Wednesday, September 06, 2006

Kisah Kehidupan

Menjadi broker. Menjual dan mencarikan rumah untuk orang lain membuatku melihat banyak sisi kehidupan lain yang jarang terungkap. Sudah setahun ini aku menyibukan diri dengan menjadi broker professional di sebuah kantor property agent.

Menjadi broker. Tidak sesederhana yang dibayangkan. Mencarikan rumah second yang cocok tidak mudah. Membeli rumah hampir seperti mencari istri atau suami. Jodoh-jodohan. Menjadi broker hampir sama sulitnya dengan menjadi mak comblang :-D

Rumah adaah kebutuhan pokok. Semua keluarga pasti ingin memilikinya. Jika sudah punya yang kecil pun, masih ingin beli dan pindah yang lebih besar. Jika sudah punya yang besarpun masih pengin beli dan pindah di cluster yang lebih exclusive atau strategies. Begitulah manusia. Tidak pernah merasa puas.

Menjadi broker membuatku melihat sendiri. Betapa orangtua bukan hanya memberikan kasih sayang yagn berlimpah, tapi juga materi yang berlimpah. Aku beberapa kali menghandle klien yang mencari rumah untuk anaknya yang akan menikah. Wow sungguh pasangan yang beruntung!!

Aku tidak terkejut jika mereka bilang budgetnya 300-400 juta. Tapi aku benar-benar shock, nyaris tersedak, saat seorang klien berkata dia punya budget 1.5 M dan bilang besok menantunya akan datang melihat. Aku diminta mengantar lagi.

Pagi itu aku bertemu dengan sang menantu yang super beruntung. Seorang perempuan muda Chinese yang cantik, kurus tinggi, modis dan selalu berbahasa English. Tumben juga pikirku aku terpaksa meladeninya berbahasa English.
Tapi aku penasaran, kutanya sang ibu mertua yang kalo ngomong medok-suroboyoan, ”menantu Ibu orang asing ya ?” Sang Ibu mertua tertawa bangga. "Iya, Orang Taiwan. Ketemu anak saya waktu sama-sama kuliah di Australia." Aku ikut tertawa. Pantas aja selalu ngomong English!!

Walau sang menantu itu tidak menyukai rumah yang kutawarkan, tapi aku tidak menyesal. Aku senang pernah mengenal mereka. Seoarng Ibu mertua dan sang menantu yang super beruntung.

Kali lain tentang transaksi temanku. Dia menghandle rumah seharga 1.5 M. pembelinya menawar hanya sampai 1.3 M. Sulit tercapai titik temu. Aku bertanya heran "penjualnya butuh jual cepat gngak sih ? masak nggak mau turun ?"
Temanku bilang"Itulah aku sebetulnyakasihan. Yang punya rumah ini janda yang dicerai suaminya. Tadinya dia punya 3 rumah. Satu-satu dijual. Ini rumah terakhir . Dia memang tidak terbiasa bekerja. Jadi dia bertahan di angka 1.5M. kebutuhannya banyak. Anaknya masih pada sekolah.kasihan bener deh"
“Trus kenapa pembelinya nggak mau naik penawaran?"
“soalnya calon pembeli ini lihat rumah itu sudah pada bocor, nggak terawatt,Listrik dan air sudah diputus karena sudah lama menunggak. Pembelinya bilang segitu harga yang pantas.Dia kan masih harus banyak renov.”Aku miris. Kasihan. Jika rumah itu dijual, mereka akan tinggal dimana ?

Kabar berikutnya makin membuatku sedih. Begitu ada pembeli yang lebih serius, ternyata rumah itu tidak bisa ditransaksikan, sertifikatnya kena sita eksekusi marital. Tidak bisa dijual tanpa persetujuan mantan suami yang sekarang entah sudah berada dimana. Walau aku tidak kenal janda itu tapi aku kembali miris. Kasihan.

Ada lagi klien temanku. Klien ini perempuan yang masih muda, dia meminta patnernya membelikan rumah dengan budget yang cukup tinggi. Patnernya adalah seorang bapak yang sudah berumur.

Perempuan itu insisnt membeli rumah atas nama dia. Sang Bapak masih pikir-pikir, jika dia setuju membiayai, dia tidak punya hak atas rumah itu . Mereka tidak punya surat menikah. Perempuan ini lalu merayu temanku “Mbak tolong bantu saya meyakinkan bapak bahwa rumah itu sudah cocok untuk saya."
Temanku –seorang perempuan menikah baik-baik- jadi sebal.
Siapa tau perempuan ini mengganggu rumah tanga orang kan ? Temanku yang sudah senior itu akhirnya bilang apa adanya "kalo saya bantu meyakinkan, emang saya dapat bagian apa ?" perempuan itu speechless. Akhirnya transaksi itu batal , namun temanku tidak menyesalinya.

Banyak kisah-kisah kehidupan lain manjadi latar belakang jual beli rumah.Selain kisah tentang banyak keluarga bahagia, banyak juga kisah pembagian harta gono gini. Pembagian warisan. Perceraian. Istri kedua . Perempuan simpanan. Rumah sitaan. Tanah sengketa. Bisnis yang bangkrut, Dan banyak lagi.

Well, Menjadi broker rumah membuatku banyak punya wawasan, akan berbagai kisah kehidupan.

1 comment:

Anonymous said...

mas,boleh tau, berapa persen yah, yg didpt dr broker bila berhrp dpt persenan dr pembeli rumah atw penjual, dari harga rumah yg disepakati, terimakasih