Wednesday, July 19, 2006

KKN = Kenangan Kisah Nyata

Prolog
Pangandaran berduka. Aku melihat di Metro teve, berita tentang tsunami yang terjadi hari senin kemarin. Aku miris melihat banyak puing, aku sedih mendengar banyak korban jiwa yang jatuh. Bagaimanapun, aku pernah menjadi bagian dari kecamatan pangandaran. Aku KKN disana.


“Aku tidak setuju!!” begitu Muslih bilang.Suatu hari ditahun 1991. Saat itu kami, peserta KKN dari IPB sedang meeting dikecamatan. Membahas program kerja dan diskusi darimana kami mendapat dana. Seseorang iseng mengusulkan Porkas. Dan Muslih menentang dengan keras.

Ya, saat itu memang porkas sedang ngetrend. Perjudian terselubung itu memang resmi dari Depsos. Tetapi judi tetaplah judi. Sebagai mahasiswa terpelajar akhirnya kami sepakat untuk tidak meminta sponsor dari porkas.

Kami memang harus memberi contoh yang baik kepada masyarakat tempat kami KKN. Selama KKN aku melihat dengan mata kepala sendiri kondisi akar rumput bangsa yang sesungguhnya. Mereka gemar porkas. Mereka mensukseskan pemilihan kuwu (=lurah) dengan cara membagi amplop sana-sini. Cara yang dicontohkan partai politik yang mendominasi daerah ini. Mereka tidak concern akan sawah dan ladang yang mereka miliki. Mereka lebih senang mencari uang dengan menyewakan ban, berjualan minuman dan pakaian di pantai.

Pantai Pangandaran membantu mengerakan perekonomian di desa-desa sekitarnya. Tidak heran pengetahuan mereka tentang pertanian tertinggal, itu yang aku simpulkan dari bertukar cerita lewat surat dengan para sahabat yang ber KKN di kabupaten lain. Aku juga bisa memaklumi rasa frustasi petugas penyuluh pertanian yang ditempatkan disana.Objek Wisata Pantai Pangandaran memang lebih menjanjikan income.

Selain belajar banyak tentang kehidupan disana. Aku juga banyak menyimpan kenangan saat KKN. Aku masih ingat serunya naik dibak terbuka sebuah pickup (itulah public transportasi yang tersedia, udah untung kalo nggak bareng kambing), berbonceng motor bertiga, menikmati senja di pantai, makan kelapa muda ampe bosen, memanen padi di sawah. Nonton bioskop dengan film yang udah basi, dan kebaikan hati seorang Muslih.

Kalau aku lagi bete dengan teman-teman se desaku, aku suka cari suasana baru dengan pergi ke desa Muslih. Naik ojek pagi-pagi sekali, untuk menghabiskan hari di desa Muslih.Aku bantu-bantu kegiatan teman-teman KKN di desa itu. Menjelang magrib Muslih mengantarku pulang. Beberapa kali terjadi seperti itu. Sampai dengan KKN berakhir.

Aku KKN bareng Muslih. Akhirnya tanggal 28 Mei 1993, aku wisuda bareng Muslih. Kuajak Mamah dan Bapak untuk menyalami muslih. Mengucapkan selamat.
Yang tidak kuduga Bapak bilang gini “ Nak Muslih. Terimakasih ya Bintari banyak dibantu dan ditemani saat KKN”
Ups Aku jadi malu. Ih, Bapak? apa-apaan sih?
Muslih tersenyum. Aku cuma bisa nyengir.

Epilog
Pangandaran berduka. Aku meng-sms Muslih. Kami sama-sama berharap. Agar Mereka yang terkena musibah, dapat menerima cobaaan ini dengan sabar dan tabah.

No comments: