Friday, January 19, 2007

An Old Man and the Holy Alquran

“kok Sinta nggak pernah datang manasik lagi ? Kemana dia ya Bu??" begitu tanyaku pada bu karom-Istri Pak Kepala Rombongan kami menjelang akhir program manasik.
“die batal pergi...pan die hamil” bagitu jawab bu karom kami dengan logat betawinya yang kental.
“oya ? saya pikir dia masih gadis “ kataku heran.

Sinta yang kami maksud adalah seorang perempuan muda yang selalu datang manasik bersama ayahnya, seorang duda yang jadi jamaah paling tua di rombongan kami. “Sinta mah emang kolok ma babenya. Babenya juga kolok ma sinta....maklum anak satu satunye, dan lagi udah lama ditinggal meninggal Ibunya. Makanye ini pengin pergi haji bareng...tapi namanya udah punya laki yak..pan mungkin aja die hamil …” Bu Karom kami bercerita panjang lebar.

Duh? Aku trenyuh. Jadi bapak tua itu akhirnya pergi sendiri ? trus siapa yang akan take care beliau disana??

Satu hari di madinah. Aku, Ayah dan beberapa teman serombongan datang ke Pusat Dakwah Saudi di Madinah.





Saat kami pulang mereka membagikan Alquran dan terjemahannya sebagai kenang kenangan.

Pak Suryo-ayah Sinta yang diceritakan diatas-bertanya pada petugas arab itu“ can I have the English translation version?”
“No. Sorry…Because you’re Indonesian. We should give you Indonesian version” jawab si petugas.
Kami menerima Alquan dan terjemahan dalam bahasa Indonesia, berterimakasih dan segera pulang ke hotel.

Satu hari setelah kunjungan kami ke Percetakan Alquran. Pak Suryo berkata pada ayah
“I asked at the alquran printing yesterday. They didn’t have any stock of Quran with english translation...Uhm..but I need to have one “

Eddy dan pak Suryo memang selalu berbahsa English. No, bukan buat gaya gayaan. Soalnya kan pak Suryo selalu berbahasa jawa kromo inggil dengan siapapun, hal itu membuat ayah kikuk meresponnya. Ayah prefer talking in English with him. Pak Suryo yang sehari harinya adalah dosen bahasa english dengan senang hati menanggapinya.
“So ? you ask me to accompany you to find that book ?" tanya Ayah.
“If you don’t mind…” pinta pak Suryo
“off course not…how about tomorrow ? after Dzuhur ??"
oke. Insya Allah “ kata pak Suryo sebelum berlalu masuk kamar.

Aku dan Ayah bertukar pandang. Alquran dengan terjemahan English. Waaah menarik itu!! Ini bakal jadi koleksi yang istimewa.

Keesokannya ba’da sholat dzuhur aku menuju halaman pintu keluar jamaah laki laki masjid Nabawi dimana ayah dan pak Suryo sudah menanti. Ayah mengandeng pak Suryo menelusuri pertokoan di sekitar masjid. Mencari Alquran yang dimaksud. Ternyata barang langka euy. ..Susah betul carinya!! Kalo pun ada, satu toko cuma punya stock satu.

Menyerahkah kami ? Uhm, ternyata hal ini justru membuat kami semakin ingin memiliki lebih,
“I've change my mind..I need 2 more books for my friend back home “ begitu pak suryo bilang. He..he..kita juga sih …masing masing kami akhirnya merencanakan beli 3 Alquran perorang.

Akhirnya pelan pelan -mengimbangi kemampuan langkah pak Suryo yang timik timik- kami kembali menyusuri toko toko buku disana sambil chit chat. Jika ada yang jeli mengamati kami, pasti mereka merasa geli melihat tiga orang melayu jalan bareng sambil cas cis cus berbahasa Inggris.
“How old is sinta ? your daughter.." tanyaku penasaran. Uhm, soalnya muda banget sih..
“just guess “ kata beliau.
“25 ?”
“No ..she already 30”
“wow…but she look much younger . Thats why I think she still single" kataku spontan
ya…ya…she just married last year”
“ Are you ok going for hajj without her….??"
“I’m ok…you know pak Eddy..Sinta always sms me, and all the sms is always about instructions...Pa, don’t forget to take your pill...don’t forget to use your mask…ugh..thats make me headache!!" keluh pak Suryo.
Kami tertawa bersama. Well, aku bisa mengerti, Sinta pasti mengkawatirkan ayahnya yang sudah tua pergi sendiri.

Akhirnya kami bisa membeli cukup banyak Alquan with english translation.
pak Eddy..I owe your money ya....please remind me”
no need to worry pak..you can pay me at the hotel “ kata ayah. Ayah memang melarang pak Suryo membuka dompet, soalnya beliau baru saja cerita.... pernah berbelanja, tapi lupa meminta kembaliannya. MasyaAllah?..sayang betul!! Uhm, kami maklum beliau sudah tua dan pelupa.

Well, Jika bapak bapak yang sudah tua itu pergi bersama istri, kami tidak perlu kuatir, pastinya mereka saling take care. Tapi dirombongan kami ada beberapa bapak tua yang pergi sendiri tanpa pendaping. Selain pak Suryo, masih ada pak Ali, pak Bajuri, pak Soleh dan beberapa lagi. Sayangnya mereka merasa segan merepotkan bapak bapak yang pergi membawa istri (seperti Ayah) untuk menemani mereka. Mungkin beliau beliau merasa rikuh dengan hadirnya perempuan muda seperti kami. Jadi tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk mereka, unless the have special request seperti pak Suryo diatas.

Bapak bapak sepuh itu prefer meminta tolong pada bapak bapak muda yang juga pergi sendiri. Beruntunglah rombongan kami memiliki pak Jumain, pak Mensa, pak Rahmat, pak Suaib, pak Iskandar yang juga pergi tanpa membawa istri . Dengan keiklahsan hati mereka mau menemani, menolong, merawat bapak bapak yang sudah sepuh sepuh itu.

Masih bisa kuingat-saat di Mekkah- pak Ali dengan kain ihram yang membalut tubuhnya yang ringkih mengenggam erat erat lengan pak Rahmat.“Pak Ali.. nggak usah baca buku doa ya..dzikir aja..sambil pegang lengan saya. Jangan sampai lepas” begitu pesan pak Rahmat sebelum mulai tawaf. Pak Ali yang sering sakit sakitan mengangguk pasrah.

Aku trenyuh. Ah, semoga Allah melindungi, memberi kemudahan dan kekuatan pada bapak bapak yang sepuh itu, dan memberi pahala yang besar pada bapak bapak muda yang take care mereka selama ibadah haji. Uhm, Pastinya mereka yakin. InsyaAllah-pahala nggak akan ketuker!!

No comments: