Friday, July 28, 2006

Aku dan Para Sahabat Di Hari Wisuda

Evelyn, Watiek, Dewi

Evelyn dan Watiek dekat. Mereka bersahabat. Awalnya mereka kemana-mana berdua. Aku tertarik buat ikut bergabung. Menurutku mereka menyenangkan. Tak lama Dewi ikutan. Kami lalu banyak menghabiskan waktu berempat.

Jika kami diibaratkan kakak beradik. Dewi adalah kakak sulung. Dengan pembawaan yang tenang. Jalan pikir yang dewasa. Dia pantas untuk posisi itu. Walau aku lebih tua dari Evelyn, tapi dia lebih stabil secara emosi. Dia lebih pantas jadi kakak kedua. Aku lalu memanggilnya Teteh. Aku jadi yang ketiga, karena Watiek memang pantas jadi bungsu. Dia senang bermanja-manja dengan kami. Dan kami dengan senang hati mengurusnya. Dia lemah jantung. Dia sering pingsan. Aku menyayangi mereka!!

Kami berempat bersahabat dekat.Walau tidak ada yang tinggal satu kost, kami selalu berbagi gossip, berita dan cerita tentang apa saja. Soal keluarga, cowo-cowo (saat itu ini bahasan paling menarik dan nggak ada habisnya ha..ha..) dan hal-hal yang menyangkut kuliah. Semua dibahas tuntas!!

Kami pernah nginep bareng berdesakan di kamarku di Melati. Kami sering cekikikan di kamar Dewi di Sunda Karya. Belanja belanji, ngerujak & nge-jus, jalan bareng, naik gunung bareng, makan indomie di sindang reret depan persada. Tapi aku ingat, kami adalah pelangan setia warung makan Yunani yang persis didepan kost Dewi .Semua itu mewarnai hari hari kami selama kuliah.

Hari wisuda sahabat-sahabatku

Makanya sebetulnya aku cemburu, saat januari 1993 mereka bertiga wisuda bareng. Aku ketinggalan. Aku belum lulus. Bukan salah siapa-siapa. Aku memang lambat mengerjakan penelitian dan skripsiku.

Namun Aku berusaha berbesar hati. Aku datang wisuda mereka. Aku merelakan sahabat-sahabatku tersayang, lulus duluan. Di hari mereka wisuda, kami berfoto bersama.
Untuk mengabadikan kenangan, akan persahabatan kita berempat.


Windy, Muslih, Heru,

Aku mengenal Windy sejak TPB. Dia sering ke tempat kostku di TM18 menemui Masta. Mereka satu SMA. Mereka sama-sama tomboy. Mereka satu gereja

Aku mulai dekat denganya menjelang tingkat akhir. Aku dan dia sekamar di AGK. Kami bersahabat. Dia sudah tidak lagi tomboy. Dia tidak lagi ke gereja. Dia pindah Islam.

Di tahun-tahun pertama ku di MP aku memang dekat dengan Evelyn, Dewi dan Watiek. Tapi di tingkat akhir, aku paling dekat dengan Windy. Kami berbagi kamar, gossip, berita ,cerita, apa saja!! Semuanya!! Tidak ada yang kusembunyikan darinya. Dia mengenalku luar dalam. Vice versa.

Windy cewe yang pandai. Kami berimbang.
Hanya saja aku lebih beruntung.
IP ku lebih tinggi dari IP nya :-)

Hari Ujian Windy
Hari itu Windy ujian sarjana. Aku, Muslih, Heru dan teman-teman menunggu diluar ruang sidang. Ngobrol. Waktu berlalu. Menjelang sidang berakhir Muslih mengintip kedalam melalui celah jendela . Dia bilang sesuatu yang mengejutkan “Jangan-jangan Windy nggak lulus. Pak kamar keluar nggak pake salaman sama Windy!!”.

Pintu ruang sidang terbuka. Pak Kamarudin keluar bersama dosen penguji yang lain. Kami segera menghambur ke dalam. Muslih benar. Windy tidak lulus. Dia menangis dalam pelukanku.

Aku bisa merasakan kesedihannya. Malam-malam panjang yang dihabiskan untuk penenelitian di lab Energi . Seakan berakhir sia-sia.

Sambil memeluk Windy yang terus menangis aku jadi teringat ujian sarjanaku beberapa minggu sebelumnya. Aku juga terganjal. Pak Bambang tidak memberiku kelulusan begitu saja. Aku lulus bersyarat. Aku dinyatakan lulus, asal dalam seminggu sejak tanggal aku ujian, aku memasukan paper tentang pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa kujawab di ruang ujian. Untunglah hari itu aku sudah membereskan persyaratan itu.

Windy cewe yang cerdas. Kami berimbang.
Hanya saja aku SELALU lebih beruntung
Pak Bambang memberiku lulus bersyarat
Sedang Pak Kamarudin tidak meluluskannya :-(

Windy diberi kesempatan untuk mengulang ujiannya. Agar dapat ikut wisuda periode Mei-jadwal hari wisudaku. Walau aku dan teman-teman berusaha memotivasi dia untuk mengejar tengat waktu wisuda, tapi Windy terlalu lelah untuk itu. She need break,and we all understand.

Hari Wisudaku
Di hari wisudaku aku datang terlambat. Hampir 30 menit terlambat. Mobil Bapak bermasalah di Tol. Untung Eddy bisa membereskannya. Hm. Bapak memang bisa mengandalkan banyak hal pada calon menantu kesayangannya itu.

Para wisudawan sudah masuk GWW. Aku berpencar dengan keluarga. Wisudawan dan keluarga memiliki pintu masuk yang berbeda. Aku bergegas.

Di depan pintu khusus wisudawan. Aku bertemu Heru. Dia berdiri disana sambil membawa kameranya. Aku melambai dan tersenyum. Dia balas melambai dan tersenyum. Aku sudah begitu telat. Aku tidak sempat mengucapkan sepatahkatapun, walau cuma untuk sepotong “thanks”. Aku bergegas masuk, dan berbaur dengan wisudawan lain.

Saat itu aku senang bisa wisuda bareng sahabatku Muslih. Teman-teman yang ketika itu juga Wisuda antara lain Tuti, Arum, Sutini, Robby, Bogi, Arief, dan Erfan -ehm, kesadaran bahwa aku wisuda bareng Erfan, sayangnya kudapat bertahun-tahun kemudian.

Setelah acara wisuda di Fateta berakhir. Aku foto berdua Muslih. Aku foto berdua Evelyn –dia hadir mendampingi Arief yang juga wisuda. Aku berfoto bersama para sahabat.
Aku melihat sekeliling. Apakah Windy hadir disana?
Ternyata tidak. Banyak yang bilang dia ada di AGK. Heru menemaninya.

Di hari wisuda aku bahagia, bisa membuat Bapak bangga akan diriku. Walau tetap terselip perih. Karena Aku meningggalkan Windy dan Heru lulus duluan. Aku meninggalkan sahabat-sahabatku itu untuk wisuda duluan.

Epilog.
Windy akhirnya lulus sidang sarjana nya yang kedua. Dia wisuda pada periode berikutnya. Aku khusus datang dari Jakarta untuk menghadiri wisudanya. Kami berfoto bersama.

Sedang Heru, well..aku tidak tau persis kapan dia lulus. Sebab rasanya saat itu aku sudah menikah dan menetap di jakarta. Tetapi Menurut informasi yang kudapat dari Muslih-setelah lulus ujian, Heru memilih untuk tidak ikut wisuda. I never asked Heru why, coz I knew him as a freak best friend of mine :-D

1 comment:

Anonymous said...

Baca blog ibin asik juga, membuat aku senyum senyum sendiri di kantor. Apa lagi sekarang lagi bt ama kerjaan. Bin tulis lagi yang laen dong.

ananta