Monday, January 15, 2007

Sebuah Tempat Bernama Raudhah

Yang dimaksud dengan Raudhah adalah ruang diantara mimbar dan kamar Rasulullah di dalam masjid Nabawi. sebagaimana Rasulullah bersabda:

“Diantara rumah dan mimbarku adalah sebagian taman surga”

Lokasi Raudhah merupakan bagian dari shaf laki-laki, dan hanya terbuka untuk perempuan di jam jam tertentu. Saat Dhuha, san setelah sholat dzuhur. Satu hal lucu dialami teman teman perempuan serombongan yang kamarnya berbeda dengan kami, saat pintu masjid nabawi dibuka pukul 4, mereka berlarian- dulu duluan masuk dan celingak celinguk mancari, dimana sih raudhah ? Walau kecewa mereka geli juga menyadari bahwa raudhah jauh tertutup hijab di depan. Di bagian shaf laki laki.

Apa sih keistimewaan Raudhah sehingga semua orang berebut kesana ?? kenapa lokasi berukuraan 22 X 15 m yang cuma muat menampung beberapa puluh jamaah itu, diminati oleh ribuan jamaah ?? Well, diyakini Raudhah yang bersebelahan dengan makan nabi dan sabahat merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa. Apapun doa yang dipanjatkan disana insya Allah dikabulkan.

Bersama teman teman sekamar kami pergi ke raudah di saat dhuha di hari kedua. Semua perempuan yang ada di area tunggu dikelompokan menurut bangsa. Indonesia. Pakistan. India. Malaysia. Turki. dan sebagainya. Para askar perempuan yang tegas sibuk mengatur kelancaran giliran masuk Raudhah.

Terselip rasa malu melihat banyak sekali perempuan Indonesia yang tidak bisa tertib diatur. Berdorong dorongan. Menyerobot kesempatan. Jika Askar perempuan itu jadi extra tegas (baca: galak) dan membentak bentak terhadapp jamaah indoneisa. Aku sih nggak heran. Lha wong emang Indonesia paling banyak dan paling susah diatur.

Aku nyaris pingsan Gubraak!! saat kondisi sudah berdesakan gitu masih ada aja jamaah Indonesia yang dengan lugunya bilang
“lha sandalku nanti taruh mana ya ??”
“disana sholat ya ? saya belum wudhu nih..”
Kondisi sudah begitu rapat. Tidak ada pilihan mundur untuk taruh sandal atau berwudhu.
“kalau ngga punya wudhu, disana berdoa aja bu” bisikku tajam. Duh mbakyu ? mbok ya sebelum ke Raudhah cari tau dulu Raudhah itu apa. Jangan asal ikut ikutan teman atau rombongan.

Aku dan teman teman sekamar terpisah. Bercerai berai terseret arus perempuan perempuan Indonesia.. Menurut aku itu justru lebih aman untuk masing masing kami. Aku justru ngeri melihat banyak peserta KBIH ngotot bersama sama terus dengan kelompoknya dengan selalu bergandengan tangan kuat kuat. Waaah, orang lain bisa terdorong dong bu….sepintas aku sempat melihat kamera pengawas yang dipasang di lokasi strategies Raudhah. Sedikit lega. Jika terjadi bencana. Aku yakin pasti segera datang bantuan.

Dengan suara yang lantang askar perempuan berpakaian hitam hitam itu memberi briefing “Segera sholat dhuha dua rakaat….tidak ada yang namanya sholat sunah raudhah !! segera berdoa..berdoa tidak perlu membaca buku yang tebal tebal..Allah maha tau semua doa…setelah itu pergi…gantian dengan yang lain!!”

Uhm. Nyindir neeh ?? sebab memang jamaah Indonesia kebanyakan membawa buku panduan doa terbitan depag yang tebal dan menghabiskan waktu bermenit menit membacanya di raudhah. Kesadaran bahwa masih banyak orang yang antri untuk bergantian sholat di raudhah sangatlah tipis.

Belum lagi kelakuan berlebihan seperti mengusap ngusap dinding makan rasul dan mengecupnya. Duh ? itu kan nggak ada dasarnya . Buat apa juga ? Bukan perempuan Indonesia aja sih yang begitu..Perempuan India justru lebih parah!! Meratap ratap di depan dinding makam rasul. Aku cuma bisa terheran heran melihatnya.

Entahlah. Kali pertama ke raudhah itu aku kok merasa tidak nyaman. Tidak puas. Antri dua jam, cuma dapat kesempatan shalat dan berdoa nggak sampai lima menit. Sulit khusuk ditengah keriuhan jamaah dan suara suara lantang para askar yang mengatur kami.

Astagfirullah al adzim…Mungkin aku terlalu banyak ngomel dalam hati melihat kelakuan perempuan perempuan sebangsa. Mungkin aku kurang ikhlas menjalaninya. Pada akhirnya aku tidak merasa istimewa berada di Raudhah

Makanya aku pergi lagi dikesempatan kedua. Dua hari berikutnya Cape bareng perempuan indoensia yang selalu bermukena dan susah diatur.. Kali kedua aku "menyamar". Dengan kerudung hitam dan abaya gelap, aku bergabung dengan rombongan Pakistan. Jumlah mereka lebih sedikit. Lebih mudah diatur. Alhamdulillah kali ini lebih berkesan. Aku bisa sholat dengan lebih baik dan berdoa dengan lebih khusuk. Aku meneteskan air mata membayangkan Allah mendengarkan langsung doa doa yang kupanjatkan, sebab banyak orang meyakini Raudah terhubung langsung ke surga karena merupakan bagian dari taman surga. Semacam hotline service gitu lah..

Walau ada himbauan dari askar untuk tidak ke raudhah setiap hari, untuk memberi kesempatan pada orang lain. Aku ingin sekali lagi pergi ke Raudah, agar pas tiga kali gitu lho. Kali ketiga, satu hari menjelang hari keberangkatan ke mekah aku kembali berkerudung hitam dan berabaya gelap, namun kali itu aku terjebak dalam rombongan Indonesia. Melayu is tetap melayu. Bisa ditebak. Kesempatan ketiga hanya sedikit lebih baik dari yang pertama. Tidak terlalu berkesan.

Ya sudah. Walau banyak orang ke raudhah sampai 4-6 kali atau tiap hari. Aku tidak ngotot tidak insist. Mungkin memang rejekiku untuk mencapai Raudhah hanya sebegitu. Aku takut mendewakan sepetak area di masjid nabawi yang bernama Raudah itu . kembali terngiang ngiang suara askar perempuan di area tunggu Raudhah saat memberikan briefing
"jangan menghabiskan waktu untuk antri di sini…lebih baik baca quran , dzikir, berdoa di area lain di dalam masjid ini. Pahalanya sama"

Well, memang pahala yang dijanjikan sama, tetapi keyakinan bahwa berdoa di Raudhah itu bisa langsung didengar dan insyaAllah dikabulkan Allah membuat sebuah tempat bernama Raudhah…menjadi istimewa.

No comments: