerobot itu kan karena mereka cerdik. Well, mungkin mereka pikir kami tidak paham bahasa sunda. Ayah langsung membalas “nyerobot teh sanes cerdik…eta nami na dzolim

Mereka benar benar sebal dengan aku dan Ayah. Mereka hopeless untuk bisa menyerobot dalam barisan yang sangat rapat “udah deh…. ntar aja lagi.. setelah dua orang ini lewat” kata mereka menunjuk muka kami. Hah!! Bodo amat !! Kami tidak perduli.

Seperti yang kuduga, jika semua teratur- tanpa penyerobot-dalam tiga puluh menit kemudian aku sudah di atas bis. Saat itu pukul 2.00 jadi dua setengah jam waktu yang kami habiskan dalam antrian. Ugh!! Aku bener bener capek!! Lahir batin.

Didalam bis yang membawa kami ke Mina terbayang dan terngiang kembali kata kata Mamah sebelum aku berangkat “kowe sing sabar nduk… nang kono kuwi… kabeh wong ketok asline.”

Air mataku mulai menetes. Menyesal. Kenapa aku marah marah ?? kenapa aku loss control ?? Aku tau aku sadar, berbantahan adalah hal yang pantang dilakukan dalam kondisi berihram. Itu tertulis di Al Quran !! Astaghfirullah al adzim.. Astaghfirullah al adzim aku banyak banyak beristighfar.

Walau isi kepalaku bilang apa yang kulakukan adalah benar. Well, memang aku tak pernah segan menegur, melarang, mengecam, siapapun yang berani memotong antrianku di ATM. Di supermarket. Di bank. Di kasir rumah sakit. Dan banyak tempat lain. Hey!! Somebody should tell the rules!!

Namun hati kecilku tetap menyesalinya . Ini bukan antrian biasa. Ini antrian dalam ibadah mencari ridho Allah. Kalo orang lain bisa sabar dan ikhlas di serobot , kenapa aku tidak ??

kenapa aku tidak ?? pertanyaan itu terus mengejar. Ya, kenapa aku tidak bisa sabar dan ikhlas barusan ?? Airmataku terus menetes...Sabar dan ikhlas adalah ujian terberatku.

Padang muzdalifah menjadi saksi betapa aku tak bisa melewatinya dengan baik. Menyesal, aku sunguh menyesal. Astaghfirullah al adzim... Astaghfirullah al adzim aku banyak banyak beristigfar.

Bis kami sampai di mahtab 7 perkemahan di Mina. Selama di Mina, setelah kembali ke Mekkah, semalam di Jeddah sampai dengan kembali ke tanah air, aku tak putus berdoa semoga Allah berkenan menerima ibadah hajiku...

No comments: