Thursday, January 25, 2007

Move...please move (1)

"Are you speaking english ?" begitu tanya ayah pada beberapa perempuan Pakisan yang ada di barisan shaf laki laki tempat ayah bersiap sholat.
"Yeah..” kata mereka acuh
“please move…women cannot pray in front of men” kata ayah menyuruh mereka pindah
“later ..later..” mereka mencoba menawar.

Ayah malas berdebat. Aku bisa melihat dari jauh ayah mondar mandir mencari askar. Ayah mengadukan concernnya dan tak lama askar laki laki itu mendekat dan mengusir mereka “hajjah..hajjah..akhir..akhir…” kata sang askar menyuruh perempuan itu pindah ke belakang. Perempuan perempuan itu tidak berani membantah. Mereka bergegas pindah dari shaft itu.“ I already told you…” kata ayah pada mereka

Sholat di masjidil Haram memang lain daripada yang lain. Laki dan perempuan belum tentu bisa diatur depan belakang. Yang umum terjadi. Segerombol laki laki membentuk barisan sholat bersama. Disebelahnya segerombol perempuan membentuk shaft untuk sholat juga. Yang membuat Ayah annoying, kadang ada beberapa peremuan yang membandel sholat di antara shaft laki laki. Kalo hal itu terjadi di shaf dekat ayah , ayah pasti menyuruh mereka pergi.

Jika tuan tuan Malaysia sebelah ayah cuma bisa geleng geleng dan berbisik bisik ”apa perempuan perempuan itu tak baca hadits ? tak belajar quran ? manalah boleh perempuan sholat depan laki laki ?” Ayah memang lebih straight to the point. "Move... please move" begitu ayah sering bilang.

Ayah sering memanggil askar untuk menyuruh perempuan pindah. Termasuk banyak perempuan Indonesia. Rupanya alasan mereka berebut sholat didepan adalah supaya saat sholat mereka bisa langsung melihat kabah. Pernah terjadi perempuan itu protes pada ayah.
“Jangan gitu pak..kita sama samalah aja…kita kan juga pengin ibadah”
"eh Bu..ibadah sih ibadah, tapi kudu ikut aturan yang benar…perempuan tetap nggak boleh sholat depan laki laki “ kata ayah tajam.

Well, kalau askar sudah mengusir mereka pindah, manalah mereka berani membantah??. Askar itu sangat tegas. Tanpa sungkan mereka mengangkat sajadah perempuan perempuan itu dan berteriak lantang..hajjah..hajah..akhir!!

Well, melihat kondisi saft di masjidil haram yang tidak beraturan antara laki laki dan perempuan, tidak ada hijab yang jelas antara laki laki dan perempuan membuat sebagian besar orang menganggap hal itu adalah wajar. Adalah benar. Padahal TIDAK demikian, sesuai dengan tercantum dalam buku petunjuk jamaah haji dan umrah yang dibagikan pemerintah Saudi di bandara saat kami datang, disitu tertulis

Tidak boleh bagi laki laki melakukan shalat di samping wanita atau dibelakangnya, baik di masjidil haram maupun di tempat lainnya dengan alasan apapun. Selama ia masih bisa menghindari hal itu. Dan bagi wanita hendaklah melakukan shalat dibelakang laki laki

Ayah sangat concern dengan hal ini. Buat apa jauh jauh sholat disini kalo sholatnya gak sah karena nggak ikut aturan yang benar ?? Itulah sebabnya ayah berusha mencari tempat yang teratur, dimana laki laki dan perempuan bisa sholat terpisah. Laki laki di depan. Perempuan dibelakang. Makanya walau bukan tempat favorit banyak jamaah-karena kabah nggak keliatan dari sini- tempat favorit kami adalah lantai dua bangunan baru ber AC yang merupakan perluasan kearah Hilton.

Di lokasi ini ada beberapa dinding panjang pembatas dengan bangunan lama yang berkipas angin. Ayah selalu prefer sholat dibelakang dinding itu. Pada awalnya kondisi jamaah disitu lebih teratur. Laki laki didepan perempuan dibelakang. Walau kami yang datang dari arah shieb Amir harus memutari ¼ lingkaran masjidil haram untuk mencapai tempat itu, well, jamaah yang sholat disitu umumnya bertinggal di wilayah Misfalah, namun kami merasa lebih sreg untuk sholat disana.

Aku sangat memahami concern ayah ini. Aku pun selalu sholat terpisah jauh dengan ayah. Aku selalu sholat dibelakang bersama sama perempuan perempuan lain. Nanti ketemu di satu titik untuk pulang bareng. Disinilah Handphone terasa bermanfaat.

Semakin hari masjidil Haram semakin penuh. Semakin banyak jamaah yang sepertinya tidak memahami bahwa konsep laki laki harus sholat di depan TETAP berlaku di Masjidil Haram. Atau kalau pun tau tapi kayaknya menyerah dengan kondisi yang ada. Keadaan shaf semakin tidak beraturan. Laki perempuan bersisian. Sebaris laki. Bisa diseling beberapa perempuan. Ayah semakin sering berkata tajam “ move..please move…."

No comments: