Wednesday, January 24, 2007

Pelajaran Dari Sebuah Tasbih

"udah bawa tasbih, Bin?" tanya Ibu mertuaku saat mobil kami meluncur ke asrama pondok gede. Aku menggeleng. Lupa. Ah, pasti disana banyak yang jual. Ibu mertuaku mengeluarkan tasbih sederhana dari dalam tas lalu mengulurkannya padaku “pake ini aja”

Aku mengucapkan terimakasih sambil menjejalkan tasbih itu dalam tas dokumen hajiku. Tasbih itu selalu ada dalam tas dokumenku dan selalu kupakai saat dzikir di masjidil Nabawi atau di Masjidil Haram.

Satu malam sepulang sholat Isya di masjidil Haram bersama ayah, sampai di kamar aku memamerkan tasbih baruku pada teman perempuan pertama.
“Hai liat tasbih gue baru…sama ama tasbih yang dibeli mbak Fatma kemarin ya.” Tasbih itu kubeli di toko yang terlewat saat perjalanan pulang dari Haram.

"Kemana tasbih yang lama?" tanya teman sekamarku itu.
“Hilang di Masjid Haram…” aku menjelaskan sambil mengingat ingat.
Uhm ? ilang dimana ya ?? kayaknya tadi waktu aku tawaf masih ada deh..
so now you got ..what exactly you want. Hah?” kata temanku sambil tersenyum mengoda.
"what do you mean ?” tanyaku heran melihat senyumnya.
“you don’t remember what you said last night??..baru tadi malem lho…about how poor your previous tasbih look like?? Dibanding tasbihnya Fatma ?
Oh No!! Aku tertegun. Beristigfar. Astagfirullah al adzim…

Ingatanku kembali ke malam sebelumnya. Saat Mbak Fatma yang punya gelar askar pasar seng-saking seringnya belanja-memamerkan seratus tasbih yang dibelinya untuk oleh oleh. Wow!! Cantik cantik dan bagus bagus bener.

Aku mengeluarkan tasbih pemberian mertuaku. Membandingkanya dan berkomentar“waaah jadi minder…tasbih gue jelek banget ya dibanding tasbih tasbih ini.”
Sebetulnya aku sudah lupa akan kata kata spontanku sendiri. Tapi rupanya teman sekamarku yang suka chit chat in english denganku mengingatnya. Malam ini dia mengingatkanku akan “ketidak bersyukuran” akan tasbih yang kumiliki. Aku kembali beristigfar. Astagfirullah al adzim

Saat formasi kamar sudah lengkap berempat. Cerita tentang hilangnya tasbihku, serta komentarku sehari sebelumnya kembali digelar. Perempuan pertama sharing gini
“waktu di masjid nabawi, saya pernah abilang…ih nggak enak banget deh pake sandal jepit ini…soalnya di Jakarta saya kan emang nggak terbiasa pake sandal jepit… eh nggak lama..sorenya sandal itu ilang…”
Uhm. Aku ingat kejadian itu, karena diletakan di locker yang sama. Sandal itu hilang bersama sandalku.

Perempuan kedua- si Mbak tertua- juga lalu sharing “saya juga pernah sebel sama sandal yang dibeliin abang.. saya mbatin... nggak seneng ma tuh sandal.... karena abang suka aja tuh sandal saya pake…. eh.. besoknya hilang di masjid.” Abang yang dimaksud adalah suaminya.

“ Gue juga sering banget kehilangan sandal, uhm.. mungkin gue kurang banyak bersadakah kali ya…” kata teman satunya.

Well, pelajaran dari hilangnya sandal dan tasbih kami adalah emang kita seharusnya bersyukur dengan apa yang kita miliki. Jika kita lalai atau meng-ingkarinya, sesungguhnya dengan mudah Allah akan mengambilnya kembali. Astagfirullah al adzim

Kami berempat cuma bisa bertukar pandang dan tersenyum tipis. Kami sama sama beristigfar. Perempuan pertama lalu bilang “mudah mudahan teguran terguran kecil ini..bisa menghapus dosa dosa kecil kita selama ini. Amin”

Cerita lucu – Hilangnya sandal di Nabawi

Saat perempuan pertama kehilangan sandal seperti diceritakan diatas, sandalku juga ikut gone, soalnya tadi diletakan di locker yang sama. Tiba tiba gone aja tuh. Misssing in action.

Kami-aku dan perempuan pertama itu– pulang sholat dari masjid hanya dengan memakai kaos kaki. Temanku itu mengajak mampir ke toko yang terlewat “would you buy new sandal with me ??”

Aku menolak.“I don’t think we have any bargain power now..the will charge any price …unreasonable price maybe”
Temanku itu tertawa kecil saat aku menunjuk kondisi kami yang hanya berkaos kaki, tanpa sandal tanpa sepatu.
Bargain power ?? uhm..you right…I don’t even think about bargain power. ..I just think about how poor our look now...”

Sepanjang sisa jalan pulang kami ngobrol sambil tersenyum senyum.. Membahas soal bargain power dan melasnya penampilan dua perempuan yang pulang dari masjid hanya dengan berkaos kaki. Hi..hi..kacian deh ya..

No comments: