Wednesday, October 04, 2006

Satu Jam di Kamar Operasi

Kamar operasi RSPI. Sudah dua kali aku operasi disitu untuk melahirkan Abang dan Aim. Sekali aku pernah juga menunggu di ruang tunggu kamar operasi itu. Saat Iqbal dikhitan dengan bius total, maklum saat itu dia masih bayi satu tahun. Rabu itu, minggu lalu, Dokter menjawalkan aku masuk ke kamar operasi RSPI itu lagi. Duh ? Aku ngeri bakal masuk kembali kesana...

Setelah lelah menunggu penuh kecemasan dan berpuasa. Jam 9.30 malam akhirnya suster datang membawa kursi roda "kamar operasi sudah memanggil. Ganti baju ya bu" aku dibantu ganti baju operasi dan diturunkan dari lantai 3 yang khusus kebidanan ke kamar operasi dilantai 2. Bapak, Mamah, Ayah, Aim ,dan Reza mengantar sampai pintu masuk ruang operasi.

Aku dipindah ke tempat tidur beroda di ruang persiapan operasi.Brr..dingin banget kayak dikulkas. Aku mengigil. Kedinginan,takut dan cemas. Aku belum pernah kuret. Aku akan menjalani bius total. Bagaimana ya rasa kuret? sakitkah? bagaimana ya rasanya dibius total? pernah sih. Tapi udah lama. Kayaknya sih dulu baik baik saja, cuma pusing dan mual setelahnya.Sebatulnya aku luarbiasa cemas, tapi aku menahan diri untuk tidak menangis.

Tumben dokter SBY sudah standby. Biasanya beliau justru yang suka telat. Aku bisa melihatnya mondar mandir sudah berpakaian operasi lengkap. Seorang perawat senior yang bertugas kamar operasi memasang jarum infus dilenganku, mengajak ngobrol dengan ramah "dokter anestesinya telat-tarawih dulu-tapi udah ontheway kok". Ugh!! aku terpaksa kedinginan menunggu.

Akhirnya aku didorong masuk kamar operasi yang luar biasa dingin. Aku diminta geser ke atas meja operasi yang berasa kayak es. Kamar operasi itu begitu mengerikan. Dingin. Bersih. Lampu besar diatas tubuhku membuatku makin ngeri. Perawat mulai menaikkan kakiku ke penyangga....duh? "dokter, saya takut!" kataku spontan pada dokter Bambang, persis banget kayak anak kecil yang takut disuntik.

Dokter Bambang menyahut kalem "tenang ibu..kita bius ya"
Perawat perempuan senior memasang selang oksigen dan berbisik "berdoa sayang..."
Dokter anastesi memegang lenganku dan mulai menyuntik. Doaku belum juga kelar saat pandanganku mulai memudar...dan wuzz....aku tak ingat apa apa lagi.

Rasanya seperti cuma sekejap. Aku nyaris tak percaya aku sudah berada di ruang observasi untuk pemulihan kesadaran. Aku merasa nyeri yang luar biasa dibagian bawah, but its ok..aku bisa menghandlenya. Tidak sesakit yang aku bayangkan. Tidak sesakit operasi caesar yang sudah duakali kujalani.

Aku bertanya pada perawat dekat situ "udah nih? berapa lama?"
"udah. cuma sepuluh menit kok bu"
well, dalam kondisi tidak hamil, rahim memang cuma sebesar telur ayam. Persiapan justru lebih lama dari tindakannya sendiri. Suster perempuan petugas kamar operasi mendekat memintaku rileks, "tarik nafas panjang bu..saya ambil tamponnya ya.." Aku cuma bisa pasrah.Aw!!...sakit!! Untung aku tidak menjerit.Tapi setelahnya aku merasa sedikit lebih nyaman. Tidak ada yang terasa menganjal. Tinggal perih dan nyeri saja.

Dokter Bambang menghampiri, menunjukkan jaringan yang diambil dari rahimku, tidak ada yang istimewa. Cuma tampak seperti daging cincang yang terapung dalam cairan keruh kemerahan."nanti kamis kontrol lagi ya.sekalian baca hasil patologinya" aku cuma bisa mengangguk. "seminggu istirahat dirumah.jangan dinas dulu"katanya lagi.

"kapan bisa pulang dok?" tanyaku penuh harap.
"suster rawat inap akan monitor kondisi ibu,kalau semua ok. Boleh pulang besok tanpa tunggu saya visit".

Suster lantai 3 datang menjemput. Aku masih berasa teler. pusing. mual. mungkin pengaruh anestesi. mereka mendorong tempat tidurku kembali ke kamar. Malam itu Ayah dan Aim menemani bermalam di RSPI. Aku masih belum sepenuhnya sadar. Aku takut kalo terjadi shock -seperti concern dokter Bambang karena rendahnya HBku- aku nggak bisa sempat panggil suster. walau masih terasa nyeri dan perih.Alhamdulillah. Sejauh ini semua berjalan lancar.

Jam dikamar 3316 menunjukan 10.30. Walau cuma sepuluh menit penderitaan fisik-Ugh, untung dibius total!! Ini satu jam puncak kelelahan mental selama aku diopname minggu lalu. Aku paksakan untuk segera istirahat. Aku tidur tanpa bermimpi.

No comments: